Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Harian Mazmur 22:15

Mazmur 22:15 TB Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku

Pengharapan Di Dalam Kristus

Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya. Mazmur 22:15A

Pernahkah bumi atau langit menyaksikan peristiwa duka yang lebih menyedihkan daripada ini! Dalam jiwa dan tubuh, Tuhan kita merasa diri-Nya lemah seperti air yang dicurahkan ke atas tanah. 

Penegakan salib telah mengguncang-Nya dengan kejam, telah menegangkan semua ligamen, menyakitkan setiap saraf, dan kurang lebih melepaskan semua tulang-Nya dari sendi (Mazmur 22:15).

Dibebani dengan berat badan-Nya sendiri, Penderita agung itu merasakan kejang yang meningkat setiap waktunya sepanjang enam jam. 

Rasa ingin pingsan dan sakit terlalu besar; sementara dalam kesadaran-Nya sendiri Dia menjadi tidak lain sebuah tumpukan kesengsaraan dan rasa ingin pingsan. 

Ketika Daniel melihat penglihatan yang besar itu, demikian ia menjelaskan perasaannya, "hilanglah kekuatanku; aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak ada lagi kekuatan padaku." (Daniel 10:8)

Betapa lebih pucat lagi Nabi kita yang lebih besar itu ketika Dia melihat penglihatan yang mengerikan akan murka Allah, dan merasakannya dalam jiwa-Nya sendiri! 

Bagi kita, perasaan seperti yang Tuhan kita alami pasti tidak akan tertahankan, dan kemudian ketidaksadaran datang menolong kita dari perasaan tersebut; tetapi dalam kasus-Nya, Dia terluka, dan merasakan tusukan pedang; Dia minum habis cawan itu dan mengecap setiap tetesnya.


    "Oh Raja segala Duka! (sebuah gelar yang ganjil, namun benar adanya

    hanya layak bagi Engkau di antara segala raja)

    Oh Raja segala Luka! bagaimana aku berduka untuk-Mu,

    Yang mendahului aku dalam segala duka!" [1]

Sementara kita berlutut di hadapan takhta Juruselamat yang sekarang telah naik ke surga, marilah kita mengingat baik-baik bagaimana cara Dia mempersiapkan takhta itu sebagai takhta kasih karunia bagi kita; marilah kita di dalam roh minum dari cawan-Nya, supaya kita diberi kekuatan dalam saat-saat yang begitu berat kapanpun terjadinya. 

Dalam tubuh jasmani-Nya setiap anggota menderita, maka pastilah terjadi juga dalam rohani-Nya; tetapi seperti halnya dari seluruh kesedihan dan kesengsaraan-Nya, tubuh-Nya keluar tanpa luka menuju kemuliaan dan kuasa, begitu juga tubuh mistik-Nya akan keluar melewati perapian tanpa sedikit pun bau terbakar.

Pengharapan oleh karena kerelaan Kristus

Dia melakukan semua yang benar, suci, kudus. Yesus melalukan semua yang berkenan di hadapan Allah Bapa. Segala sesuatunya terjadi karena Ia merelakan diri-Nya untuk hidup sebagai daging fana yang sangat terbatas.

Ia menjadi sangat miskin bagi dunia, namun penghormatan, kuasa dan kemuliaan tetaplah ada di dalam Dia. setiap orang yang dekat dengan-Nya, dapat merasakan bahwa Ia Guru yang benar, berkuasa dan dapat diharapkan.

Tetapi harapan yang Allah berikan melalui Yesus, berbeda dengan harapan yang diharapkan manusia. Ini harapan yang meremukkan diri-Nya sendiri, Dia yang menjadi tidak berdaya karena dosa kita. Yesus menjadi dosa karena kita yang berdosa, semua dosa kita ditimpakan kepada-Nya. 

Demikianlah keselamatan jiwa hanya didapatkan melalui iman kepada Yesus, kita diselamatkan karena Dia yang disalibkan, Dia yang telah menerima hukuman dosa kita dan kita dibenarkan oleh kuasa kasih karunia-Nya.

Ini adalah harapan yang kokoh, karena ada di gengaman Yesus yang berkuasa, Dia yang telah disalibkan dan yang telah bangkit dari kematian. Betapa sekarang, ketika merenungkan kebenaran ini, kita dapat memuji Dia, memuliakan Dia dan bersukacita karena kasih karunia-Nya. Dia memberikan diri-Nya bagi kita, untuk menjadi milik berharga kita, kekuatan hidup yang sejati. Amin.

____________________

[1] Bagian dari puisi The Thanksgiving oleh George Herbert, seorang pendeta Anglikan

Renungan karya Charles H. Spurgeon ini, telah menjadi bahan saat teduh wajib oleh penulis selaku pembaca, hasil refleksi pribadi pelajaran-pelajaran rohani yang menguatkan dan memperkenalkan kepada Allah yang sejati telah penulis sediakan dibawah tulisan asli karya clasik. (Pengharapan oleh karena kerelaan Kristus).


Judul; Hati Seperti Lilin

Hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku. Mazmur 22:15B

Tuhan kita pernah mengalami hati yang luluh dan hancur. “Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?” Amsal 18:14 

Depresi roh yang mendalam merupakan ujian yang paling menyedihkan, sehingga ujian lain seperti tidak ada apa-apanya. 

