Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tips Cara Menulis Renungan Harian

                              

Renungan Saat Teduh Berpusat Pada Injil

Ada beberapa poin yang dapat saya bagikan tentang prinsip-prinsip dasar menulis renungan Kristen yang telah saya terapkan selama 2 tahun ini menulis renungan secara rutin di blog pribadi. Yang dapat anda renungkan, olah kembali dan anda terapkan ketika menulis. 

Jika anda memiliki kritik dan saran silahkan berkomentar, saya sangat terbuka dengan semua pemikiran dan cara pandang anda.

Saya sangat berharap setiap poin yang saya jelaskan, dapat anda mengerti. Jika tidak mengerti anda dapat langsung bertanya. Saya sangat siap untuk berdiskusi.

Kiranya Roh Kudus terus memberikan kepada kita pengertian untuk tetap berdiri kokoh pada pengajaran yang Alkitabiah dan kita juga dimampukan untuk menghidupi pengajaran tersebut sehingga orang-orang dapat melihat Kristus dalam kehidupan kita, kita hidup bukan lagi kita sendiri yang hidup, melainkan Yesus yang hidup dalam kita.

1. Berpusat pada Injil Yesus Kristus

Injil adalah kekuatan Allah (Roma 1:16-17). Inilah yang membuat saya sangat berkeyakinan, bahwa renungan yang berkuasa, adalah renungan yang memberitakan Injil. Tidak peduli apa pun kondisi dunia saat ini, karena Injil tetaplah relevan bukan berdasarkan anggapan manusia tetapi berdasarkan kuasa Tuhan, di mana Injil berasal dari TUHAN.

Bukanlah diri kita, bukanlah diri para tokoh terkenal yang ada di Alkitab, bukan pula sesama manusia yang sebaiknya kita beritakan melalui tulisan renungan kita. Tetapi Kristus yang disalibkan, Dia yang bangkit.  Berpusat pada Injil berarti Renungan yang memberitakan kemuliaan dan kebesaran Yesus.

Ini dimulai dari Kelahiran Yesus, beritakan kehidupan Yesus, Kematian Yesus, dan kebangkitan bahkan pengharapan setelah Ia naik ke sorga. Semua bagian Alkitab pada dasarnya berpusat pada cerita Yesus Kristus.

Cerita para tokoh Alkitab, mereka semua memberikan gambaran tentang Yesus, cerita tentang korban di dalam Perjanjian Lama itu tentang Yesus, cerita tentang para nabi ini adalah cerita tentang Yesus. Mereka semua disertai oleh Allah, mereka semua diutus dan dipilih oleh Allah mereka menerima kasih karunia dari Allah.

Injil diawali oleh pekerjaan Allah, bukan pekerjaan manusia, manusia hanya berkontribusi dosa dan selain itu tidak ada. Inilah yang harus menjadi pusat dari setiap renungan kita. Anda akan sangat menikmati ketika sebuah renungan memberitakan Yesus, bukan manusia.

2 Korintus 4:5 (TB) Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Kristus.

Beritakan Kristus di setiap renungan dan kalaupun anda ingin menceritakan cerita anda, ini bisa saja, atau ilustrasi lainnya. Untuk mempertegas sebuah teks renungan tetapi dengan satu tujuan yaitu memperjelas renungan yang anda tulis. Jadi yang menjadi tujuannya bukan cerita tentang anda dan ilustrasi cerita yang anda sampaikan tetapi Injil.

Saya harap anda benar-benar mengerti esensi dari kehidupan Kekristenan dan tidak lagi hidup berdasarkan moralitas. Tetapi berdasarkan Injil yang menghasilkan moralitas baik, watak yang indah di mana Allah saja dimuliakan melalui kehidupan. Sehingga tulisan renungan yang anda tulis bertolak dari Injil kepada Injil segala kemuliaan hanya bagi Allah.

2. Melihat keseluruhan perikop

Ketika kita mengambil ayat sebagai dasar renungan Kristen, maka kita tidak bisa berdiam diri dan berfokus pada ayat itu saja. Kita harus mempelajari latar belakang ayat tersebut dan apa yang akan terjadi atau disampaikan oleh penulis di bagian berikutnya dari ayat yang kita ambil sebagai dasar renungan.

Ini sangat penting dan tidak boleh diabaikan, karena awal mula dari pengajaran, yang tidak berpusat pada Injil adalah ketika seorang yang mempelajari Alkitab dan memisahkan setiap ayat dan memikirkan ayat tersebut berdasarkan kebutuhan dan keinginan dirinya sendiri.

