Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Proses Hidup Untuk Menjadi Murid Kristus; Dimurnikan Seperti Emas

Yang diharapakan

Setiap orang selalu ingin memberikan yang terbaik untuk siapapun kecuali mereka-mereka yang apatis.  Seorang murid pun selalu mempunyai ekspektasi yang besar terhadap gurunya, ia berharap gurunya selalu memberinya materi-materi yang baru, yang terupdate bukan materi-materi yang usang apalagi materi yang sama yang terus- menerus diulangi begitupun sebaliknya. Guru ingin muridkan memiliki nilai yang bagus sehingga ia terlihat berhasil mendidik muridnya.

Kira-kira segitulah ekspektasi dari kita-kita yang pernah duduk di bangku sekolah maupun kuliah, kita ingin guru dan dosen kita memberi yang terbaik bagi kita, untuk itu kita rela mengeluarkan banyak uang kita untuk membayar semua itu. 

Hal ini pun tidak hanya berlaku kepada guru-guru di sekolah tetapi juga kepada mereka-mereka yang menjadi guru kehidupan dikenal dengan mentor karena tidak bersifat non formal, disana murid akan lebih menaruh ekspektasi yang lebih besar lagi kepada para mentor, jika ditanya perbedaan antara  guru dan mentor kehidupan maka perbedaannya akan cukup jelas. 

Guru tidak harus, melakukan atau menghidupi apa yang ia ajarkan. Sedangkan mentor kehidupan dia tidak saja mengajar tetapi dia juga wajib menghidupi apa yang sedang dan akan terus ia ajarkan. Karena itulah yang akan menjadi daya tarik tersendiri dari orang yang sedang ia bimbing bukan hanya itu saja kata-katanya yang sangat powerfull karena ia berbagi akan kehidupannya sendiri, apa yang ia hidupi, ia yakini dan pengalamannya sendiri. 

Tentang Kehidupan

Mentor kehidupan, memberi dirinya, hidupnya, kenyamananya dengan penuh sukarela untuk mengajar orang yang dibimbingnya.  Pengajarannya  tidak dibatasi oleh waktu dan tempat, di mana saja dan kapan saja sang murid akan diajar, tanpa bahan dan kerap kali tanpa persiapan. Karena yang sedang dibagikannya atau yang sedang ingin ia ajarkan adalah kehidupannya, disinilah bagian tersulit bagi sang murid karena dibutuhkan kepekaan, konsentrasi yang tinggi untuk dapat melihat dan menarik nilai-nilai hidup dari sang mentor. 

Ia bisa saja mengajar muridnya di pasar, ia bisa saja mengajar saat jalan pagi ataupun saat makan bersama, murid harus selalu ingat bahwa gurunya tidak akan pernah mengatakan bahwa hari ini saya akan mengajar kamu tentang ini, di tempat itu saya akan mengajar kamu tentang ini, “jangan pernah berharap apalagi muncul pikiran itu di benak anda”, semua itu berjalan secara alamiah seperti tidak terjadi pengajaran disana, sekali lagi sang murid harus memiliki kepekaan yang tinggi. 

Mentor kehidupan kerap kali galak dari pada guru di sekolah karena ia mengajarkan akan nilai-nilai kehidupan bukan saja di dunia ini tetapi juga tentang kehidupan yang akan datang. Namun hati mereka selembut sutra, mereka sangat merindukan bahwa kelak seorang yang mereka bimbing akan menjadi seorang yang dapat membimbing orang lain lagi, sehingga kehidupan seorang murid tersebut bukan lagi berpusat pada diri sendiri melainkan Sang Pencipta.

Ia membongkar akan ego sang murid, ketidakdisiplinan sang murid, ketidaktaatan sang murid, kebandelan sang murid akan ia tundukan dihadapannya untuk diubahkan oleh Allah. Ia mengajarkan ini semua karena ia pun pernah mengalaminya, ia juga pernah di disiplinkan, pernah mengalami sesuatu yang sakit, yaitu Ketika egonya diinjak-injak agar semakin menundukan diri untuk kehidupan yang lebih berguna bagi sesama. 

Ia lakukan ini semua karena ia juga pernah membuka hidupnya dan mengijinkan akan orang lain mengatur hidupnya. Ia tahu bahwa itu semua untuk kebaikannya meskipun itu sakit dan seringkali berteriak namun tidak ada suara. 

