Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nama-Nama Allah Yang Kita Kenal Allah Memperkenalkan Diri-Nya Sendiri

 

Oleh; Septo Sirangatun

Blog: Untuk Kawanku

Ajaran tentang penyataan didasarkan atas perbuatan Allah yang menciptakan manusia menurut gambar-Nya sendiri, agar manusia mengenal, mengasihi, menyembah, melayani dan dengan dengan demikian memuliakan Dia. Kita telah melihat bahwa Agama yang benar adalah yang berdasarkan penyataan Allah. 

Karena itu Allah menyatakan diri kepada Adam sejauh diperlukan oleh Adam untuk berhubungan baik dengan Dia. Adam pertama-tama mengenal Allah melalui buah ciptaan-Nya. Dunia yang dilihatnya memberikan kesaksian yang terang atas kuasa dan hikmat dari penciptanya. Adam mengenal Allah melalui pengenalan dirinya sendiri karena ia bertemu secara langsung dengan Allah. 

Allah memperkenalkan diri-Nya kepada manusia supaya manusia mencapai tujuan penciptaan, yaitu mengenal, mengasihi, dan menyembah Dia. Sang pencipta yang transenden tidak dapat diraih oleh makhluk-Nya sampai ia memperkenalkan diri-Nya. 

Pengenalan manusia tentang Allah adalah berhubungan dengan kelanjutan dari penyingkapan Allah sendiri. Di Eden Adam membutuhkan pernyataan Allah untuk dapat hidup dalam persekutuan dengan Dia.

Allah “memperlihatkan” atau “memperdengarkan” diri-Nya, atau dengan cara lain menyatakan kehadiran-Nya. Tambahan pula, ia menyatakan siapa Dia yang hadir itu dan “memperkenalkan” diri dengan nama-Nya sendiri.

Titik pusat penyingkapan Allah dalam Perjanjian Lama pastilah penyingkapan-diri Allah sendiri kepada umat-Nya; penyingkapan tentang pribadi dan sifat Allah mendahului dan menjelaskan pengungkapan maksud-maksud-Nya. 

Kitapun juga harus ingat bahwa pengungkapan dalam Perjanjian Lama selalu membawa kepada suatu hubungan pribadi antara Allah dengan umat-Nya. Jika persekutuan itu harus terwujud, maka kita harus tahu sifat Allah melalui pengungkapan diri-Nya tersebut. 

Sedikit banyak penciptaan dunia adalah perwujudan dari sifat Allah. Ia membentuknya dengan keakraban yang menyatakan perhatian-Nya dan menyatakan sebagai pengungkapan yang layak dengan menyebutnya, “sungguh amat baik” (Kej. 1:31).

Lalu sebagaimana diceritakan dalam kejadian 2, Allah sendiri memberikan pengarahan kepada Adam untuk diam di taman Eden. Baru setelah keselarasan ciptaan yang pertama terganggu oleh ketidaktaatan, diperlukan suatu penyingkapan diri Allah yang sama sekali baru.

Selaras dengan apa yang telah dikatakan mengenai wahyu Allah, kita sekarang bisa beralih kepada bahasan tentang nama-nama-Nya. 

Nama ini sesuai natur kasus-Nya, haruslah diberikan oleh Allah sendiri. Yang kita hadapi bukanlah ide manusia tentang Allah, melainkan ide Allah tentang diri-Nya sendiri yang ada dihadapan kita dalam nama-nama-Nya. 

Nama-nama Allah yang diberikan kepada kita tentang diri-Nya sendiri bukanlah sekedar tanda-tanda denotasi; tidak ada yang lain seperti diri-Nya yang diri-Nya sendiri bedakan. Nama-nama Allah mewahyukan kepada kita sesuatu natur atau esensi Allah.

Kita masing-masing akan memiliki konsepsi yang agak berbeda dari orang lain tentang Allah. Tetapi hal ini tidak benar jika konsep wahyu Kristen tidak benar. 

Berbicara tentang pembatasan terhadap Allah berarti menyangkali kemutlakan-Nya, dan dengan demikian menyangkali Allah. jika kita ingin berbicara mengenai batasan-batasan Allah, kita seharusnya memulai dengan pembatasan Allah terhadap diri-Nya sendiri pada saat penciptaan dunia.