Pikiran dan hati kitalah yang harus tunduk pada ayat Alkitab, maka ketika kita mempelajari Alkitab, kita harus mempelajari konteks dari ayat Alkitab tersebut.

Misalnya anda ingin berbicara tentang kasih yang tidak pura-pura ada di Roma 12:9. Untuk mengerti kasih yang tidak pura-pura itu seperti apa jelas Paulus jelaskan di ayat-ayat berikutnya. Untuk menerapkan kasih yang tidak pura-pura maka diperlukan Injil. 

Pada pasal-pasal 1 dan seterusnya Paulus menjelaskan bahwa manusia berdosa, hanya orang-orang yang ada di dalam Kristus lah yang mampu hidup mengasihi karena telah dikasihi oleh Kristus. Orang yang telah diselamatkan. 

Jadi pusat dari kasih yang tidak pura-pura adalah Allah di dalam Kristus, yang memberikan kekuatan kepada kita untuk dapat mengasihi dengan hati yang murni.

Dengan kata lain, ketika anda menulis renungan, kuasailah Alkitab, teruslah baca Alkitab anda berulang-ulang. Karena inilah pondasi dari setiap tulisan kita, tanpa pengetahuan yang benar akan Alkitab renungan kita tulis akan berpusat pada keinginan manusia bukan keinginan Allah yang ada di Alkitab. Kuasailah satu kitab, lalu buatlah renungan.

Bacalah buku-buku introduksi, pakailah aplikasi yang telah disediakan oleh Lembaga Sabda. Untuk menambah wawasan Alkitab anda. Salah satu aplikasi yang saya pakai sampai hari ini selain buku-buku yang saya baca adalah AlkiPEDIA

Saya harap anda adalah seseorang yang terus menggali kebenaran dan menghidupi kebenaran dengan hati dan pikiran berpusat pada Yesus, ini sangat penting. Jika dibandingkan dengan tulisan paling bagus dan menarik dan menyenangkan pembaca.

3. Tidak memuliakan tokoh

Ini akan sangat bertentangan dengan renungan yang populer, tetapi ini prinsip yang saya pegang dan saya percayai. 

Saya menulis renungan, tidak untuk memuliakan tokoh Alkitab mau pun tokoh hebat lainnya. Apalagi artis-artis yang ada di mana saya hidup sekarang ini. Semua itu tidaklah penting, mereka semua juga orang-orang yang sama berdosa dan memerlukan kasih karunia, jadi ketika melihat kehidupan mereka, lihatlah Kristus. Jangan jadi pemuja tokoh.

Mereka adalah orang-orang biasa yang Tuhan pakai, yang hebat di setiap cerita mereka adalah Allah sendiri, bukan mereka. Jadi renungkanlah sifat Allah, muliakanlah Allah dan pikirkanlah bagaimana Allah bekerja untuk menolong manusia lemah yang berdosa agar ia dapat menikmati setiap keberadaan Allah.

Kita bukan Daud, kita bukan Yusuf, dan kita bukan tokoh-tokoh Kristen yang sukses lainnya. Setiap kita memiliki konteks kehidupan yang berbeda, tetapi menyembah Yesus yang sama. Dia bekerja di sepanjang zaman dan tetap relavan, tidak pernah usang. Alkitab berbicara tentang Dia.

Inilah kebenaran yang saya yakini, di atas Injil Yesus Kristus yang klasik tetapi tidak pernah usang dan tetap relevan di sepanjang zaman sebagai penyelesaian akar masalah manusia yaitu dosa. Saya berdiri kokoh menulis renungan-renungan di zaman modern ini.

Bukan penemuan teknologi yang saya kagumi, bukan keberhasilan, bukan kesuksesan setiap orang yang hidup disepanjang zaman. Kagumilah Yesus yang bekerja di balik keberhasilan penginjilan, tulisan yang tetap dibaca, khotbah-khotbah yang mengubahkan. 

Semua itu tentang Kristus yang terus bekerja untuk kemulian untuk menyelamatkan pendosa yang layak binasa. Jadi, hati dan pikiran Anda harus terpusat pada Kristus, ketika menulis renungan pusatkan hati dan pikiran anda pada Yesus yang disalibkan. 

Setiap cerita yang ada di Alkitab, kita bisa ambil pelajaran moralitasnya, setiap penerapan praktisnya. Dengan pemahaman, bahwa kita dikuatkan oleh Roh Kudus dan diajak untuk bermoral untuk kemuliaan nama Allah.

