Renungan Kristen Tentang Bersyukur
Saya pernah membaca artikel yang menjelaskan, betapa bermanfaatnya ketika kehidupan kita memiliki gaya hidup yang mengucap syukur.
Namun dalam artikel saya ini, saya tidak akan menjabarkan kepada Anda manfaat dari mengucap syukur sehingga mengajak Anda terus bersyukur. Karena semua itu sia-sia, bukan Injil, ketika bukan Injil tidak ada kuasanya.
Saya bukan motivator tetapi saya penginjil, jadi tulisan saya akan berpusat pada Injil. Saya akan menjelaskan 3 realita, menjadi poin-poin renungan kita tentang bersyukur.
Mengapa kita sulit bersyukur? Dan 3 realitanya. Lalu saya akan menjelaskan kehidupan yang menanggapi setiap keadaan dengan mata yang memandang kepada Allah. Bagaimana kita dapat mampu bersyukur kepada Allah dalam segala keadaan?
Sebelum masuk ke dalam poin-poin yang akan saya jelaskan, mari kita baca;
Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah dalam Kristus Yesus bagi kamu. 1 Tesalonika 5:18 ayat ini merupakan dasar renungan kita tentang bersyukur.
Suatu kesalahan dan kesesatan dan bahkan hal ini tidaklah alkitabiah, jika kita bersyukur dengan melihat kepada orang yang lebih menderita daripada kita, lalu kita berkata, “aku bersyukur karena aku tidak seperti dia, menderitanya.” Ini sesat, ini bukan ajaran yang Yesus ajarkan.
Alkitab tidak pernah memerintahkan kita untuk bersyukur dengan melihat penderitaan orang lain. Mari bertobat jika Anda salah satu pelaku, bersyukur karena penderitaan orang lain.
Lalu bagaimana bersyukur yang Alkitab ajarkan? Saya harap Anda membaca artikel ini sampai selesai agar dapat memahami bersyukur yang berpusat pada Yesus.
- 1. Manfaat bersyukur, mengapa sulit bersyukur? Tetap bersukacita meski tidak mampu bersyukur.
- 2. Ke mana diri kita harusnya? Ketika keadaan tidak memungkinkan untuk bersyukur.
- 3. Apa yang perlu, sehingga dapat bersyukur dalam segala keadaan?
Doa saya ketika Anda membaca setiap penjabaran poin-poin di atas, Anda dapat melihat satu kemuliaan ketika dalam penderitaan dan kesesakan, bahkan menemukan rencana Allah untuk kemajuan Injil dalam kesesakan kehidupan ini.
Renungan Kristen Tentang Bersyukur
1. Manfaat bersyukur sia-sia, mengapa sulit bersyukur? Tetap bersukacita meski tidak mampu bersyukur.
Pada poin yang pertama ini, saya mengajak Anda untuk melihat 3 realita dalam hidup. Terutama kita sebagai orang percaya. Mengetahui manfaat bersyukur namun tidak bersyukur, bersyukur tetapi sia-sia, dan tetap bersukacita meskipun tidak mampu bersyukur.
Jika Anda seperti saya, suka melihat video-video motivasi. Di mana dijelaskan secara detail bagaimana menjalani kehidupan yang lebih baik, bagaimana bersyukur dapat menjadikan diri lebih bahagia dan sukses bahkan sehat. Semua ini benar adanya, jika kita mampu melakukannya. Tetapi …… silahkan lanjutkan untuk mengetahui “TETAPI” yang saya maksud.
Bahkan ketika saya membaca buku-buku motivasi, ketika saya menonton video-video motivasi. Saya mendapati satu realita, tidak jarang dari para motivator itu, mereka pun gagal melakukan apa yang mereka sampaikan.
Berjuta manfaat bersyukur, tetapi tingkat bunuh diri masih tinggi, di dunia hal ini menunjukkan bahwa betapa banyaknya orang tidak dapat bersyukur. Jika dengan bersyukur agar bahagia, lalu sukses sehingga dapat kaya. Lalu karena telah sukses bersyukur lagi.
Siapa yang dapat menjamin bahwa semua ini memberikan kebahagiaan? Bisa saja setelah sukses terkena penyakit yang mematikan, lalu setelah seperti ini adakah dapat mengucap syukur. Kehidupan sangatlah fana, ketika sebuah ucapan syukur hanya dengan tujuan supaya lebih sukses dan terus bahagia, betapa menyedihkannya kehidupan kita.
Bersyukur dalam segala keadaan tidaklah mudah, tidak ada alasan yang benar-benar bisa kita pakai untuk menyatakan bahwa kita mampu bersyukur untuk sebuah kesuksesan. Bahkan sesuksesan itu sendiri adalah kefanaan yang pada akhirnya akan membawa diri pada kelamnya pikiran dalam dunia ini.
