Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menjadi Murid Kristus; Ciri-ciri Murid yang Sejati Orang yang Hidup Dalam Kristus

Menjadi Murid Kristus; Ciri-ciri Murid yang Sejati Orang yang Hidup Dalam Kristus

Menjadi Murid Kristus; Ciri-ciri Murid yang Sejati Orang yang Hidup Dalam Kristus

Oleh; Septo Sirangatun

1. Kemurnian Sebagai Sifat Murid Kristus

Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus. (EF. 5:3).

Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa. (1 PET 2:11).

Kata ini seakan-akan asing di telinga kita yang berbicara tentang kemurnian. Kemurnian dari kata dasar murni, atau bersih. Pada point ini kita fokus membahas tentang watak atau sifat murni. Dan lebih fokus pada hal-hal yang menjaga diri menjauhkan diri dari hal-hal yang bersifat tidak kudus, tidak suci.

Murni artinya kita tidak melakukan, tidak terlintas dalam benak dan pikiran kita. Dan hal ini dibicarakan cukup banyak di dalam alkitab. Yang berhubungan dengan keinginan daging, keinginan duniawi.

Surat rasul Paulus kepada jemaat di Efesus ini dengan tegas menjelaskan tentang kemurnian pada pasal 5:3 frasa “Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut saja pun jangan di antara kamu, disebut saja pun jangan apalagi dilakukan.

Apa itu percabulan tindakan dan pikiran amoral yang dilakukan manusia, contoh saat ini di dunia anak muda, dan zaman semakin canggih melewati medsos, melihat situs-situs pornografi, gambar, video, tulisan-tulisan yang berbau cabul.

Frasa rupa-rupa kecemaran ini berkaitan dengan tindakan-tindakan atau kelakuan yang tidak senonoh, tidak bermoral uncleanness, and all impurity tidak bersih, tidak steril. Dan banyak lagi yang berkaitan dengan rupa-rupa kecemaran. Seperti perselingkuhan, mabuk-mabukan, pesta pora, perampokan, pengkhianatan dll.

Keserakahan or convetousness ini berkaitan dengan ketidakpuasan dalam diri dan kehidupan. Ingin memiliki semuanya, yang lain kalau bisa tidak kebagian. Tidak mendapat jatah, cukup dia saja yang dapat jatah. Dalam keserakahan tidak akan merasa puas. Tidak akan merasa cukup dan orang yang seperti ini tidak akan mampu bersyukur dengan apa yang ada dan diperoleh dalam kehidupan.

Selanjutnya kita akan berbicara mengenai “keinginan-keinginan daging” apa itu keinginan daging? Tentunya bukan ingin makan daging ayam panggang, sapi bakar, babi bakar ya. Tetapi keinginan yang bersifat duniawi, dan itu jelas tidak berkenan di hadapan Tuhan, yakni keinginan amoral.

Contoh nyata kalau dilihat konteks dalam surat 1 Petrus “keinginan-keinginan daging”  adalah, hawa nafsu, cara hidup yang sia-sia, tipu, mencaci maki, ucapan bibir yang menipu, pembunuh, pencuri, penjahat, pengacau, dan congkak.

Terhadap semuanya ini, kita sebagai murid Yesus Kristus, tidak terlibat bahkan mengucapkan, menyebutkan jangan. Ini harus dihindari, harus dijauhi, supaya kita murni. Berkenan di hadapan Allah. Supaya kita tidak cemar, tidak terkontaminasi.

Apa tujuan akhir dari kemurnian ini? "Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus. (Lev. 19:2 ITB). Maka kamu harus menguduskan dirimu, dan kuduslah kamu, sebab Akulah TUHAN, Allahmu. (Lev. 20:7 ITB). Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, TUHAN, kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milik-Ku. (Lev. 20:26 ITB). sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. (1 Pet. 1:16 ITB).

Inilah tujuan akhir dari kemurnian hidup kita, supaya kita hidup kudus, sebab Allah kita kudus, dan yang benci terhadap segala dosa dan kecemaran. Memang tidak mudah saat berbicara kemurnian atau kekudusan. Karena natur manusia adalah dosa, itu sebabnya kita perlu dekat dan memiliki hubungan yang intim, personal, dan indah dengan Allah yang kudus itu.