4. Setiap penerapan adalah Amanat Agung

Kita begitu sering kabur, seperti ditutupi kabut tentang tujuan dari kehidupan Kristen, sehingga seringkali muncul argumen seperti ini. Kita sudah diselamatkan untuk apa menjadi orang baik, lebih baik nikmati dosa.

Kita hanya sampai pada titik ekstrim dari Kekristenan yaitu yang penting saya selamat maka saya percaya Yesus. Titik ekstrim yang satunya, saya menjadi Kristen percaya Yesus diselamatkan dan menjadi orang baik agar saya mendapatkan yang saya inginkan.

Jika yang lain ingin diselamatkan dari hukuman dosa dengan cara menikmati dosa, yang satu ingin diselamatkan dari hukuman dosa dengan cara menikmati harta dunia dan keduanya sangat-sangat salah dan ini bukanlah Kekristenan sejati. Karena permasalahan inilah saya meneliti apa yang salah dengan renungan Kristen, khotbah-khotbah yang beredar hari-hari ini. Saya menemukan karena semua hal rohani itu berpusat pada keinginan manusia bukan pada keinginan Allah yang ada di Alkitab.

Lalu apa keinginan Allah di Alkitab? Anda dapat membaca setiap renungan yang saya tulis, pada akhirnya renungan dan penerapan. Akan selalu berorientasi pada bagaimana kita mengasihi sesama ketika kita telah dipuaskan di dalam Yesus.

Perhatikan ini; Kita diselamatkan bukan dari hukuman dosa, tetapi diselamatkan dari dosa itu sendiri agar kita tidak  dihukum. Untuk menjadi kudus dan benar karena dikuduskan dan dibenarkan oleh Kristus di hadapan Allah Bapa. Sehingga kita dapat mengasihi Tuhan dan masuk ke dalam rancangan-Nya dan melakukan kehendak-Nya.

Kehendak Tuhan adalah agar kita mengasihi Dia dan sesama manusia. Kasih kepada sesama kita, kita wujudkan dengan cara membangun relasi dengan mereka. Berdoa bagi mereka dan berbagi Injil kepada mereka pada waktu yang tepat. 

Jadi tujuan dari pekerjaan yang diberkati, tujuan dari mengasihi, moralitas yang baik. memiliki watak yang menyenangkan. Adalah untuk kita dapat masuk ke dalam kehidupan sesama dan berbagi Injil di sana dan membawa sesama kita bertumbuh.

Seperti Yesus yang memuridkan para murid demikianlah kita juga memuridkan orang lain yang mau bertumbuh bersama-sama dengan kita hari ini. 

Inilah penerapan prakris yang seharusnya ditulis dalam setiap renungan Kristen, kita sering lupa pada tujuan ini, maka kita setiap hari seharusnya mengingatnya. Dan setiap hari merenungkan Injil.

Bacalah dasar dari menulis renungan yang berpusat pada penerapan yaitu Amanat Agung; Markus 22:39, Matius 28:18-20, 1 Petrus 2:9, Kisah Para Rasul 1:8.

5. Kita dipanggil untuk menikmati Allah dan melayani

Yesus adalah pusat dari Kekristenan kita, jadi setiap renungan haruslah memberitakan Dia, bagi saya bahkan lebih baik sebuah renungan tidak perlu ditulis. Jika bukan Injil yang disampaikan di sana. Ini bukan tentang bagus dan tidaknya sebuah renungan dan akademis atau tidaknya. Tetapi tentang motivasi dan isi hati anda dipengaruhi oleh Injil atau yang lain. 

Pada akhirnya renungan yang berpusat pada Injil Yesus Kristus adalah kehidupan anda, kehidupan Kekristenan kita, ini tentang gaya hidup yang baru. Yang telah dilahirbarukan oleh Roh Kudus dan memiliki hasrat yang kuat, cinta yang menggebu-gebu untuk mengenal Yesus dan menikmati persekutuan dengan kita.

Kristus sebagai pusat berarti Dialah Tujuan hidup kita, Dialah teladan hidup kita dan Dialah Tuan/Tuhan kita. Untuk hidup dalam Kekristenan yang penuh dan berbahagia oleh sukacita yang dari dalam, tidak ad acara lain selain merenungkan salib Kristus, ini pun merenungkan Injil. 

Jadi saudaraku, tulislah renungan yang merenungkan Yesus. inilah esensi dari sebuah tulisan yang terus saya kembangkan, terus saya tulis dalam setiap renungan yang saya tulis. Saya tidak peduli anda menyukainya atau tidak, yang saya pedulikan bahwa kebutuhan terbesar hidup anda adalah Injil bukan yang lain. 

