Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bagaimana Cara Keluarga Kristen Mendidik Anak-anaknya?

 

Pada artikel saya tentang pendidikan karakter seorang anak. Saya akan membawa Anda pada satu realita yang tidak mudah untuk kita terima. Bahkan kita tidak menyadari hal ini, dibalik kelucuan seorang anak kecil. Ada tulang belulang kering tersimpan di dalam dirinya yang pada akhirnya akan binasa di kekekalan.

Mendidik seorang anak bukanlah perkara yang mudah, mendidik diri sendiri saja, kita harus mengerahkan semua tenaga untuk dapat hidup sesuai dengan kebenaran yang mutlak.

Bagaimana dengan mendidik seorang yang tidak mengerti kehidupan, sulitnya kehidupan dan setiap hal yang kehidupan itu sendiri tawarkan. Segala sesuatu yang kehidupan tawarkan di dalam dunia pada akhirnya membawa pada rasa kosong yang teramat dalam. 

Permasalahan yang muncul tanpa disadari

Ketika seorang ayah dan ibu memiliki seorang anak yang dapat menjadi kebanggaan mereka, hal itu sangatlah menyenangkan hati mereka.

Anak menjadi kebanggaan mereka. Saya rasa hal ini sangatlah salah. 

Ketika orang tua ingin anaknya menjadi kebanggaannya. Maka semua hal yang unik ada di dalam seorang anak akan mati begitu saja tanpa dikembangkan.

Karena bukan keinginan sang anak yang orang tua itu hidupkan. Bukan hak anak untuk menjadi seperti apa ia sesuai dengan keunikan yang ia sukai yang dikembangkan. 

Namun anak ditekan, dipaksa untuk memikul keinginan orang tuanya. Demi kebanggaan seorang ibu dan ayah yang telah memberikan kehidupan bagi seorang anak.

Ketika orang tua mendisiplinkan anaknya untuk kebanggaan dirinya, maka ia akan mendapati karakter yang menderita dari sang anak. Karakter yang munafik dan tidak dapat ia kendalikan sesuai dengan apa yang ia inginkan.

Meskipun dalam praktiknya, ia dapat mengendalikan anak tersebut. Tapi yang menjadi pertanyaan saya. Apakah pusat kehidupan sang anak hati dan pikirannya menjadi milik orang tuanya? Tentu saja tidak, maka akan sangat mudah munculnya dendam dari anak yang seperti ini.

Jika seorang anak tidak didisiplinkan dengan alasan kasih sayang, untuk keamanan orang tua itu sendiri agar tidak bertengkar dengan anak. Maka ia akan mendapati anaknya hidup sebagai seseorang yang tidak bertanggung jawab. 

Bahkan untuk kepentingan diri sendiri, ia akan selalu menyusahkan orang lain. Ketika seorang anak tidak pernah disalahkan, tidak dididik bahkan selalu mendapatkan pembelaan dari orang tua.

Pada masa dewasa anak ini akan menjadi pribadi yang menderita dalam hal kerohanian dan jiwa yang kosong, akan selalu membuatnya mencari pemenuhan dari hal-hal dunia yang merusak dirinya sendiri.

Dari penjelasan saya di atas, saya sedang menjelaskan 2 jenis prilaku orang tua kepada anak-anaknya yang seharusnya, jika Anda seorang Kristen, berhati-hati agar anak Anda tidak melakukan didikan yang seperti saya sebutkan di atas.

Pertama, saya sedang menjelaskan jenis orang tua yang menekan anaknya agar hidup sesuai keinginan mereka sehingga sang anak menderita. Dan mereka dapat berbangga karena prestasi anak yang mereka bunuh keunikannya.

Kedua saya menjelaskan, jenis orang tua yang tidak mendidik anak mereka. Jenis orang tua yang selalu memanjakan anaknya. Anaknya tidak pernah dilatih bertanggungjawab atas kehidupannya maupun sekitar.

Maka kedua kasalahan di atas jangan sampai menjadi gaya hidup kita sebagai orang tua. Jenis didikan yang benar-benar harus dihindari. Lalu bagaimana, peran kita sebagai orang tua.

Mari kita kembali ke Injil Yesus Kristus. Untuk mendidik seorang anak, haruslah dibawa ke akar permasalahan.

Melalui kesempatan ini, saya ingin menjelaskan satu realita tentang anak-anak. Lalu menjelaskan bagaimana kita membawa anak-anak ke hadapan Allah. Memperkenalkan Injil kepada seorang anak yang belum mengerti.

Saya akan membagikan dua poin yang cukup rumit, yang ada di kepala saya. Hal ini sudah lama saya pikirkan. Tentunya yang menjadi dasar kita adalah Alkitab. Bagaimana kita menghindari kesalahan yang terjadi ketika mendidik seorang anak.

"Mendidik Seorang Anak, Injil Sebagai Pusat Didikan – Pendidikan Karakter Kristen."