Bahan refleksi

Bagaimana cara kongkritnya? Milikilah disiplin rohani yang teratur, baca firman Tuhan setipa hari, berdoa, renungkan dan refleksikan. Hindari hal-hal yang memicu atau mengundang hal-hal yang membuat kita menjadi tidak murni lagi.

Hindari waktu terlalu lama berbaring di kamar sendiri, dengan hp di tangan kita. Luangkan dan usahakan untuk berolahraga, dan cari kesibukan lain untuk membuat kita fokus pada hal-hal positif. Hati-hati memilih teman, usahakan punya komunitas yang baik untuk bertumbuh dalam firman Tuhan.

Bila saudara saat ini sedang bergumul tentang kemurnian, dan saudara sudah lama berdoa, dan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi, namun tetap saja tidak bisa, coba cari mentor atau orang yang lebih dewasa rohani, orang yang anda anggap nyaman saat berbicara dengan dia, tentunya orang yang anda kenal sejak lama. Ceritakan pergumulan anda dan minta tolong untuk diarahkan.

Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai Raja orang Yahudi!" (Mat. 27:29 ITB). Yesus Kristus dimahkotai duri di kepala-Nya, para prajurit dan serdadu itu menekan duri-duri itu di kepala Yesus sehingga banyak darah menetes, keluar. Apa tujuannya? Darah yang menetes itu untuk menghapus dosa pikiran di kepala, dosa di otak kita yang selalu berpikiran jahat, cabul, pikiran negatif. 

Mahkota duri yang melingkar di kepala Yesus, untuk menggantikan kepala kita yang najis, porno, jahat, biadap. Seharusnya mahkota duri itu melingkar di kepala kita, menusuk bagian dalam otak-otak kita yang keji. Otak-otak kita yang penuh kebejatan. Kepala kita yang tidak memikirkan Allah. Teruslah berdoa, supaya Allah Roh Kudus menolong kita untuk hidup murni di hadapan Allah.

Damai sejahtera dari Allah kita terus nyata dalam kehidupan kita hari lepas hari. AMIN

2. Kejujuran Sebagai Sifat murid Kristus 

Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya. (IM.19:11).

Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia. (KIS. 24:16).

Kejujuran, apa yang kita pikirkan saat mendengar kata kejujuran? Dari kata dasar jujur, lawan kata bohong, dusta itulah jujur. Benar, apa adanya, mengatakan putih itu putih, hitam itu hitam. Inilah jujur atau kejujuran.

Kitab Imamat pasal 19 ayat 11 ini dinaungi atau bagian dari sebuah perikop atau judul besar yakni kudusnya umat TUHAN. Yang mengatur bagaimana sistem keimanan kepada bangsa Israel, terutama suku Lewi yang berkecimpung atau ditugasnya oleh TUHAN, untuk mengatur sistem peribadatan di kemah pertemuan (tabernakel).

Kejujuran, adalah watak atau karakter manusia yang wajib ada. Ada sebuah kalimat pendek namun maknanya sangat dalam, yang berkata demikian “kejujuran adalah mata uang yang berlaku di manapun anda berada”.

Tuhan Yesus dalam khotbah-Nya yang sangat terkenal dan legendaris berkata “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Matt. 5:37 ITB). Begitu pentingnya satu kata ini yakni kejujuran.

Dalam Mazmurnya raja Daud juga mengungkapkan tentang kejujuran “Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku, sebab aku menanti-nantikan Engkau.” (Maz. 25:21 ITB). Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur! (Maz. 32:11 ITB). 

Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya." (Maz. 50:23 ITB). Aku akan bersyukur kepada-Mu dengan hati jujur, apabila aku belajar hukum-hukum-Mu yang adil. (Maz. 119:7 ITB.) Itulah sebabnya aku hidup jujur sesuai dengan segala titah-Mu; segala jalan dusta aku benci. (Maz. 119:128 ITB).