Ego Yang dikoyakkan

Siapa yang mau orang lain mengatur dirinya tentu tidak ada yang mau karena berbenturan dengan ego kita dengan natur kita, tapi ketika itu dapat dilalui selalu ada pelangi setelah hujan dan selalu ada pagi setelah malam. Ini semua berbenturan dengan watak dasar kita, akan lahir watak baru yang lebih mulia, sebuah watak emas yang telah ditempa dengan api yang sangatlah panas, digilas dan dipukul. Sehingga hadirlah watak emas situ.

Harus dipersiapkan oleh seorang murid yaitu watak yang senang diajar, sedia, penuh penyerahan diri, kerelaan yang tinggi, sedia meluangkan waktunya  untuk belajar ini semua tidaklah mudah butuh pengorbanan. Tidak ada jalan pintas, ada harga yang harus di bayar seperti emas murni tidak jadi dalam satu malam dan juga tidak jadi dalam sekali proses butuh beberapa kali. 

Muridpun demikian adanya tidak jadi dalam satu malam, itulah mengapa kesediaan waktunya akan berbanding lurus dengan kesetiannya. Perlu ada hati yang koyak sehingga mendari betapa diri ini membutuhkan kasih yang sempurna.

Inilah kehidupan dalam Kristus kehidupan murid sejati, bukan seorang penggemar biasa namun seorang yang menyerahkan dirinya kepada Pribadi mulia yang telah lebih dulu mengasihi, lebih dulu memberikan diri-Nya sebagai jalan menuju kehidupan baru, kehidupan yang dipenuhi tentangan namun bersukacita.

Menjadi emas untuk kemuliaan

Emas yang dipersiapkan demi kemuliaan Sang Pencipta, emas yang pada akhirnya siap dengan wataknya yang mulia dan penuh kasih mengabarkan Sang Kasih, yang telah disalibkan untuk menerima hukuman dosa Anda dan saya. 

Semua jenis hukuman dosa ditimpakan kepada-Nya. Mungkin ini terlihat sadari dan tidak adil, tetapi ini semua bertujuan menyelamatkan seorang murid, agar seorang murid itu mampu untuk menerima setiap disiplin yang bertentengan dengan naturnya yang berdosa. Agar seorang murid itu menjadi taat dengan mata hanya memandang kepada karya keselamatan, di atas kayu salib.

Sungguh indahnya kehidupan seorang murid sejati, sehingga Ia mampu menikmati persekutuan intim Bersama Allah, dan hubungan yang indah juga mentornya, mentornya yang dulunya terlihat pemarah namun kini, murid itu dapat mengerti, bahwa hati mentor tersebut selembut sutra, sangat berbelas kasih karena ia sudah menerika kasih Allah secara nyata.

Kita sadar bahwa kita diselamatkan bukan hanya untuk diampuni dari dosa atau diberi jaminan kekal di sorga, tapi kita diselamatkan untuk mengenal Allah. Maka, kita pun memiliki hasrat akan Dia. Kita begitu mengingininya, sampai-sampai kita meninggalkan segala sesuatu supaya dapat mengalami Dia – David Platt, dalam bukunya Radical, 47

Hubungan Mentor dan murid adalah hubungan untuk memikul salib dan menyangkal diri lalu mengikut Yesus sampai mati. Kita akan selalu bersyukur, bila kehidupan seperti ini benar-banar ada dalam diri kita. Kita akan selalu melimpah dengan sukacita karena Injil itu benar adanya, Ia adalah Pribadi mulia yang memberikan darah-Nya bagi Anda dan saya.

Ini adalah perjalanan untuk mengalami Allah secara nyata, dan bukan suatu hal yang mustahil. Karena Allah yang mendatangi kita.

Suatu bukti bahwa kehendak kita telah hancur adalah bahwa kita mulai bersyukur kepada Tuhan untuk apa yang suatu ketika terasa begitu pahit, mengetahui bahwa kehendak-Nya adalah baik dan bahwa, dalam waktu-Nya dan dengan cara-Nya, Dia dapat membuat air yang paling pahit menjadi manis – Nancy Leigh DeMoss

Kiranya Allah memampukan kita untuk selalu memberikan diri kita, dari hari ke hari didik semakin cinta Dia, semakin berserah, dan semakin menyadari betapa berdosanya diri kita. Dan kita akan selalu disucikan karena anugerah keselamatan itu sempurna bagi kita. AMIN