1. Realitas yang merupakan natur seorang anak kecil, siapa ia dan bagaimana kehidupannya di masa depan

Saya akan membawa Anda untuk kembali melihat apa yang Alkitab katakan tentang natur manusia. Natur anak Anda, kehidupan di dalam realitasnya, yang kita sendiri sering tidak sadari. 

Di dalam Mazmur 51:7 (TB) “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakan, dalam dosa aku dikandung ibuku.” Jelas bahwa seorang anak kecil merupakan seorang berdosa. Maka dari sini kita dapat mendefinisikan dosa bukanlah hanya sekedar perbuatan jahat, melainkan natur kita sebagai manusia berdosa yang membuahkan perbuatan jahat.

Sebagai orang tua, kita haruslah menyadari bahwa natur berdosa dalam diri manusia sangatlah berbahaya. Sehingga kita orang tua yang akan mendidik anak-anak. Bukan sekedar menjadikan mereka orang-orang yang sopan dan mau menuruti perintah kita.

Tetapi kita membawa tulang belulang kering ini, yaitu anak kecil kepada kebangkitan, tulang yang kering mendapatkan napas kehidupan. 

Maka sebelum kita membawa anak-anak kita kepada kehidupan, mendidik mereka. Kita harus sadar benar bahwa diri kita sebagai orang tua telah hidup, hidup di dalam Kristus dan hidup hanya untuk memuliakan Allah dan mengabarkan Kristus melalui kehidupan kita.

Untuk persoalan yang satu ini, bagaimana kita sebagai orang tua, haruslah hidup di dalam Kristus. Akan saya jelaskan pada poin yang ke dua. Selanjutnya mari kita fokus pada. Apa jadinya seorang anak ketika ia kita biarkan mati di luar Kristus?

Pada dasarnya manusia telah mati di dalam dosa, jelas ketika di Taman Eden Allah memerintahkan agar tidak makan buah pengetahuan. Karena saat memakan buah tersebut mereka pasti akan mati.

Lalu ketika kita masuk ke Efesus 2:1 “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.” Dari sini kita tahu bahwa manusia mati, lalu mari kita bayangkan seorang manusia yang telah mati dan tidak pernah di hidupkan.

Bully yang terjadi di sekolah-seolah, pornografi yang menguasai setiap anak, kejahatan yang dilakukan oleh seorang anak remaja, dan masih banyak lagi. 

Kehidupan diluar batas antara dua pasangan anak muda, kehidupan yang telah kecanduan minuman keras, kecanduan narkoba. 

Salah satu istilah di daerah saya untuk bisa mabuk, biasanya dilakukan oleh anak-anak SMP. “NGOTENG” saya mengangkat kasus ini, karena saya juga dahulu pelaku dari perbuatan ini, saya yang diajari moralitas dengan berbagai nasehat untuk hidup tidak berbuat kesalahan.

Istilah ini memiliki arti, ngomik kratingdaeng. Kedua minuman ini, obat dan minuman penguat tubuh dicampur menjadi satu. 

Untuk mendapatkan sensasi mabuk dimana ketika sudah mabuk, kehidupan menjadi lebih baik, beban hidup tidak dirasakan, dapat berimajinasi sebaik bebas-bebas mungkin. Ini di daerah saya dipelosok.

Mari kita masuk ke kota, banyak hal kejahatan yang bisa kita lihat, anak-anak muda yang merusak hidup mereka untuk mencari sebuah kepuasan.

Pertanyaannya, apakah ini karena didikan yang kurang dari orang tua? Saya jawab ya dan tidak. Bukan hanya didikan yang kurang dan didikan yang cukup berdasarkan hikmat orang tua. Para remaja ini, para anak muda ini masih hidup di dalam kematian kekal, mereka masih dikendalikan atau diperbudak oleh dosa.

Seorang anak yang sukses, hidup baik, bermoral, dan mampu membantu banyak orang. Namun saya ingin jujur kepada Anda, anak Anda masih hidup dalam kematian. Karean didikan yang diberikan kepadanya adalah hikmat dunia, apa yang baik berdasarkan standar dunia.

Maka mari kita sebagai orang tua, masuk pada poin yang kedua. Saya membawa Anda untuk menyangkal diri dan memikul salib dalam kehidupan keluarga Anda. untuk tidak menjadi berhikmat. 

2. Menjadi orang tua yang tidak berhikmat di hadapan Allah untuk mendidik seorang anak.

Ketika pertama kali masuk kuliah tahun 2017, saya masih terjebak, pada bagaimana saya suatu saat saya harus memiliki istiri dan memiliki seorang anak. Maka ketika saya memiliki seorang anak, saya memiliki tanggung jawab untuk mendidiknya menjadi seorang bermoral baik. 

Maka konsep yang ada pada poin yang ke dua ini, merupakan konsep dimana diri saya masih terjebak pada berhala, saya menempatkan pusat kebahagiaan saya pada bagaimana saya mendapatkan isteri lalu memiliki anak di masa depan.