Senada dengan itu penulis kitab Amsal yakni raja Salomo anak dari raja Daud juga menuliskan tentang kejujuran “Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya, (Ams. 2:7 ITB). Karena orang jujurlah akan mendiami tanah, dan orang yang tak bercelalah yang akan tetap tinggal di situ, (Ams. 2:21 ITB). karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat. (Ams. 3:32 ITB). 

Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya. (Ams. 11:3 ITB). Berkat orang jujur memperkembangkan kota, tetapi mulut orang fasik meruntuhkannya. (Ams. 11:11 ITB). Siapa berjalan dengan jujur, takut akan TUHAN, tetapi orang yang sesat jalannya, menghina Dia. (Ams. 14:2 ITB).

Dalam kitab pengkhotbah raja Salomo juga menuliskan “Lihatlah, hanya ini yang kudapati: bahwa Allah telah menjadikan manusia yang jujur, tetapi mereka mencari banyak dalih.” (Pekh. 7:29 ITB). Banyak lagi ayat-ayat yang menuliskan tentang kejujuran.

Dalam Kisah Para Rasul pasal 24:16 ini rasul Paulus sedang berada di hadapan Feliks, pemimpin pada waktu itu sebagai seorang tahanan karena karena Nama Yesus Kristus, dengan tega dan berani Paulus berkata “Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.” Paulus ingin mengatakan kepada Feliks wali negeri pada waktu itu bahwa semua yang Paulus katakana itu benar.

Aku menaruh pengharapan kepada Allah, sama seperti mereka juga, bahwa akan ada kebangkitan semua orang mati, baik orang-orang yang benar maupun orang-orang yang tidak benar. (Kis 24:15 ITB). Paulus waktu itu sedang bersaksi bahwa ada kebangkitan setelah kematian, dan hal itu dia katakana dengan sesungguhnya, bukan hoax atau kabar bohong. Itu sebabnya ayat 16 itu muncul Paulus berkata “Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.” 

Memang saat bicara tentang kejujuran, ini sangat berat untuk diterapkan dalam kehidupan nyata. Ibarat mencari sebongkah berlian di tengah padang pasir, begitu sulitnya kejujuran ditemukan. Saya mengingat sebuah cerita seorang pemuda Kristen yang baru ingin mencari pekerjaan di sebuah perusahaan pengiriman dan produksi barang. 

Di tengah keadaan ekonomi keluarganya yang sedang memburuk, biaya kuliah anaknya yang sudah terlambat dua bulan belum dibayar, bahkan kontrak bulanan rumah yang harus dibayar pada bulan itu juga. Dengan bermodalkan keyakinan dan kepercayaan diri, si pemuda ini berangkat menuju sebuah perusahaan.

Saat bertemu pimpinan perusahaan, untuk melakukan sebuah wawancara tertulis dan wawancara secara langsung. Beberapa menit kemudian sang pimpinan berkata kepada pemuda itu, kamu boleh bekerja di sini dengan gaji perbulan 20 juta, tetapi dengan satu syarat, kamua harus mengurangi jumlah barang kiriman, jika kiriman berjumlah 100 pcs maka kamu tulis dalam laporan 90 pcs.

Karena pemuda ini adalah seorang Kristen yang taat, maka dia berkata kepada pemimpin perusahaan itu, maaf pak saya akan diskusikan dengan istri saya terlebih dahulu di rumah. Pemimpin perusahaan itu, menyetujui usul si pemuda ini. Besok pagi pukul 10.00 saya tunggu keputusan anda di kantor ini.

Sesampainya di rumah, si pemuda ini berdiskusi dengan istrinya. Dan istrinya menyetujui bahwa si suami bekerja saja di perusahaan tersebut, karena gajinya besar. Namun sang suami menolak dan berkata, besok pagi saya akan datang ke kantor dan bertemu pimpinan perusahaan, untuk mengatakan bahwa saya tidak bersedia bekerja di perusahaan itu.