Proses pemberian nama bagi diri-Nya sendiri merupakan bagian dari proses “prinsip khusus”. Dengan nama-nama Allah, pada umumnya kita bisa menunjukkan.

1. Sebutan-sebuatan yang dengannya Allah memerintahkan kita untuk memanggil-Nya, atau nomina propria (nama-nama diri, atau nama-nama pada dirinya sendiri). 

2. Atribut atau kesempurnaan-kesempurnaan Allah yang diperhitungkan kepada masing-masing dari ketiga pribadi Trinitas.

Nama-Nama Allah Yang Kita Kenal Allah Memperkenalkan Diri-Nya Sendiri

Ada beberapa nama Tuhan yang ditemui dalam Alkitab Perjanjian Lama: 

El / Elohim / Eloah, Adonai, YHWH.

1. El

Nama El dan variasinya Elohim dan Eloah adalah nama yang digunakan dalam Alkitab Ibrani sejak awal kitab Kejadian. Nama-nama itu ternyata mempunyai arti baik sebagai nama diri maupun sebagai kata generik (gelar / sebutan tergantung konteks penggunaannya), dan kemudian digunakan bangsa-bangsa keturunan Adam lainnya sesuai dengan dialek mereka masing-masing. 

Istilah El disebutkan dalam Alkitab sebanyak 250 kali, khususnya dalam Perjanjian Lama oleh nenek moyang umat Israel (Abraham, Ishak, Yakub) dan pemazmur (Ayub) yang ditujukan kepada Allah satu-satunya yang menguasai langit dan bumi. El adalah nama utama Allah.

Istilah  El yang dipergunakan di Kitab Perjanjian Lama sudah dipakai oleh bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa non Israel di wilayah Timur Tengah.

El juga dipakai oleh penduduk Kanaan sebelum umat Israel masuk dan tinggal di Kanaan  El adalah sebutan untuk sesuatu yang ilahi, disamakan dengan Baal (Hakim-hakim 9:4, 46)

El berasal dari bahasa Semit  bersumber dari kata Il (ilah/dewa), ila (Arab)

Bahasa Ugarit  ilu (nama utama ilah wilayah Mesopotamia)

Bahasa Amori  il bersumber dari sumuhu (dia mengacu pada ilah)

Secara harfiah kata il atau El berarti yang kuat atau yang awal  dipakai oleh bangsa-bangsa untuk menyatakan bahwa ilah mereka adalah ilah terkuat.

Bagi umat Israel dan patriakh, istilah El dipahami sebagai ALLAH umat Israel (YHWH) yang berbeda dengan El atau ilah bangsa-bangsa atau suku-suku bangsa non Israel.

Untuk membedakan El ALLAH Israel dengan El ilah, maka di belakang El selalu dihubungkan dengan kata keterangan yang menunjukkan kualifikasi atau sifat (El-Shaddai, El-Elyon, El-Roi, dll)

2. Elohim

  • Penggunaan istilah Elohim cukup banyak di Kitab Suci, sejumlah 2.570 kali.
  • Kata Elohim berbentuk jamak, bentuk tunggalnya disebut Eloah.
  • Apabila kata Elohim dipakai, maka kata kerja yang mengikutinya dapat berbentuk tunggal atau jamak tergantung dari makna yang terkait. 
  • Bentuk jamak ini tidak mengacu pada politheisme, sebab dalam Ulangan 6:4-5, jelas ALLAH Israel adalah esa, melainkan merujuk pada intensitas yang kuat:
  • Keutamaan, kedudukan terkemuka, kemahsyuran
  • Peningkatan, keistimewaan
  • Yang tertinggi (Mahaagung dan Mahatinggi)
  • El telah dipakai oleh orang-orang berbahasa Semit di bagian barat.
  • Bahasa Ugarit  elh (tunggal), elhm (jamak)