"Ketika manusia mendengarkan, Tuhan berbicara; ketika manusia taat, Tuhan bertindak; ketika manusia berdoa, Tuhan memberi kekuatan dan kuasa." ~E Stanley Jones (1884 - 1973), missionaris, penulis

Doa kita seharusnya bukan Tuhan harus ini aku mau ini. Tetapi Tuhan mampukan aku untuk tetap diam dan mengerjakan rancangan-Mu bagiku karena itulah yang terindah, terbaik, termanis, dan tujuan hidup yang sementara. Karena tanpa kuasa untuk mengerjakan rencana Tuhan kita lemah kita sangat gampang melangkah ke tempat yang sia-sia, dan mati membusuk di sana.

Merenungkan Injil ketika berdoa dan membaca Alkiab merupakan tindakan saat teduh untuk menikmati Allah sehingga hati kita dipenuhkan dengan kasih Allah. Kasih inilah yang pada akhirnya kita bagikan kepada saudara-saudara kita dan hidup dengan relasi yang sehati hati yang sama-sama ingin mengenal Yesus.

Pelayanan hanya dapat dilakukan ketika Injil telah menjadi gaya hidup, ketika Injil meresap ke dalam diri. Ketika doa-doa kita bertujuan untuk melaksanakan kehendak Tuhan, taat kepada Dia dan menikmati kehadiran-Nya dalam kehidupan hari lepas hari.

Untuk menutup setiap poin yang saya sampaikan, tentang prinsip dan tips dari menulis renungan. Sama seperti yang Paulus sampaikan di 1 Korintus 9:16 (TB) “ Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.”

Cacatan: Poin di atas, pada dasarnya tidak menjelaskan bagaimana cara menulis renungan yang bagus. Karena bagi saya, menulis adalah latihan. Salah satu teman saya seorang blogger, bukan blogger rohani berkata, “tips dari menulis yang dapat saya bagikan adalah mulailah menulis tidak ada cara lain, jika ingin bisa menulis ya menulis bahkan sampai pinggangmu sakit.”

Tetapi, saya juga terus belajar bagaimana menulis yang baik dan benar. selain dari prinsip-prinsp Injil yang telah saya tuliskan di atas. Maka dari itu, ada 5 Tips yang saya harap dapat menolong anda untuk merenungan dan memikirkan bagaimana seharusnya sebuah tulisan Kristen terutama diarahkan sehingga menghasilkan karya yang bisa dimengerti dan logis ketika dibaca dan direnungkan.

5 Tip Menulis dan Berbicara dengan Jelas

Nasihat C. S. Lewis kepada anak-anak tentang menulis adalah nasihat yang baik bagi para pendeta tentang berkhotbah, atau siapa pun dalam hal berbicara.

1. Selalu berusaha menggunakan bahasa yang biasa dipakai untuk memperjelas apa yang Anda maksud dan pastikan kalimat Anda tidak mungkin diartikan yang lain.

2. Selalu pilih kata langsung yang jelas daripada kata yang panjang dan tidak jelas. Jangan mengimplementasikan janji, tetapi tepati.

3. Jangan pernah menggunakan kata benda abstrak ketika kata benda konkret bisa digunakan. Jika maksud Anda "Lebih banyak orang meninggal" jangan katakan "Kematian meningkat."

4. Dalam menulis, jangan gunakan kata sifat yang hanya memberi tahu kami bagaimana perasaan Anda tentang hal-hal yang Anda gambarkan. Maksud saya, alih-alih memberi tahu kami bahwa hal itu "mengerikan", gambarkanlah itu sehingga kami akan ketakutan. Jangan katakan itu, "menyenangkan"; buatlah kami berkata, "menyenangkan" ketika kami membaca deskripsinya. Apakah Anda mengerti, semua kata-kata itu (mengerikan, luar biasa, mengerikan, indah) hanya seperti mengatakan kepada pembaca Anda "Tolong, maukah Anda melakukan pekerjaan saya."

5. Jangan gunakan kata-kata yang terlalu berlebihan untuk subjeknya. Jangan katakan "tak terhingga" ketika Anda bermaksud "sangat"; jika tidak, Anda tidak akan punya kata-kata lagi ketika Anda ingin membicarakan sesuatu yang benar-benar tak terhingga.

(Awalnya diterbitkan dalam Letters to Children, surat dari 26 Juni 1956. Dikutip dalam Wayne Martindale dan Jerry Root dalam The Quotable Lewis, hal. 623.)

Sumber; Desiring God

Diterjemahkan; Pelita Sabda