Malam tiba, suami dan istri itu berdoa bersama-sama, dalam doa sang suami berkata “Tuhan jika memang bukan di perusahaan ini saya bekerja, mohon Engkau menyediakan suatu perusahaan yang baik dan layak menjadi tempat saya bekerja. Lalu keesokan harinya sang suami pamit, kepada istrinya untuk pergi ke kantor untuk bertemu dengan pimpinan perusahaan.

Saat pukul 09.55 pemuda ini dipersilahkan untuk masuk ke ruangan pimpinan perusahaan tersebut. Lalu sang pimpinan bertanya, bagaimana apakah kamu bersedia bekerja di perusahaan ini? pemuda ini menjawab dengan lantang dan penuh keyakinan “mohon maaf pak, saya tidak bersedia bekerja di sini. Saya tidak bersedia jika harus berbuat tidak jujur di dalam pekerjaan saya” 

Lalu pimpinan perusahan itu bertanya, apakah kamu yakin dan tidak menyesal dengan keputusanmu ini? pemuda ini menjawab tidak pak saya sungguh-sungguh dengan keputusan saya. Saya mohon pamit. Saat pemuda ini ingin beranjak dari tempat duduknya, pimpinan perusahaan langsung menarik tangan pemuda ini dan berkata “selamat anda berhasil diterima di perusahaan ini, perusahaaan ini membutuhkan seorang yang jujur dan berintegritas seperti anda, mulai besok anda sudah bisa bekerja.

Pemuda ini, melompat kegirangan dan berkata, terimakasih pak. Lalu pemuda ini berkegas pulang ke rumah, dan menceritakan apa yang dia alami kepada istrinya setelah bertemu pimpinan perusahaan tadi, mereka bersyukur dan berdoa bersama-sama untuk apa yang Tuhan kerjakan dalam kehidupan mereka.

Ternyata pimpinan perusahaan ini hanya menguji kejujuran pemuda ini dengan membuat tawaran yang seperti itu. Seberapa dari kita mengalami hal yang serupa, namun memilih untuk tidak jujur demi, uang, reputasi, popularitas dan kenyamanan diri.

Jika saat ini masih ada dan hal itu sulit untuk dilepaskan silahkan saudara berdoa memohon Allah Roh Kudus membantu anda untuk lepas dari kebiasaan hidup yang tidak jujur, menipu, membohongi dan bersilat kata. Sehingga kita mampu juga seperti rasul Paulus yang berkata “Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.”.

Kiranya Tuhan menolong dan memampukan kita untuk hidup dengan jujur. AMIN

3. Rendah Hati sifat Murid Kristus

Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; (Matius 20:26-27).

Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. (1 Petrus 5:5-6).

Rendah hati atau kerendahan hati berbicara tentang watak dasar manusia, sifat atau karakter yang mutlak harus ada dalam diri. Lalu timbul pertanyaan apa bedanya rendah hati? Dengan rendah diri?.

Rendah hati berbicara sikap hati yang rela tidak dianggap, tidak diperhitungkan, siap dan rela dianggap tidak ada jasa. Walaupun kita layak, meskipun itu jasa kita, hasil kerja keras kita. Meskipun kita yang memulai dan memiliki ide atau penggagas utama. Kita rela untuk tidak diingat lagi. Inilah gambaran rendah hati atau kerendahan hati.  

Sedangkan rendah diri itu, lebih kepada sikap yang minder, merasa diri tidak mampu, tidak berharga, tidak bernilai. Hal ini dilatar belakangi oleh keadaan, diri kita, baik masa lalu ataupun keadaan fisik yang membuat kita hilang kepercayaan diri.

Di alkitab ada contoh orang yang rendah diri, dan minder siapa dia? Dia adalah Musa. Kita bisa membaca kisah saat Tuhan memanggil dan mengutus Musa, untuk memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, Musa membuat alasan-alasan yang menunjukan keminderan, rendah diri. Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah." (Kel. 4:10 ITB).

Pada bagian alkitab yang lain kita akan belajar tentang rendah hati, yang diajarkan dan dicontohkan langsung oleh Tuhan Yesus Kristus. Teladan yang luar biasa dari Sang guru Agung sepanjang sejarah dunia.

