Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengapa Saya Membaca Buku?

Manfaat membaca kali ini saya tuliskan berdasarkan pengalaman saya yang beberapa tahun ini bergelut di medan literasi, dan saya juga akan berbagi bagaimana diri saya ketika saya belum suka membaca, jadi tetaplah membaca di artikel ini ya dan bacalah dengan cermat.

Diri akan terus berkembang, bertambahnya pengetahuan sedikit demi sedikit, dan kehidupan yang tentunya lebih percaya diri. Ketika Anda dan saya hari ini merasa tidak bijaksana dan tidak pandai lalu mengambil buku dan membaca. Sesungguhnya kita sedang melakukan hal yang bijaksana.

Mari kita membaca! Saya akan berbagi hal yang saya rasakan pada diri saya ketika saya suka membaca, ketika saya dengan rajin setiap bulannya menyisihkan uang saya untuk membeli buku. Pada artikel sebelumnya saya sudah menjelaskan apa saja manfaat dari membaca. 

Secara khusus yang saya rasakan ketika saya rajin membaca. Saya merasakan diri saya lebih hidup, saya telah menemukan diri saya yang hilang, dan saya telah menemukan resep ampuh sehingga kehidupan saya tidak membosankan ketika libur sekalipun.

Sebelum masuk pada poin yang akan saya jelaskan, saya sangat suka dengan satu kutipan oleh seorang filsuf dari Parancis yang bernama Voltaire (1694-1778), semakin saya banyak membaca, semakin saya banyak berpikir dan belajar, dan semakin saya sadar bahwa saya sebenarnya tidak tahu apapun. Inilah yang saya rasakan dan saya nikmati ketika saya mampu jujur pada diri saya sendiri betapa kurangnya pengetahuan saya.

1. Merasa lebih hidup

Saya menyadari ketika SMP, SMA saya memang menyukai cerpen namun tidak sampai tergila-gila oleh membaca. Anda tahu apa yang membuat saya tergila-gila. Ya, lawan jenis saya sangat ingin pacaran. Melihat teman wanita yang menarik, bisa-bisa sepanjang hari saya memikirkannya.

Subjudul yang saya buat, bukan tanpa alasan. Ini karena memang sebelum saya mencintai dunia literasi dan dunia menulis seperti saat ini, saya sadar sekarang, dulu saya hidup tapi mati. Kehidupan tidak sebebas dan sebahagia sekarang ini. Saya tersesat dalam imajinasi tanpa kebijaksanaan dan berpikir lebih panjang.

Meskipun saya sangat mengerti tulisan saya ini entah siapa yang mau baca. Tapi ada rasa bahagia dalam diri ketika mendapati diri saya produktif, membaca dan menulis dan terus membangun hubungan yang positif dengan teman wanita dan teman pria saya.

Saya merasa lebih hidup tentunya bukan hanya karena saya membaca, ada orang-orang yang membimbing saya, mendoakan saya dan sahabat saya yang mempunyai hobi yang sama yaitu membaca dan menulis. Namun semua itu kembali kepada diri saya, maukah saya terus berkembang dan hidup terus belajar setiap saat sehingga saya tetap hidup bermakna.

Ketika Anda samakin mencintai buku untuk menambanh ilmu Anda, menerangi setiap langkah, dan menajamkan otak untuk terus berpikir kreatif. Dari sanalah kehidupan ini akan benar-benar hidup, bukan tinggi hati namun kehidupan yang rendah hati dan terus untuk belajar, belajar, dan belajar.

2. Menemukan diri yang hilang

Sebelum saya memutuskan terus membaca dan mengerti bahwa kehidupan adalah belajar sampai maut menjemput. Saya lebih suka menghabiskan waktu dengan berimajinasi bahwa diri sayalah yang terbaik. Inilah yang namanya tinggi hati. Kehidupan yang selalu merasa diri ini yang terhebat tapi nyatanya tidak ada keahlian dalam diri.

Kehidupan yang terjatuh dalam kemalasan, dalam kepalsuan untuk membangun rumah tangga ketika jatuh cinta. Dan inilah diri saya yang sedang terhilang. Cita-cita ada namun belajar, saya malas, hidup seadanya menunggu keajaiban datang. Tidak mengerti apa itu perjuangan dan proses kehidupan.