  1. Istilah El dan Elohim serta Eloah saling berkaitan dan dipakai secara bergantian, tergantung tempat.
  2. Istilah Elohim tidak selalu merujuk kepada ALLAH Israel, sebab bangsa lain juga menggunakan istilah yang sama, sehingga harus jelas Elohim mana yang dimaksud.
  3. Makna Elohim yang perlu dihayati agar umatNya mampu membedakan dengan Elohim bangsa lain adalah: sebutan Elohim umat Israel seringkali dikaitkan dengan nama para nenek moyang/patriakh mereka (Kejadian 9:26, 24:27, 32:9, Kel 3:6).
  4. Elohim umat Israel berkaitan erat dengan pribadi yang menyembahNya  dimungkinkan menyebut Elohim-ku / Elohim-mu.

3. YHWH

Penggunaan YHWH paling banyak di Kitab Suci, sejumlah 6.823 kali.

Dalam tradisi naskah Pentatukh diketahui bahwa nama YHWH ini baru pertama kali diperkenalkan kepada Musa sebagai ALLAH Israel yang membawa umat Israel keluar dari Mesir (Kel 3:13-14a, 6:1-2, 20:2)

Istilah YHWH menjadi berkurang penggunaannya sejak diaspora karena kesulitan melafalkan istilah ini karena orang Israel sangat menghormati dan takut menyebutkannya dengan cara yang salah.

Penggunaan istilah YHWH dinyatakan pada Musa karena kebutuhan bagi umat Israel untuk menyatakan eksistensi ALLAH melawan para ilah Mesir yang pada masa itu dikenal dunia sebagai bangsa yang religious dengan dewa-dewanya yang hebat.

Ketika Musa diperintahkan Allah untuk pergi ke bangsa Israel dengan membawa pesan-Nya, Musa khawatir apa yang harus ia katakan jika mereka menanyakan nama Allah. Jawaban Allah menyingkapkan kebenaran mengenai diri-Nya. “Firman Allah kepada Musa: “AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.”” (Kel 3:14). Jawaban ini menyatakan keberadaan Allah itu nyata, wujud diri-Nya. Bahwa Ia adalah Makhluk segala makhluk. 

Hal ini juga menggambarkan kekekalan-Nya dan ketetapan-Nya, juga keteguhan dan kesetiaan-Nya dalam memenuhi janji-Nya karena hal itu akan mencakup segala hal; di masa lalu, saat ini, dan masa mendatang.

Artinya, saya bukanlah saya di masa saat ini saja, melainkan saya yang sejak dulu kala, saya yang di masa mendatang, dan bagaimana saya seharusnya. Penjelasan Allah tentang kekekalan-Nya dinyatakan melalui Alkitab.

Dari studi tentang naskah-naskah tertua ditemukan bahwa jika dalam kitab Kejadian (zaman Enos) nama YHWH muncul itu bertujuan untuk menunjukkan bahwa YHWH tidak eksklusif dan bukan hanya milik bangsa Israel melainkan ALLAH segala bangsa dan suku bangsa.

Pada saat TUHAN menampakkan Diri kepada Musa di gunung Horeb, Ia memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ketika Musa menanyakan siapa namaNya, Dia memperkenalkan namaNya sebagai: “AKU ADALAH AKU” (Ehyeh Asher Ehyeh) – Kitab Taurat Musa Keluaran 3:13-15. (Ditulis tahun 1500 SM). 

(Catatan: TUHAN menyebut DiriNya “AKU ADA” (Ehyeh), umat memanggilNya “DIA ADA” (Yahweh/YHWH). YHWH = DIA yang telah ADA, yang ADA, dan yang akan terus ADA). 

TUHAN menyebut Diri-Nya sebagai “AKU ADALAH AKU” - karena Dia tidak bisa disamakan, Dia tidak bisa didefinisikan, Dia tidak diciptakan, Dia tidak bernama, Dia tidak dikuasai oleh yang lain, dan Dia Maha Unik - hanya Dialah satu-satunya dan tidak ada yang lain.

4. Adonai

Penggunaan istilah Adonai yang berarti tuan atau Tuhan yang merupakan panggilan kehormatan. 

Posting Komentar untuk "Nama-Nama Allah Yang Kita Kenal Allah Memperkenalkan Diri-Nya Sendiri"