- Saya sedang mengajak Anda untuk bisa mengerti bahwa rasa syukur yang sejati tidak akan dapat lahir dari kita dengan segala realitas di depan kita. Lalu bagaimana bersyukur yang sejati? Yaitu rasa syukur yang bukan diukur berdasarkan keadaan dunia yang fana.
Raja Salomo orang terkaya pada zamannya, pada akhirnya Ia menulis Kitab pengkotbah dengan tema utama yang membuat saya berpikir serubu kali untuk berjuang mendapatkan kebahagiaan dalam dunia ini, hanya dengan bersyukur. Karena yang saya lihat dengan jelas, semuanya Kesia-siaan.
Saya ambil contoh, “Karena siapakah yang mengetahui apa yang baik yang pendek dari hidupnya yang sia-sia, yang ditempuhnya seperti bayangan? Siapakah yang dapat mengatakan kepada manusia apa yang akan terjadi di bawah matahari sesudah dia” Pengkhotbah 6:12 (TB)
- Poin ini, selain saya mengajak Anda untuk melihat ketidakmampuan kita bersyukur, saya juga sedang mengajak Anda untuk melihat secara jelas bahwa ketika Anda seoalah-olah mampu beryukur dan dapat melakukan hal yang besar bagi Tuhan dengan cara bersyukur, Anda lalu Anda bangga, maka itupun sia-sia.
Betapa menyedihkannya realitas dari mengucap syukur. Kita begitu sering mendengarkan khotbah-khotbah yang hanya menyenangkan telinga dan membawa kita berimajinasi, seolah-olah dengan bersyukur kita bisa hidup puas dan bahagia.
Maka ada seruan untuk Anda bersyukurlah, jangan mengeluh, teruslah bersyukur. Ketika Anda mendengar seruan seperti ini, hal ini tidak salah tetapi tidak benar. Karena Anda akan memiliki pemahaman yang sangat dangkal akan kehidupan.
Sehingga Anda menempatkan kebahagiaan, kepuasan, dan kehidupan yang lebih baik hanya ketika Anda bisa bersyukur. Lalu bagaimana jika Anda tidak dapat bersyukur? Anda tidak bahagia, Anda akan lesu, Anda akan marah, yang bodoh semakin bodoh.
- Maka poin ini juga mengajak Anda untuk mengerti bahwa kebahagiaan dalam Kekristenan sejati hadir dengan jelas walau diri kita tidak mampu bersyukur.
Kita orang percaya haruslah memiliki pemahaman yang dalam akan anugerah (pemberian cuma-cuma). Sehingga ketika kita sadar bahwa kita tidak akan mampu bersyukur, di sanalah kasih karunia Kristus semakin nyata.
Sama seperti yang Paulus rasakan, sama seperti yang para martir rasakan, mereka rela mati untuk pekabaran Injil, inilah yang saya maksud tidak mampu bersyukur, namun bersukacita hingga mendapatkan rasa syukur yang sejati. Inilah Injil.
2. Ke mana diri kita harusnya? Ketika keadaan tidak memungkinkan untuk bersyukur.
Kita telah tahu, tidak mampunya diri kita bersyukur. Walau bersyukur tetaplah semua itu sia-sia, dan ketika keadaan tidak memungkinkan untuk bersyukur tetapi mendapatkan sukacita abadi.
Mari kita kembali ke dasar kehidupan, yaitu Alkitab, sehingga terbentuknya artikel ini.
Surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika, pada bagian akhir suratnya ini, ia memberikan nasehat-nasehat.
Kita juga akan belajar cara pandang Paulus sehingga yang kita fokuskan bukan Paulus dan kehebatannya tetapi siapa yang Paulus kabarkan melalui tulisannya ini sehingga nasehat Paulus sangatlah berkuasa dan memiliki makna yang dalam. Bukan sekedar bersyukur agar bahagia, agar bisa sukses, agar hidup lebih baik. Bukan ini.
Paulus menuliskan Tesalonika, ketika ia ada di dalam penjara di Roma. Hal yang sangat menarik. Ketika seseorang mengikut Kristus, akan selalu ada kekuatan yang memungkinkan ia tetap menjadi berkat walau di dalam penderitaan.
Hal ini menunjukkan kepada Anda dan saya, bukan Paulus yang hebat, tetapi Kristus yang Ia layani itulah yang membuat ia terus bertahan walau tidak memungkinkan dirinya dapat mengucap syukur.
Mari kita renungkan ayat-ayat ini; “Sebab Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh. Memang kami tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh karena kamu." 1 Tesalonika 1:5 (TB).
Perjalanan yang panjang, untuk mengabarkan kasih kekal dari Sang kekal penguasa dunia, inilah inti dari rasa syukur sejati. Bukan sekedar ucapan lalu berharap dengan banyaknya bersyukur Anda akan lebih sukses, kehidupan lebih baik, keluarga dipulihkan. Lalu Anda hidup bertamengkan mengikut Yesus padahal hidup bagi diri sendiri. Anda harus bertobat.