Saya rasa masa itu, ketika saya sekarang masuk dalam proses kehidupan dan fokus untuk masa sekarang dan masa depan saya, agar kehidupan saya bemakna, menjadi berkat, dan dapat menjadi motivasi bagi orang lain, maka saya malu akan masa itu. Dan inilah kehidupan, kita harus menemukan yang terhilang dalam diri kita.

Sehingga kita bangkit dan membuat sebuah karya, hidup dalam kebahagiaan, saya sangat suka kutipan dari filsuf Amerika Ralph Wardo Emerson (1808-1882), kebahagiaan seperti parfum yang tidak dapat dituangkan kepada orang lain tanpa mengenal diri sendiri. Ketika mendapatkan diri yang terhilang berarti telah mengenal kekurangan diri dan kelebihan diri. Dengan rendah hati, menerima itu semua.

Terus belajar, untuk nama baik yang harum dapat berguna bagi sesama. Melalui membaca mengembangkan diri terus menerus. Tanpa henti berjuang, berkelana dalam dunia. Menemukan diri yang hilang maka kebahagian menghampiri dan karena kebahagian itulah kita mampu berbagi kepada orang di sekitar kita yang mau menerima kita apa adanya diri kita.

3. Menemukan resep untuk tidak bosan

Saya sangat yakin ketika Anda sudah mulai dewasa, kondisi kehidupan yang sangat tidak Anda inginkan adalah kondisi di mana Anda merasa bosan. Tidak ada satu orangpun yang mau mengalami kebosanan dalam hidupnya, karena kehidupan yang seperti ini sangatlah dihindari setiap orang.

Kita harus tahu mengapa rasa bosan dalam diri bisa menghampiri, karena diri kita sedang tidak tahu apa yang harus kita lakukan, bahkan dalam kondisi paling tenang bahkan tanpa masalah. Kebosanan inilah masalah sebenarnya. Ia hadir saat diri kita tidak produktif, saat diri kita sedang berkata bahwa kita tidak berguna.

Kebosanan hadir dan bisa diatasi, pada dasarnya hidup kita diciptakan untuk sebuah tugas yang mendorong pikiran kita harus berpikir dan fisik kita bergerak bahkan mengeluarkan keringat. Maka sangatlah benar ketika mengatasi rasa jenuh dalam diri. Anda bisa mengatasinya dengan cara berolahraga. Dan pada konteks poin saya ini adalah mengatasinya dengan cara membaca. Sampai Anda benar-benar mencintai dunia literasi.

Ketika Anda rajin membaca buku setiap hari, Anda tidak akan merasakan efeknya secara langsung. Apalagi jika Anda hanya membaca dan tidak sampai cinta pada setiap teks bacaan dalam buku. Bahkan bagian malas dalam diri Anda (saya pernah mengalaminya) akan berkata bahwa pada saat Anda membaca. Anda sedang melakukan aktifitas yang sangat tidak berguna . Tapi percayalah, Anda sedang didustai diri Anda sendiri.

Bagaimana mungkin membaca merupakan resep untuk tidak bosan? Kehidupan yang bergairah dan bersemangat, kehidupan yang menemukan gaya dalam kehidupannya. Inilah kehidupan yang tidak membosankan itu.

Ketika saya menjelaskan poin satu dan dua. Hidup kembali, dan menemukan diri yang terhilang, ketika diri saya dulu mati dalam arti hidup dalam kesia-siaan dan terhilang hidup dalam kesombongan, dan malas. Saya sedang mejalani kehidupan yang sangat membosankan. Ketika sebuah keputusan baru saya ambil, membaca menjadi gaya saya, belajar sampai seumur hidup. Terus menggali potensi diri, dan hidup untuk berkarya.

Pengembangkan diri, membaca, berolahraga, berlatih menulis puisi, dan menulis literasi lainnya. Saya menemukan dimana pikiran saya tidak kosong, memikirkan karya, dan menyadari betapa minimnya pengetahuan saya sehingga saya belajar dan belajar, meski sering gagal. Bangkit lagi. Selamat berkembang kawanku.

Posting Komentar untuk "Mengapa Saya Membaca Buku?"