 Cerita sebelum Yesus menyelesaikan misi-Nya di dalam dunia, peritiwa yang sangat terkenal yang dicatat oleh rasul Yohanes adalah peristiwa Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya. Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. (Yoh. 13:4-5 ITB). 

Yesus mau kita sebagai murid juga memiliki kerendahan hati, dan menghidupi watak itu dalam kehidupan kita, di manapun kita berada, apapun gelar dan titel kita, apapun posisi kita. “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya.” (Yoh. 13:13-16 ITB).

Yesus Sang Raja semesta saja mau dan rela melakukan dan hidup di dunia dengan sifat watak rendah hati, apalagi kita yang bukan siapa-siapa ini. Yesus memberikan teladan yang kongkrit atau nyata dalam kehidupan, supaya manusia melihat dan meniru apa yang Yesus telah dan sudah lakukan.

Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. (Fil. 2:5-8 ITB).

Yesus ALLAH SEJATI namun tidak menganggap kesetaraan atau keAllahan-Nya menjadi sesuatu yang layak dan patut dipertahankan. Melainkan lebih memilih untuk mengosongkan diri, kenosis istilah Yunaninya. Puncak dari kerendahhatian Yesus, Dia demonstrasikan di kalvari untuk manusia, Dia yang Allah saja rela mati. Rela menganggap diri bukan siapa-siapa. Padahal DIA RAJA SEMESTA, penguasa TUNGGAL Alam raya.

“sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Mat. 20:28 ITB) Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Mark. 10:45 ITB).

Padahal Yesus adalah satu-satunya pribadi yang layak untuk dilayani, namun dalam dua bagian alkitab di atas Yesus justru menghancurkan pola pikir manusia yang keliru dan cendrung ingin menjadi tuan, bos, majikan bagi orang lain, bagi sesamanya. Frasa yang sangat luar biasa yang Yesus sampaikan “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani.

Kiranya Tuhan menolong dan memampukan kita, untuk hidup rendah hati selama jantung masih berdenyut, kesempatan masih ada.

4. Sifat Murid Yesus Mengasihi

Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yoh. 13:34-35 ITB). Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. (1 Yoh. 3:18 ITB).

Apa yang kita pikirkan saat mendengar satu kata ini, yaitu KASIH. Mungkin banyak dari kita yang sudah bosan bahkan muak saat mendengar kata kasih atau mengasihi. Mengapa? Karena kata ini yang paling banyak dan paling sering didengar oleh telinga kita.

Belum lagi saat kita melihat dan bersinggungan dengan banyak orang hanya mampu BERUCAP KASIH, KASIH, dan KASIH,  MENGASIHI. Tetapi tidak dapat membuktikaan kasih itu, HANYA TEORI KASIH yang diumbar, sehingga KASIH menjadi hal yang biasa-biasa saja bahkan cendrung tiada nilainya.

Melewati kesempatan ini, kita akan membahas, dan mengupas tuntas satu kata ini, yakni KASIH. Kasih yang bagaimana? Kasih itu apa? Mengapa hal ini yang MUTLAK harus ada dalam kehidupan dan diri manusia.

UNTUK mampu mengasihi dan MENERAPKAN serta MEMPRAKTEKAN KASIH kita harus tahu, SUMBER DARI KASIH ITU. Rasul Yohanes dalam suratnya panjang lebar menuliskan bahwa sumber kasih itu adalah ALLAH SENDIRI. Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. (1 Yoh. 4:7-8 ITB).

ALLAH adalah SUMBER KASIH DAN ALLAH ADALAH KASIH ITU. Saat kita mengetahui sumber kasih maka kita akan paham, betapa luar biasanya SANG SUMBER KASIH, SANG KASIH ITU. Kasih tidak hanya berhenti sampai di situ namun kasih itu DIBUKTIKAN oleh SANG SUMBERNYA yakni ALLAH sendiri. Dalam kitabnya dan suratnya rasul Yohanes menjelaskan dengan sangat konsisten membahas dan menguraikan BUKTI kasih DARI SANG SUMBER YAKNI ALLAH. 

