Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Amsal 10:19 Berakal Budi

Renungan Amsal 10:19 Berakal Budi

Ayat Alkitab Amsal 10:19

Judul Renungan; Berakal Budi

Amsal 10:19 (TB) Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.

Amsal 10:19 (BIMK) Makin banyak bicara, makin banyak kemungkinan berdosa; orang yang dapat mengendalikan lidahnya adalah bijaksana.

Amsal 10:19 (TSI) Orang yang banyak bicara mudah jatuh ke dalam dosa, tetapi orang bijak mengerti kapan perlu bicara.

Semakin banyak saya belajar, semakin saya ingin membicarakan isi kepala saya, semakin saya ingin membicarakan isi kepala saya, semakin saya ingin dipuji karena banyaknya pengetahuan dan semakin saya masuk ke dalam ilusi bahwa saya telah menjadi seseorang yang berhasil. Saya harus terus bergumul untuk menahan diri, menahan lidah saya untuk tidak menjawab, untuk tidak banyak bicara, untuk selalu belajar diam ketika saya mengetahui bahwa seseorang itu tidak benar-benar akan mengerti apa yang saya jelaskan.

Suatu Kesia-siaan ketika Anda menjelaskan sesuatu, kepada orang-orang yang memang tidak ingin mengerti karena pada dasarnya merekalah yang ingin dimengerti. Di dalam Injil, sia-sia Anda menjelaskan Injil kepada mereka yang pada dasarnya tidak pernah ingin taat pada Injil, mereka yang merasa tidak memerlukan kasih karunia dan hanya ingin tahu, hanya ingin memenuhkan otak mereka.

Saya suka memberitahukan kepada orang-orang bahwa saya seorang teolog yang berwawasan, sehingga saya ingin lebih banyak bicara. Namun saya sadar Alkitab bukan sekedar memanggil saya untuk banyak bicara sehingga semua menjadi sia-sia, kebutuhan manusia modern adalah didengarkan, sampai pada titik tertentu. Jika mereka bersih keras menolak Injil, waktunya menyingkir karena tidak ada gunanya mendengarkan orang-orang yang tidak mau diobati, tidak menginginkan kesembuhan dari dosa neraka.

Mereka yang ingin didengarkan, merupakan orang berdosa yang bisa saja menderita traumatis, ingin perhatian dan masih ada lagi berbagai penderitaan. Pada saat yang sama kesedihan mereka, rasa sakit mereka, tidak menghilangkan realitas bahwa mereka adalah pendosa yang layak binasa. Anda dan saya di dalam Kristus dipanggil untuk lebih banyak mendengarkan, mendiaknosa, mendoakan dan meminta hikmat kepada Allah agar kita dapat mengetahui apa yang Allah inginkan dari seseorang yang sedang kita dengarkan. Inilah tujuan utama dari mengapa Anda dan saya harus lebih bijaksana, lebih banyak mendengar dan lebih sedikit berbicara. 

1. Kita ingin banyak bicara

Kita memiliki kecenderungan yang sama, yaitu ingin lebih banyak bicara, kita ingin lebih banyak didengarkan, kita ingin dikatakan berwawasan dari banyaknya bicara. Inilah kecenderungan kita sebagai manusia, selalu ingin diterima dimengerti dan melalui hikmat Salomo kita diajarkan melalui banyak bicara, akan lebih banyak pelanggaran. 

Pembicaraan yang dimaksudkan adalah membicarakan diri sendiri dan segala pencapaian dan tidak ingin mendengarkan. Membicarakan bahwa diri kitalah yang harus dimengerti karena kita yang paling menderita. Saudaraku, kita adalah orang berdosa, meskipun tidak banyak bicara, ditambah banyak bicara semua ini karena akibat dosa, di mana dosa membawa kita pada rasa sepi dan ingin diterima oleh sesama sehingga penerimaan itu menjadi tujuan, kita ingin dimuliakan sehingga kemuliaan itu menjadi tujuan.

Dosa membawa manusia hidup tidak dalam harmoni, tidak dalam keindahan melainkan dalam kekacauan. Dosa menjadikan manusia tidak ingin mengerti dan lebih mementingkan diri sendiri dan mengorbankan orang lain. Dosa membawa manusia tidak lagi menganggap manusia lain penting pada saat yang sama dosa merusak setiap relasi, setiap hubungan dan menjadikan manusia semakin terpisah dan kesepian. 

2. Injil yang mengubahkan arah hidup

Melalui Injil kita meninggalkan arah hidup, dalam konteks ini sikap hidup yang dahulu mementingkan diri sendiri, kini terarah ke kepentingan komunitas dan keluarga. Kebijaksanaan sejati ada dalam diri seseorang ketika ia tidak lagi hidup untuk diri sendiri, melainkan hidup untuk menjadi benar-benar berguna bagi sesamanya, bagi keluarga, gereja, masyarakat, dan negaranya. Inilah kebijaksanaan, semua ini dimulai dengan banyaknya mendengar. 

Kita diubahkan oleh Injil, karena Injil bukan hanya melepaskan kita dari perbudakan dosa, Injil pada saat yang sama memberikan berbagai pengertian. Bahwa di dalam banyak mendengar dan sedikit berbicara kita semakin bijaksana, kebijaksanaan ini berguna untuk pelayanan. Akak budi kita tidak terlepas dari apa yang Alkitab perintahkan, tidak terlepas dari kuasa kasih karunia yang memberikan kekuatan setiap hari. Semua ini terhubung langsung dengan Kristus, kemuliaan-Nya, kemegahan-Nya dan kebesaran-Nya yang memberikan cara pandang yang baru.

Yesus yang mau menjadi sahabat kita, Dialah sumber kepuasan kita, ketika berdoa kita dapat banyak berbicara dengan-Nya tentang persoalan hidup, tentang dosa dan memohon pengampunan. Jadi sekarang, Anda dapat lebih banyak berbicara kepada Tuhan, melalui doa seperti ini kita akan semakin mengenal Yesus dan menjadi seseorang yang mementingkan kasih kepada sesama untuk membawa mereka kepada Yesus Dialah Sang Kehidupan.

Inilah Injil yang memberikan akal budi, inilah Injil yang memberikan arah hidup yang baru yaitu melayani orang lain. Injil menjadikan kita pribadi yang mengasihi Allah yang lebih dulu mengasihi kita dan mengasihi sesama kita manusia. Sehingga hidup kita adalah hidup yang penuh makna, mematikan dosa dan berjalan di dalam tujuan dari kita diciptakan dan memperoleh kehidupan yang baru dalam Kristus. Jadi sekarang yang menjadi penerapan kita, bahwa tujuan dari semuanya ini adalah Yesus, melayani Dia dan semakin mengasihi Dia dan jiwa-jiwa. Amin.