Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Harian Yudas 1:24 (Charles H. Spurgeon)

Menjaga supaya jangan kamu tersandung. Yudas 1:24

Dalam suatu pengertian, jalan menuju surga sangat aman, tetapi dalam sisi lain, tidak ada jalan yang sebahaya ini. Jalan ini dikepung berbagai kesulitan. 

Satu langkah salah (dan betapa mudahnya itu terjadi bila tidak ada kasih karunia), jatuhlah kita. Betapa licinnya jalan yang harus ditempuh beberapa dari kita! Berapa kali kita sudah berseru bersama para Pemazmur, “Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir.” (Maz 73:2) 

Seandainya kita kuat, seperti pendaki gunung yang kakinya kokoh, ini mungkin bukan masalah besar; tetapi kita sendiri, betapa lemahnya kita! 

Di jalanan yang terbaik kita segera goyah, di jalan yang paling mulus kita cepat tersandung. Lutut-lutut kita yang lemah ini hampir tidak mungkin menunjang beban kita yang terhuyung-huyung. 

Sehelai jerami dapat menjatuhkan kita, dan sebuah kerikil dapat melukai kita; kita tidak lebih dari anak-anak yang dengan gemetar melangkah pertama kali pada perjalanan iman, Bapa kita di Surga menuntun kita atau kita akan segera tumbang. 

Oh, jika kita dijaga agar tidak jatuh, betapa kita harus memuji kuasa yang sabar itu, yang mengawasi kita hari demi hari! 

Pikirkan, betapa rawannya kita berbuat dosa, betapa mudahnya kita memilih bahaya, betapa kuatnya kecenderungan kita untuk menjatuhkan diri sendiri, dan pemikiran-pemikiran akan hal itu akan membuat kita bernyanyi lebih manis daripada yang pernah kita lakukan, “Mulia bagi-Nya, yang mampu menjaga supaya jangan kita tersandung.” 

Kita memiliki banyak musuh yang mencoba mendorong kita ke bawah. Jalan begitu sulit dan kita lemah, tetapi lebih dari itu, musuh-musuh bersembunyi dan siap menyergap, menyerbu saat kita paling lengah, dan bekerja keras untuk menyandung kita, atau melempari kita hingga jatuh ke jurang terdekat. 

Hanyalah lengan Maha Kuasa yang dapat menjaga kita dari musuh-musuh yang tak terlihat itu, yang terus berusaha menghancurkan kita. 

Lengan sedemikianlah yang bertempur melindungi kita. Ia yang setia telah memberikan janji, dan Ia mampu menjaga kita agar tidak terjatuh, sehingga dengan menyadari bahwa kita sama sekali lemah, kita dapat menyimpan dalam hati kepercayaan yang teguh akan keamanan kita yang sempurna, dan mengatakan, dengan keyakinan yang riang,

    “Melawan aku bumi dan neraka bersatu,

    Tetapi Kuasa Ilahi di sisiku,

    Yesuslah segalanya, dan Dia milikku!”

Kasih TUHAN yang setia menjaga

Agama di dalam dunia ini, berjuang untuk setia kepada Allah, mereka berusaha untuk membayar Allah dengan apa yang ada di dunia ini. Yang itu semua berasal dari Allah, kita adalah manusia bodoh yang tersesat, benar-benar sesat dan menyedihkan. Ketika menjadi orang percaya, di mana Yesus adalah pusat dari iman Kekristenan, marilah kita merenungkan perbedaan yang nyata. Ketika agama dimulai dari manusia, manusia tidak akan pernah berhasil. Injil dimulai dari Allah untuk kemuliaan-Nya, bagi diri-Nya, sebab pada dasarnya kita diciptakan untuk Dia. 

Injil berpusat pada kuasa Allah, di mana semua perbuatan yang ajaib untuk membebaskan manusia dari dosa oleh karena Dia saja. Yesus adalah pribadi utama yang ada di dalam Injil, Dialah yang diberitakan. Dialah yang menjadi penebus dan karena kesetiaan-Nya, kini kita beroleh keselamatan, kehidupan baru di mana Yesus yang setia itu, tetap setia meskipun kita adalah orang-orang yang tidak setia. 

Sekarang, kita tahu, bahwa Injil membukakan realitas kelemahan kita, namun pada saat yang sama kita benar-benar dikasihi. Karena Kristus telah disalibkan, bersama Dia kita disalibkan dan bangkit mengenakan manusia baru yang membawa kita pada pertobatan dan kehidupan baru yang bersukacita melakukan kehendak Allah. Soli Deo Gloria.

____________________

RENUNGAN PAGI (diterjemahkan dari Morning and Evening: Daily Readings, Charles H. Spurgeon).

Isi renungan ini bebas untuk disalin dan disebarluaskan.

Renungan karya Charles H. Spurgeon ini, telah menjadi kutipan wajib oleh penulis selaku pembaca, hasil refleksi pribadi pelajaran-pelajaran rohani yang menguatkan dan memperkenalkan kepada Allah yang sejati. (kasih TUHAN yang setia menjaga)