Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengapa Saya Harus Terus Berubah? Tidak Menjadi Diri Sendiri yang Dulu

Menjadi diri sendiri apa adanya adalah kata motivasi mendorong seseorang untuk hidup apa adanya dia sekarang, “aku memang seperti ini sejak lahir,” “kamu tidak boleh meniru orang lain kamu harus menjadi diri sendiri.” Kira-kira seperti itulah cara motivasi yang sering saya dengarkan dan begitu sering dipraktikkan oleh hampir semua kalangan.

Namun mari kita bedah lagi motivasi ini, apakah kata indah ini menghasilkan buah yang baik, atau sebaliknya? Saya ingin tegaskan di awal, motivasi ini adalah “omong kosong,” dikarenakan motivasi ini sangatlah abstrak. Akan sangat banyak tafsiran yang keluar dari motivasi jenis ini.

Saya ingin menunjukan tafsiran saya tentang hal ini, ketika saya mengetahui kata menjadi diri sendiri. Satu hal yang ada dalam benak saya, “berarti jika saya malas-malasan, suka membully orang lain, kasar, dan begitu banyak sifat saya yang merugikan orang lain. 

Hal itu bukanlah masalah, karena itulah diri saya. Saya adalah diri saya sendiri. Dan saya sedang menjadi diri saya sendiri. Karena saya dari lahir memang demikian adanya.

Karena kejadian inilah ketika saya mempelajari lebih dalam lagi, tentang pola pikir manusia. Dan kemana seharusnya ia diarahkan. Sesuatu yang abstrak akan menghasilkan pola pikir yang abstrak juga, bahkan melakukan segala sesuatu tanpa belajar terlebih dahulu.

Menghasilkan prilaku yang seenak jidat, tanpa memikirkan bagaimana orang lain yang melihat perilaku tersebut. Kehidupan Menjadi diri sendiri sangatlah berbahaya jika dipraktikkan berdasarkan pembentukan yang sudah ada dalam diri oleh lingkungan yang tentunya lingkungan yang memberikan pengaruh buruk.

Motivasi ini akan membuat pendengarnya makin kacau dalam hal pembentukan karakter, ia akan semakin sombong. Kita akan lebih jauh membahasnya dalam poin-poin berikut.

Saya membagikan 2 poin penting. Pertama, hal-hal negative yang akan terjadi ketika paham ini tertanam dalam diri. Kedua, saya menjelaskan mengapa kita tidak boleh menjadi diri sendiri.

1. Hal-hal negatif yang akan terjadi

Seperti yang sudah saya jelaskan di pendahuluan, sangatlah berbahaya kata “menjadi diri sendiri” jika masuk ke dalam pemikiran kita secara abstrak. Tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang jadi diri sendiri yang seperti apa?

Hal yang sangat tidak baik terjadi adalah seseorang yang malas belajar dan merasa ia sudah bisa segalanya, akan selalu memiliki pembelaan ketika ia sudah menjadi dirinya sendiri. Ia akan merasa bahwa ia memang demikian adanya.

Seseorang yang mempunyai berat badan berlebih akan mempunyai pembelaan untuk bermalas-malasan agar ia tidak menurunkan baratnya, ia akan selalu mempunyai alasan, “aku memang diriku seperti ini, memang tidak bisa turun.” Ia akan berkata, “yang penting aku bahagia,” saya dapat pastikan tidak akan ada kebahagian sejati dalam diri seseorang yang terlalu berlebihan lemak. Karena hal itu menyiksa.

Hal yang paling berbahaya adalah pembulyan, karena saya adalah seorang membully ketika masih sekolah dulu. Jawaban terbaik saya ketika ditegur, “aku adalah diriku sendiri” pemikiran yang dangkal dan sebenarnya masih banyak lagi hal-hal merugikan lainnya jika saya jabarkan satu-satu dalam artikel ini mungkin akan sangat panjang. Mungkin Anda dapat memikirkanya sekarang, dan mulai melihat sendiri hal berbahaya lainnya ketika menjadi diri sendiri. Melihat realita, buah yang dihasilan dari bibit aneh diri sendir.

2. Mengapa kita tidak boleh menjadi ini diri saya?

Jawaban singkat ada pada poin ke-1, karena pada poin pertama ada berbagai macam buah yang negatif dihasilkan dari motivasi ini, jika sudah ditanamkan dalam pikiran kita. Namun saya akan jelaskan lebih jauh lagi.

Sebenarnya tidak ada satupun manusia yang berprilaku dalam dunia ini berdasarkan apa yang memang sudah ada sejak ia lahir, mungkin ada namun sangatlah kecil persentasenya. Semua tingkah laku kita, pola pikir yang terbentuk, dan perasaan kita. Semua itu lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan kita.