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yoh. 3:16 ITB). Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. (1 Yoh. 4:9-10 ITB). KASIH AJAIB YANG MEMBAWA YESUS turun dari sorga. KASIH AJAIB yang mencari manusia yang hina, papa, sampah dan berdosa. KASIH yang membalut, kasih yang menyatukan kembali.

Kasih itu DIDEMOSTRASIKAN di KALVARI untuk manusia, supaya DOSA diselesaikan, Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. (Rom. 5:8 ITB). CINTA SEPIHAK yang ALLAH SAMPAIKAN, URAIKAN, RANGKAIKAN, EKSPRESIKAN DAN DEMONSTRASIKAN untuk manusia berdosa. KISAH ROMANTIKA CINTA ILAHI. 

Kasih tidak hanya sebatas TEORI, KONSEP-KONSEP BELAKA, namun HARUS DIBUKTIKAN, seperti yang ALLAH telah LAKUKAN untuk manusia.

Setelah kita belajar tentang SUMBER KASIH, BUKTI KASIH. Kita akan belajar tentang praktek kasih atau formula kasih yang ALLAH ajarkan dalam alkitab, yakni kasih vertikal (kepada ALLAH), dan kasih horizontal (kepada SESAMA). Jadi kasih harus seimbang, itu sebabnya Yesus memberikan formula bahwa mengasihi Tuhan Allah terlebih dahulu, baru mengasihi sesama. Dan kasih itu harus SEGENAP (full heart), bukan setengah-setengah.

Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. (Ul. 6:5 ITB). Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Mat. 22:37-40 ITB).

HAKEKAT KASIH, rasul Paulus juga panjang lebar membahas tentang KASIH dalam surat kirimannya kepada jemaat di kota Korintus, Paulus menjelaskan secara detail dan terperinci tentang kasih.

Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.

Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. (1 Kor. 13:4-10 ITB).

Tugas kita sebagai manusia, MENGASIHI dan WATAK atau SIFAT serta KARAKTER ini HARUS ada dan dimiliki serta dihayati dalam diri kita sebagai murid KRSITUS.

Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita. (1 Yoh. 4:11-12 ITB).

Mari kita mengasihi bukan sebatas TEORI, NAMUN ADA AKSI NYATA. 

Kiranya TUHAN menolong dan memampukan kita untuk mengasihi.

5. Iman Merupakan Sifat Murid Kristus  

Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. (IBR. 11:6).

Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. (RM. 4:20-21).

Iman. Apa yang alkitab katakan tentang satu kata ini yakni iman? “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibr. 11:1 ITB). Iman sesuatu yang kita belum lihat, namun kita percaya dan meyakini bahwa hal itu ada. Inilah iman.

Yesus setelah kebangkitan-Nya berkata kepada salah satu murid yang bernama Tomas, yang dijuluki si peragu. “Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." (Yoh. 20:29 ITB). Tidak melihat namun bercaya inilah iman yang sejati. 

Kita juga belum pernah melihat Tuhan, namun kita percaya dan meyakini bahwa Dia ada, rasul Petrus dalam suratnya menuliskan “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu. (1 Pet. 1:8-9 ITB). Inilah iman.

Salah satu tokoh yang dicatat di dalam alkitab yang terkenal karena imannya adalah Abraham, dia mendapat dua julukan, yang pertama bapa orang beriman, yang kedua dijuluki  sahabat Allah. Mengapa Abraham, Mendapatkan dua julukan ini? Memangnya siapa dia ini?.

Kita akan belajar tentang Abraham dan imannya yang sungguh kepada Allahnya. Iman yang dicatat berulang kali sepanjang alkitab, dan tokoh legendaris yang menerima janji Allah. Mereka disebut tiga serangkai yakni Abraham (ayah), Ishak (anak) dan Yakub (cucu).

“Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; (Kej. 12:1 ITB). Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran. Abram membawa Sarai, isterinya, dan Lot, anak saudaranya, dan segala harta benda yang didapat mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran; mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ. (Kej. 12:4-5 ITB).