Saya memikirkan hal itu, bagaimana suatu saat nanti saya dapat mendidik anak saya. Sedangkan ketika disandingkan dengan realita. Ketika saya remaja saya mendapati begitu gampangnya anak remaja dimasuki oleh suatu candu, suatu gaya hidup baru yang tidak pernah ia kerjakan sebelumnya.

Candu ini menghancurkan masa depan, menjadikan anak-anak ini terlihat sebagai sampah masyarakat bahkan kehidupan yang benar-benar menyedihkan. Lalu bagaimana peran kita sebagai orang tua? bagaimana kita dapat mendidik anak-anak ini?

Satu hal yang saya mengerti sekarang, ketika sekarang saya tidak lagi berharap untuk memiliki istri, tidak lagi berharap memiliki anak biologis. Saya dibawa oleh Roh Kudus untuk semakin mengerti dan menghayati, bahkan untuk semakin mengalami Injil Yesus Kristus, hanya ini Injil bukan hikmat, bukan filsafat bukan nasehat terbaik untuk bisa sukses di masa depan. TETAPI INJIL.

Sebagai ayah, maupun ibu seharusnya ketika mendidik anak-anak mereka. Kita mengosongkan diri, untuk tidak berhikmat, menjadi bodoh sebodohnya di hadapan Allah.

Orang tua haruslah mampu mengakui kesalahan, dosa, dan haruslah memiliki kehidupan yang sudah diubahkan oleh Injil. Tidak berhikmat berarti tidak membawa anak pada nasehat dunia, mengejar harta fana, menjadi sukses, sopan dan lain-lain.

Tetapi membawa anak-anak untuk, “carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Saudaraku para orang tua, kita pada dasarnya adalah orang berdosa yang sama seperti anak-anak kita.

Di dalam kebenaran kita telah hidup di dalam Yesus, jadi yang terpenting dalam hal mendidik seorang anak yang mati rohani adalah membawa ia untuk mengerti Injil, merenungkan Injil, dan hidup di dalam Kristus di masa kecilnya sampai ia dewasa.

Dalam proses ini, perlu yang namanya disiplin, perlu yang nama kasih seperti Yesus mengasihi manusia.  Injil sebagai dasar dari perubahan hati, maka hanya Injil yang mengubahkan seorang anak.

Bukan nahehat bijakmu yang mengubahkan hati mereka, bukan teguranmu yang keras, bukan juga segala cita-cita baikmu sebagai orang tua yang akan mengubahkan hati anak-anak ini agar taat kepadamu. Jika mereka tidak Anda bawa kepada Injil Yesus Kristus, maka anak-anak Anda akan selamanya menjadi tulang kering.

Kecuali di masa dewasanya ia bertemu Yesus, melalui suatu kejadian tertentu. Tetapi hal itu berarti Anda selama menjadi orang tua telah mematikan tanggung jawab Anda untuk membawa anak Anda kepada Injil Yesus Kristus.

Maka ketika Anda sekarang mungkin belum menjadi orang tua, Anda seorang Kristen yang tidak serius bertobat agar anak Anda juga suatu saat bertobat. Jika Anda seorang Kristen yang taat Anda begitu gampang terjebak untuk berhikmat dan merasa mampu mendidik anak maka mari bertobat.

Tidak berhikmat berarti membawa anak-anak Anda kepada otoritas Firman Allah, membawa mereka untuk mengenak Kristus, membawa mereka kepada Injil Yesus Kristus. Dalam proses mendidik inilah perlu dan sangatlah perlu yang namanya membawa anak-anak Anda di dalam doa.

Bukan doa dangkal agar mereka sukses, sehat, dan bisa menyelesaikan sekolag. Tapi doa agar mereka lebih dalam lagi mengenal Kristus. Agar mereka dapat mengerti arti pengorbanan Kristus. Agar hidup mereka diubahkan oleh Kristus.

Maka dalam proses ini juga, sangat perlu yang namanya waktu, sediakan waktu khusus untuk mendidik mereka. Baik Anda sebagai ayah maupun sebagai ibu. Untuk artikel-artikel lainnya akan saya tulis setiap penerapan praktisnya.

Bagaimana Anda harus mampu membawa anak-anak kepada Injil Yesus Kristus  yang mengubahkan hati, buka perbuatan tetapi hati yang mengasihi Allah dan sesama sehingga mampu membuahkan perbuatan yang menyenangkan Allah maupun orang tua.

Untuk mengakiri artikel ini, saya harap Anda merenungkan ayat di bawa ini: 

Efesus 2:4-10 (TB)

4 Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, 

5 telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita--oleh kasih karunia kamu diselamatkan.

6 dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia r  di sorga,

7 supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya  yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus.

8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,

9 itu bukan hasil pekerjaanmu jangan ada orang yang memegahkan diri.

10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

Sekian artikel kali ini tentang pendidikan karakter anak, mendidik seorang anak, Injil sebagai pusat didikan. Terimakasih saya Agung Raditia Tuhan Yesus memberkati. 

Posting Komentar untuk "Bagaimana Cara Keluarga Kristen Mendidik Anak-anaknya?"