Pantas saja Sang Juruselamat berseru kepada Allah-Nya, “Janganlah jauh dari padaku,” (Mazmur 22:11) karena manusia merasa paling membutuhkan Allah saat hatinya berat dan hancur. 

Hai orang percaya, arahkan hati kita pada salib-Nya pagi ini, dan dengan rendah hati kagumi Raja mulia yang pernah begitu direndahkan jauh melebihi siapa pun di antara kita dalam tekanan dan penderitaan batin; dan akuilah bahwa Dia layak menjadi Imam Besar yang setia, yang dapat tersentuh saat kita merasakan kelemahan. 

Terutama hendaklah mereka yang sedih karena tidak merasakan kasih Bapa kita, masuk mendekat ke dalam persekutuan yang intim dengan Yesus. 

Janganlah kita putus asa, karena Juruselamat kita sudah pernah melewati ruangan gelap itu. Jiwa kita mungkin terkadang terlalu rindu dan ingin, dan dahaga bahkan hatinya sangat menderita, untuk melihat terangnya wajah Tuhan: pada masa-masa seperti itu marilah kita tinggal di dalam kebenaran manis ini, mengenai simpati dari Imam Besar kita. 

Pasti tetesan kesusahan kita akan hanyut di dalam lautan penderitaan-Nya, dan betapa cinta kasih kita akan menjulang tinggi! 

Datanglah, o kasih Yesus yang kuat dan dalam, seperti luapan laut dalam gelombang pasang musim semi, selubungi seluruh kekuatanku, tenggelamkan seluruh dosaku, basuhlah segala kekhawatiranku, angkatlah jiwaku yang terikat oleh dunia fana, dan layangkanlah jiwaku sampai kepada kaki Tuhanku, dan di situ biarkanlah aku terbaring, seperti sebuah tempurung malang yang hancur, dibasuh oleh kasih-Nya, tanpa memiliki kebaikan maupun nilai; dan hanya mencoba untuk berbisik kepada-Nya agar jikalau Dia menyendengkan telinga-Nya kepadaku, Dia akan mendengar di dalam hatiku ada gema yang lemah dari suara gelombang kasih-Nya sendiri yang terbentang luas, yang telah membawaku ke tempat aku terbaring dengan sukacita, bahkan di kaki-Nya, selama-lamanya.

Hati yang menjadi seperti lilin melihat anak manusia

Ini adalah gambaran dari hati Sang Pencipta yang telah menjadi manusia. Menunjukkan kepada kita betapa dosa benar-benar serius. Tidak ada yang dapat menghentikan dosa yang membinasakan manusia, kecuali Allah sendiri, yang menghidupkan kembali manusia untuk percaya kepada-Nya. Percaya kepada Yesus yang telah disalibkan dan bangkit.

Melalui Tuhan Yesus yang disalibkan, kita mendapatkan kehidupan baru, bukan hanya itu, kita terus diperbaharui dari hari ke hari. Untuk menjadi semakin serupa dengan Dia, betapa kasih Allah kepada kita adalah kasih yang sempura. Dia mengasihi kita ketika kita masih berdosa dan membawa kita untuk menjadi anak-Nya.

Seorang anak diperbudak dalam miskin hidupnya, tidak berdaya, bermental budak yang menyedihkan. Mencari makanan dari sampah dunia. Makan makanan fana dan yang ditunggu oleh si anak hanya kematian kekal. Namun karena kasih karunia, dengan hati yang hancur Allah mengadobsi sih anak menyedihkan, untuk membawa ia ke dalam kehidupan yang layak.

Untuk mengubahkan sih anak ini, menjadi anak Allah, butuh waktu yang lama. Karena kebiasaan buruk dunia, pengaruh dunia, telah tertanam dalam dirinya. 

Bahkan anak ini seringkali merasa bahwa dirinya tetaplah budak dunia. Ingin selalu kembali ke tempat sampah dunia untuk mencari makan. Tetapi karena kasih yang lamah lembut, Dia yang telah menjadi dosa dan mencurahkan darah-Nya, Dia yang memiliki hati yang hancur karena melihat anak manusia diperbudak. 

Dia terus memberikan pengertian baru, bahwa Pribadi-Nyalah Roti hidup yang seharusnya sih anak manusia nikmati setiap saat. Dia adalah Air hidup yang menyegarkan. Inilah Injil, menghidupkan anak manusia yang mati, hingga masuk ke dalam pengharapan kekal, bersama Sang Bapa yang mulia, pengasih. Datanglah kepada-Nya dan nikmatilah Dia. Amin.

____________________

RENUNGAN PAGI (diterjemahkan dari Morning and Evening: Daily Readings, Charles H. Spurgeon).

Isi renungan ini bebas untuk disalin dan disebarluaskan.

Renungan karya Charles H. Spurgeon ini, telah menjadi bahan saat teduh wajib oleh penulis selaku pembaca, hasil refleksi pribadi pelajaran-pelajaran rohani yang menguatkan dan memperkenalkan kepada Allah yang sejati telah penulis sediakan dibawah tulisan asli karya clasik. (Hati yang menjadi seperti lilin melihat anak manusia).

Posting Komentar untuk "Renungan Harian Mazmur 22:15"