Abraham diminta oleh Tuhan berangkat ke suatu negeri yang dia sendiri tidak ketahui, arah dan tujuannya, tetapi karena iman maka Abraham taat lalu pergi. Tanpa diskusi panjang, tanpa tawar-menawar, tanpa alasan, namun Abraham dan keluarga langsung pergi. Padahal banyak barang, harta kekayaan, ternak dan lain-lain. 

Hal itu tidak menjadi alasan bagi Abraham untuk menolak perintah Allah. Semuanya karena iman. Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. (Kej. 15:6 ITB).

Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan." Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. (Kej. 22:1-3 ITB).

Iman butuh pembuktian, artinya saat seseorang sungguh-sungguh beriman pasti akan datang ujian iman itu. Hal inilah yang dialami oleh Abraham di dalam Kejadian pasal 22. Abraham diminta oleh Allah untuk mempersembahkan anaknya satu-satunya yakni Ishak, padahal tentang anak ini Tuhan berfirman bahwa melewati keturunan Ishak akan melahirkan banyak keturunan seperti bintang di langit dan pasir di laut. 

Tetapi mengapa Allah seolah-olah tidak konsisten dengan firman-Nya. Baru saja Abraham diberi seorang anak pada masa tuanya bersama Sara sang istri, eh Tuhan malah meminta anak itu untuk dikorbankan atau disembelih di atas gunung Moria. Apa sebenarnya yang Tuhan ingin sampaikan kepada Abraham?

Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan." Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku." (Kej. 22:9-12 ITB).

Ternyata Tuhan ingin menguji kesungguhan iman Abraham, “Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham, kata-Nya: "Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri demikianlah firman TUHAN :Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku." (Kej. 22:15-18 ITB).

Melewati peristiwa inilah mengapa nama Abraham tercatat di kitab Ibrani pasal 11 tentang pahlawan-pahlawan iman. “Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu. (Ibr. 11:8-9 ITB).

“Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu." Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali. (Ibr. 11:17-19 ITB).

Inilah kesungguhan iman, inilah iman sejati, sebagai seorang murid Kristus kita wajib untuk beriman tanpa ragu kepada Allah sama seperti Abraham. “Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. (Rom. 4:20-22 ITB).

Bapak Pdt.Dr.Chris Marantika, Th.D.,DD, beliau adalah seorang teolog dan pendiri Yayasan Iman Indonesia, pendiri STTII Yogyakarta dalam khotbahnya berkata “Iman adalah PASRAH kepada TUHAN tanpa RAGU, dan bahwa DIA ALLAH yang SANGGUP mengerjakan sesuatu  yang luar biasa melalui hidup kita”.

Mari kita beriman dengan sungguh-sungguh dalam kehidupan, sementara menunggu Tuhan memanggil kita untuk kembali ke haribaan-Nya. Kiranya Tuhan menolong kita untuk beriman, Amin.

6. Salah Satu Ciri Pengikut Kristus Adalah Kebajikan

Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman. (GAL. 6:9-10)

Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. (EF. 2:10)

Kebajikan, atau kebaikan berasal dari kata dasar "baik." Banyak sekali ayat-ayat di alkitab yang membahas dan menuliskan tentang kebajikan. Kita akan lihat satu persatu. Dalam Mazmurnya raja Daud menuliskan banyak sekali tentang kebajikan. Nabi Yesaya, nabi Yeremia, rasul Paulus, rasul Petrus. Inilah orang-orang yang mencatat tentang kata kebajikan di sepanjang Alkitab. Sebenarnya masih banyak.

Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa. (Mazmur 23:6). Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku? (Mazmur 116:12). Lakukanlah kebajikan kepada hamba-Mu ini, supaya aku hidup, dan aku hendak berpegang pada firman-Mu. (Mazmur 119:17). Kebajikan telah Kaulakukan kepada hamba-Mu, ya TUHAN, sesuai dengan firman-Mu. (Mazmur 119:65).

