Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengkhotbahkan Kristus

                                                 Khotbah Tanpa Kristus Membuat Iblis Tertawa

Iblis Tertawa Ketika Bukan Kristus Diberitakan Dalam Sebuah Khotbah

Oleh; Charles. H. Spurgeon 

“Tinggalkan Kristus?  O saudara-saudaraku, lebih baik tinggalkan mimbar sama sekali. 

Jika seseorang dapat mengkhotbahkan satu khotbah tanpa menyebutkan nama Kristus di dalamnya, itu harus menjadi khotbah yang terakhir, tentu saja yang terakhir yang harus didengar orang Kristen di mana pun yang mendengarkan dia berkhotbah. "

“Moto dari semua hamba Allah yang sejati haruslah, "Kami memberitakan Kristus;  dan Dia yang disalibkan." Khotbah tanpa Kristus di dalamnya seperti sepotong roti tanpa tepung di dalamnya.  Tidak ada Kristus dalam khotbahmu, tuan?

Kalau begitu pulanglah, dan jangan pernah berkhotbah lagi sampai Anda memiliki sesuatu yang layak dikhotbahkan.”

"Sebuah khotbah tanpa Kristus sebagai permulaan, pertengahan, dan akhirnya adalah kesalahan dalam konsepsi dan kejahatan dalam eksekusi. 

Betapapun agungnya bahasa itu akan menjadi hanya BASA-BASI jika Kristus tidak ada di sana. Dan yang saya maksudkan dengan Kristus bukan hanya teladan-Nya dan aturan-aturan moral dari ajaran-Nya, tetapi darah penebusan-Nya, penebusan luar biasa yang dibuat-Nya untuk dosa manusia, dan doktrin agung tentang 'percaya dan hidup.' "

Begitu juga dengan tulisan Renungan

Betapa saya melakukan yang sia-sia, ketika renungan yang saya tulis tidak memberitakan Yesus yang disalibkan. Dia yang menanggung dosa, ditimpakan kepada-Nya dosa manusia dan hukuman dosa secara sempurna Ia terima. Betapa sia-sia tulisan renungan saya, ketika Yesus tidak saya beritakan, ketika Yesus tidak menjadi pusat pemberitaan. Ketika Injil bukanlah yang utama.

Yesus yang diberitakan itu, bukan hanya mati untuk kita, puji Tuhan Dia hidup untuk kita secara sempurna. Dan setelah kematian-Nya Dia bangkit, inilah yang harus terus diberitakan. Injil pada saat yang sama memberitakan kebobrokan manusia berdosa, manusia yang memberontak terhadap Tuhan, manusia yang binasa.

Tanpa mengenal diri yang sangat berdosa, anda dan saya akan sangat meremehkan kasih karunia. Kita tidak akan merasa betapa pantasnya kita menerima semua itu. Saudaraku yang kekasih, renungan yang berpusat pada Injil, akan selalu memberitakan dosa, bahwa andalah orang fasik yang ada di Alkitab, bahwa sayalah orang berdosa yang ada di Alkitab. Dan kebenaran orang benar, suci dan kudus adalah Kristus. 

Arahkan hati dan pikiran anda hanya pada Kristus, dalam segala hal. termasuk ketika anda menyusun Khotbah anda dan tulisan renungan anda. Kiranya artikel yang singkat ini, memberikan kepada anda cara pandang yang benar-benar berpusat pada Yesus Kristus, pada Injil yang indah dan berkuasa.


Prinsip Dasar Menafsirkan Alkitab

Oleh Gilbert Pramana Saputra

Ada prinsip dasar yang perlu diutamakan dalam menafsir Firman Tuhan sebagai seorang penafsir yaitu seperti yang diucapkan St Athanasius "Seseorang tidak mungkin dapat memahami ajaran orang-orang kudus kecuali seseorang memiliki pikiran yang murni dan berusaha untuk meniru kehidupan mereka"

Belajar dari masa lalu. Di mana gereja banyak melakukan penyimpangan dalam menafsir sehingga melahirkan bidat baru dan membangkit semangat bidat terdahulu yang sudah dianathema gereja Allah, seperti dikatakan A. berkeley Michelsen "sejarah memperlihatkan bahwa prinsip prinsip yang salah telah merusak karya eksegesis dari orang hebat yang beberapa di antaranya adalah orang orang suci" -  Interpreting The Bible - hal 20

Maka dari itu, memakai prinsip teks dengan eksegesis gramatikal saja tidak cukup,kesenjangan semantik teks Alkitab dengan kita yang hidup diabad 20 sangatlah jauh. Maka dari itu, eksegesis teks dengan melihat setiap tradisi yang diturunkan Bapa Gereja yang sudah disah kan secara bulat dan universal dalam konsesus patrum juga sangatlah penting untuk mengerti setiap ayat Kitab Suci, karena mereka lah yang cukup dekat hidup dengan para penulis Alkitab.

St Kiril menuliskan dalam Fifth Caterchetical Lecture "kita memasukkan seluruh pengajaran iman di dalam beberapa garis. Aku menginginkan kamu harus mengingatnya kata per kata dan akan mengingatnya diantara dirimu sendiri dengan semua dengan semangat.

Salah satu hal yang harus dipegang dan tidak boleh dilepaskan dalam menafsir Alkitab adalah melihat teks dengan prinsip anagogis dimana hal yang tidak kelihatan diterangkan dengan hal yang kelihatan yang bersifat Kristosentris. 

Refrensi

A. Berkeley Mickelsen. Interpreting The Bible.

Js Kiril. Fifth Caterchetical Lecture .

Ingrid Listiati. Empat Prinsip untuk menginterpretasikan Alkitab.