Artinya semua hal yang menjadi kebiasaan kita, “diri sendiri” semua itu karena adanya latihan yang tidak disengaja. Terjadi secara alami dalam kehidupan kita hari lepas hari. Maka ketika lingkungan kita memberikan pengaruh buruk, negatif, dan hal-hal lain yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Itu bukan karena memang Anda seperti itu, namun karena Anda telah terlatih untuk itu.

Maka ketika motivasi menjadi diri sendiri dikumandangkan, diterima oleh telinga-telinga jahat, suka merugikan orang lain, suka merusak diri sendiri, pemalas, pembenci, dan rakus. Ia seperti mendapatkan amunisi untuk membentuk pertahanan, inilah diriku aku sedang menjadi diri sendiri. ini kacau, selamanya Anda akan menjadi orang kacau jika hal ini terus dipertahankan.

Kita terjebak pada pemikiran bahwa diri kita sejak lahir memang wataknya seperti apa adanya sekarang. Kita harus sadar bahwa watak kita buka bawaan dari lahir. Watak adalah pembentukan secara tidak sadar terjadi dalam diri kita oleh karena lingkungan mungkin keluarga kita, di sekolah kita, dan di dalam kehidupan bermasyarakat.

Maka itu, jika kita ingin mempunyai kehidupan yang berubah dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak rendah hati menjadi rendah hati, dari yang kacau menjadi yang tertata. Karena tidak ada kebahagiaan dalam kehidupan orang yang sedang menjadi diri sendiri. Kehidupannya sangatlah membosankan atau monoton inilah realita kekacauan diri sendiri. 

Ketika menjadi diri sendiri kehidupan kita sebenarnya sedang terus berjalan menuju lembah frustasi, lembah kehidupan yang tidak berguna. Karena lingkungan yang tidak baik membentuk kita, sehingga watak yang telah terbentuk itu justru menjadikan diri kita sekarang ini, jenis kehidupan yang merugikan diri sendiri.

Pertanyaannya adalah maukah kita berubah? Maukah kita sadar bahwa kehidupan kita harus terus belajar, belajar dari orang lain, bahkan terkadang kita harus meniru orang yang sudah lebih baik dari pada diri kita, hal ini merupakan bagian dari proses belajar.

Penutup dari saya

Ketika saya memulai menjadi seorang penulis blog, saya sangat suka menulis sesuka hati saya tanpa aturan dan tanpa kritikan, namun ada titik saya sadar bahwa bila saya menulis dan tidak belajar dari blogger-blogger lain maka saya akan menjadi diri sendiri yang sangat kacau.

Saya tidak akan mengerti apa itu SEO? apa itu artikel pilar? Apa itu template yang Responsive? Seperti template yang saya pakai sekarang. Jika saya menjadi diri saya sendiri saya tidak akan mau membaca buku untuk bisa menulis dan tidak akan mau membaca artikel-artikel lain tentang blogger.

Tidak ada tugas akhir kuliah S1, S2, dan S3 tanpa daftar pustaka dan catatan kaki. Jika tugas akhir kuliah tersebut terus menjadi dirinya sendiri dan tidak belajar dari banyak buku sebagai catatan ilmiah. Saya yakin mahasiswa tersebut akan lebih lama lagi di kampus atau bisa saja ia dikeluarkan.

Maksud saya teruslah belajar, dan jangan pernah berhenti. Terkadang kita memang harus meniru banyak orang, jika gagal temukan lagi, jika gagal temukan dan jangan menjadi dirimu apa adanya. 

Karena orang paling jenius pun akan tetap meniru orang sekelingnya. Inilah mengapa saya katakan menjadi diri sendiri adalah omong kosong. Karena menjadi diri sendiri akan menjadikan diri kita lebih sok tahu dan tidak akan pernah berjuang untuk sesuatu yang baru?

Namun jika Anda ingin tetap menjadi diri Anda yang sekarang ini dan tidak mau berkembang dan menemukan hal baru dalam hidup untuk dikerjakan. Itu pilihan Anda selamat manikmati kehidupan Anda.

Sekian artikel saya tentang bahaya jika kita menjadi diri sendiri dan bukan belajar dan terus mengembangkan diri menjadi penekanan utama kehidupan. Hingga menemukan siapa kita berdasarakan banyaknya refrensi yang telah kita pelajari.

Terimakasih kasih telah dengan setia membaca artikel ini sampai selesai, saya harap akan mendorong Anda untuk terus mencari refrensi kehidupan dan catatan kaki kehidupan. Untuk sebuah kebahagiaan dalam menjalani setiap lembaran hari. Selamat menikmati hari.

Posting Komentar untuk "Mengapa Saya Harus Terus Berubah? Tidak Menjadi Diri Sendiri yang Dulu"