Kebajikan telah Kau lakukan kepada hamba-Mu, ya TUHAN, sesuai dengan firman-Mu. (Mazmur 119:65). Aku hendak menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN, perbuatan TUHAN yang masyhur, sesuai dengan segala yang dilakukan TUHAN kepada kita, dan kebajikan yang besar kepada kaum Israel yang dilakukan-Nya kepada mereka sesuai dengan kasih sayang-Nya dan sesuai dengan kasih setia-Nya yang besar. (Yesaya 63:7).

Aku akan memuaskan jiwa para imam dengan kelimpahan, dan umat-Ku akan menjadi kenyang dengan kebajikan-Ku, demikianlah firman TUHAN. (Yeremia 31:14). Dan kota ini akan menjadi pokok kegirangan: ternama, terpuji dan terhormat bagi-Ku di depan segala bangsa di bumi yang telah mendengar tentang segala kebajikan yang Kulakukan kepadanya; mereka akan terkejut dan gemetar karena segala kebajikan dan segala kesejahteraan yang Kulakukan kepadanya. (Yeremia 33:9).

Namun Ia bukan tidak menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan." (Kisah Para Rasul 14:17). Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. (Filipi 4:8).

Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi (1 Timotius 6:18). Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (2 Petrus 1:5).

Dari banyaknya ayat di atas kita bisa belajar tentang kebajikan, perbuatan ini yang dilakukan oleh Allah kepada manusia, bahkan manusia kepada sesamanya. Kebajikan sama dengan kata baik. Kebajikan adalah dambaan semua orang. Berbuat kebajikan kepada orang lain yang membutuhkan.

Kebajikan, adalah sifat atau watak pokok yang juga tidak kalah penting dari watak-watak yang lainnya. Kebajikan ini harus dilandasi kasih, ketulusan dan cinta. Kebajikan adalah bukti dan ekspresi dari orang percaya, karena SUDAH DAN TELAH DISELAMATAN. Bukan supaya diselamatkan.

Kebajikan atau berbuat baik atau kebaikan, merupakan sebuah BUKTI UNGKAPAN SYUKUR kepada Allah karena kita SUDAH SELAMAT. Maka wajib kita berbuat Kebajikan kepada sesama. Kebajikan akan terus menjadi sasaran utama orang percaya untuk mengungkapkan, dan mengeekspresiakan bukti kasih dan cintanya kepada Allah dan sesamanya.

Salah satu dari buah Roh adalah kebaikan atau kebajikan. “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.” (Gal. 5:22-23 ITB). Inilah bukti orang percaya sudah diselamatkan, akan mengeluarkan dan mempraktekan kebaikan dalam kehidupannya.

Berbuat kebajikan, adalah seperti padi yang ditabur di ladang, suatu saat pasti kita akan menuainya. Dan hasilnya akan dikenang, diingat orang lain atau penerima kebajikan itu. Teladan yang sempurna dari Tuhan Yesus adalah menyerahkan nyawa-Nya bagi manusia, ini PUNCAK dari kebajikan “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;” (Yoh. 10:11 ITB). Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. (Yoh. 15:13 ITB).

Bukti perbuatan baik Yesus untuk manusia adalah memberikan nyawa-Nya, hidup-Nya untuk manusia yang berdosa. Mati di kayu salib, darah-Nya bercucuran dari bukit Kalvari adalah bukti kebajikan terbesar, kebajikan PUNCAK yang Yesus DEMONSTRASIKAN, EKSPRESIKAN, DAN UNGKAPKAN untuk manusia berdosa. Supaya kita yang mati hidup kembali, kematian Yesus yang MENGHIDUPKAN kita orang berdosa. HARGAI PENGORBANAN YESUS dengan mengaplikasikan KASIH, DAN KEBAJIKAN itu kepada orang lain.

Kiranya kumurahan dan belaskasihan Allah melimpah atas hidup kita sehingga kita dimampukan untuk menjadikan kebajikan sebagai gaya hidup, sebagai pengkut Kristus sejati. AMIN.

Posting Komentar untuk "Menjadi Murid Kristus; Ciri-ciri Murid yang Sejati Orang yang Hidup Dalam Kristus "