Mari kita lihat ucapan syukur sejati, “Tetapi sungguhpun kami sebelumnya, seperti kamu tahu, telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian memberitakan Injil Allah kepada kamu dengan perjuangan yang berat.” 1 Tesalonika 2:2 (TB).
Dari ayat-ayat di atas, kita dapat mengerti sekarang. Ke mana kita, apa tujuan hidup orang percaya. Dan bagaimana rasa syukur tetap hadir walau tidak memungkinkan kita dapat bersyukur. Intinya bukan agar kehidupan Anda sukses dan menerima berkat-berkatnya. Tetapi agar Anda memberitakan Injil, apapun pekerjaan Anda.
Lalu kita akan belajar, keperluan mendesak untuk meraih rasa syukur yang sangat dalam dan indah bahkan memuliakan Allah karena Injil disampaikan Allah dimuliakan. Begitu besarnya kasih Allah, hal ini menyadarkan kita yang membutuhkan bukti. Akan kebesaran Allah.
3. Apa yang perlu, sehingga dapat bersyukur dalam segala keadaan?
Apa yang diperlukan? Tidak ada yang lain selain Injil Yesus Kristus yang Roh Kudus serukan di dalam hati. Paulus menjelaskan bahwa Injil yang disampaikan bukan dengan kata-kata saja, tetapi ada kuasa Roh Kudus yang bekerja.
Kita sangat membutuhkan kemurahan karunia Allah, kita butuh penebusan darah Yesus yang telah Ia kerjakan di atas kayu salib dan bangkit pada hari yang ke-3. Saudaraku Yesus yang tidak berdosa, Yesus yang kudus dan mulia. Dialah yang membawa Anda dan saya kepada kemampuan untuk dapat menikmati ucapan syukur sejati.
Jika kebenaran dan kekudusan dan ketidakberdosasaan Yesus tidak diberikan kepada kita secara cuma-cuma. Maka tidaka ada sedikitpun pengharapan di dalam kehidupan kita, selain keadaan yang menyesakkan dan tidak menemukan jalan keluar, dan pada kondisi seperti ini adakah ucapan syukur? Tentu tidak akan ada.
Berbeda ketika Kristus telah menjadi Tuhan kita, kita mempercayakan hidup kita kepada Yesus. Seperti Paulus yang telah berpenyerahan penuh kepada Yesus, “hidupku bukan aku lagi tetapi Yesus hidup di dalam aku.” Kehidupan baru yang menjadikan Anda dan saya anak-anak Allah.
Sehingga ucapan syukur kita bukan agar sukses dan hidup lebih baik. Ucapan syukur kita bukan karena keadaan baik. Tetapi kita sadar benar Yesus menjadi milik kita, “barangsiapa memiliki Anak ia memiliki hidup, barangsiapa tidak memiliki anak tidak memiliki hidup.” 1 Yohanes 5:11 (TB)
Tidak memiliki hidup walau Anda bersyukur, walau Anda sukses, Anda masuk dalam kebinasaan kekal. Karena Anda tidak memiliki Yesus.
Ketika seseorang sudah menyadari betapa berharganya kasih anugerah, darah kudus yang tercurah itu, hal ini menjadikannya manusia tidak ada lagi keinginan lain. Karena Yesus saja sudah lebih cukup. Keinginan Kristus yang adalah menyelamatkan jiwa-jiwa, maka orang percaya memberitakan Kristus.
Inilah ucapan syukur yang terjadi dalam segala kondisi, ketika Yesus di dalam Anda dan Anda di dalam Yesus, Yesus lah yang Anda dan saya butuhkan. Karena masalah terbesar kita adalah kematian dalam dosa.
- Bukan tidak bisa bersyukur
- Bukan kemiskinan
- Bukan tidak keadaan yang buruk
- Bukan penganiayaan
- Bukan perpecahan gereja
- Bukan kebodohan
- Bukan sakit penyakit
Tetapi dosa-dosa yang membuahkan banyak hal yang menjadikan kita lelah hidup di dunia. Tetapi puji syukur kehidupan Yesus, kematian Yesus, kebangkitan Yesus, dan naik-Nya Yesus ke sorga memberikan kita pengharapan kekal yang membawa kita pada ucapan syukur sejati di dalam kemuliaan Allah.
Sekian saudaraku, renungan firman TUHAN tentang bersyukur dalam segala keadaan. Saya berdoa kiranya Anda dapat mengerti Injil, agar Anda setiap hari serukan Injil kepada diri Anda, hidup Anda dipenuhi damai sejahtera dalam Kristus Yesus TUHAN kita. AMIN
Posting Komentar untuk "Renungan Kristen Tentang Bersyukur"
Silahkan Berkomentar