Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kumpulan Ilustrasi Khotbah; Cerita-cerita Singkat Kristen

Kumpulan Ilustrasi Khotbah; Cerita-cerita Singkat Kristen

1. Berhala Dalam Hati 

Nats : Orang-orang ini menjunjung berhala-berhala mereka dalam hatinya (Yehezkiel 14:3)

Bacaan : Yehezkiel 14:1-8

Ketika saya dan suami saya pergi mengabarkan Injil untuk pertama kalinya, saya prihatin melihat maraknya materialisme di masyarakat kami. Sebelumnya tak pernah terlintas dalam pikiran saya bahwa saya pun bisa menjadi orang yang materialistis. Lagi pula, bukankah sewaktu kami pergi untuk mengabarkan Injil, kami pergi hampir tanpa membawa apa-apa? Bukankah kami harus tinggal di apartemen kuno yang tak terpelihara dengan perabotnya yang sudah usang? Saya pikir materialisme tidak bisa menyentuh kami.

Namun, perasaan tidak puas perlahan-lahan mulai berakar dalam hati saya. Tak lama kemudian, saya mulai memimpikan benda-benda bagus dan diam-diam merasa kesal karena tidak dapat memiliki benda-benda tersebut. Suatu hari, Roh Allah membuka mata saya terhadap suatu pemahaman yang menyentak. Materialisme tidak harus berarti memiliki harta benda, tetapi dapat berupa keinginan untuk memilikinya. Saya terpaku karena merasa bersalah telah bersikap materialistis! Tuhan telah menunjukkan bahwa ketidakpuasan saya telah menjadi berhala dalam hati saya. Hari itu saya menyesali dosa yang tidak kentara ini, dan saat itu juga Allah kembali menguasai hati saya sebagai singgasana-Nya yang sah. Sudah tentu saya merasakan kepuasan yang mendalam, bukan karena harta benda, melainkan karena Dia.

Di zaman Yehezkiel, Tuhan pun menunjukkan penyembahan berhala di hati umat-Nya (Yehezkiel 14:3-7). Dan sekarang, Dia rindu melihat kita membersihkan hati dari segala yang merusak kepuasan kita akan Dia —Joanie Yoder

BERHALA ADALAH SEGALA SESUATU YANG MERAMPAS SINGGASANA ALLAH YANG SAH

2. Pandangan Belas Kasih

Nats : Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan (Lukas 10:33)

Bacaan : Lukas 10:25-37

Ketika Francisco Venegas, penjaga sekolah di Colorado, mengamati anak-anak yang sedang asyik di tempat bermain, ia melihat seorang anak perempuan sembilan tahun jatuh dari bangku tanpa sebab yang jelas. Lalu dilihatnya wajah anak itu berkerut aneh. Melihat ada yang tidak beres, Francisco melaporkan apa yang telah dilihatnya ke kantor sekolah.

Beberapa hari kemudian anak itu tiba-tiba mengalami serangan stroke dan dilarikan ke rumah sakit. Berdasarkan informasi Francisco, dokter pun memutuskan untuk melakukan scan otak. Dan benar, mereka menemukan tumor. Syukurlah, anak itu berhasil dioperasi dan sembuh.

Banyak orang menyebut Francisco Venegas "orang Samaria yang murah hati", seperti tokoh yang diceritakan Yesus tentang tiga orang yang melihat orang yang membutuhkan pertolongan. Dua orang pertama "melewatinya dari seberang jalan" (Lukas 10:31,32). Tetapi yang ketiga, seorang Samaria, memperlihatkan belas kasihan (ayat 33-35).

Belas kasihan tak berdiam diri saat melihat orang yang membutuhkan. Belas kasihan berarti mau terlibat dalam penderitaan orang lain karena tak kuasa meninggalkannya. Belas kasihan timbul dari hati yang terarah kepada Allah dan orang-orang yang sama-sama menjalani kehidupan ini.

Kisah Yesus mengenai orang Samaria yang murah hati diakhiri dengan satu perintah bagi kita: "Pergilah, dan perbuatlah demikian" (ayat 37). Yesus melihat setiap orang dengan pandangan belas kasih, dan Dia memanggil kita untuk melakukan hal yang sama-- David McCasland

BELAS KASIHAN ADALAH KASIH YANG DITUNJUKKAN DALAM PERBUATAN 

3. Allah Ingat

Nats : Dia sendiri tahu apa kita, dia ingat, bahwa kita ini debu (Mazmur 103:14)

Bacaan : Mazmur 103:6-22

Saya tidak akan pernah melupakan pesan yang disampaikan oleh pendeta joseph bower kepada staf pelayanan rbc [radio bible class] dalam sebuah acara di gereja beberapa tahun yang lalu. ia menggunakan tiga ayat alkitab (2 Timotius 2:19; Mazmur 103:14; 2Petrus 2:9) untuk menunjukkan bahwa allah memahami kita sepenuhnya, baik kelemahan, keterbatasan, maupun sifat kita.

Namun, yang saya ingat dengan jelas dari khotbah pendeta bower adalah saat ia membagikan pengalaman pribadinya yang menggambarkan mazmur 103:14. pendeta bower adalah orang yang bertubuh besar dan kuat. ia juga aktif dalam kegiatan pembangunan gedung-gedung gereja di samping berkhotbah.

Pada suatu hari ia ingin memindahkan sebuah tiang baja yang beratnya kurang lebih 150 kg. ia lalu meminta anaknya untuk memegangi salah satu ujung tiang dan meletakkannya di tempat yang diinginkan. anak muda itu mencoba mengangkat balok tiang yang besar itu, tetapi ia tidak kuat. bahkan akhirnya ia harus dirawat di rumah sakit. pendeta bower merasa sangat terpukul. karena merasa kuat, ia lupa kalau anaknya tidaklah sekuat dirinya. lalu ia berkata bahwa bapa kita di surga tidak pernah lupa akan kelemahan anak-anak-nya, karena "dia sendiri tahu apa kita, dia ingat, bahwa kita ini debu" (mazmur 103:14).

Jika hari ini anda berbeban berat, tetaplah anda tenang. ingatlah bahwa tuhan tidak akan pernah membebani anda dengan beban yang lebih berat daripada beban yang dapat anda tanggung –richard de haan

ALLAH MENGETAHUI BATASAN BEBAN KITA, DENGAN KASIHNYA DIA AKAN MEMBATASI BEBAN KITA

4. Keuntungan dari Kelemahan

16 Januari 2003

Nats : Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna" (2Korintus 12:9)

Bacaan : 2Korintus 12:1-10

Saya selalu senang mengobrol dengan teman lama saya semasa kuliah, Tom. Bersama-sama kami selalu mencoba memahami apa yang telah Tuhan ajarkan sejak kami terakhir bertemu.

Suatu hari Tom mengawali pembicaraan dengan senyum tersipu-sipu, "Aku sendiri hampir tak percaya jika aku membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menangkap pelajaran terakhir yang Allah ajarkan kepadaku. Padahal aku seorang guru Alkitab!" Ia bercerita tentang sederet pencobaan dan ujian yang telah ia dan keluarganya hadapi. Karena pengalaman itu, ia merasa tak layak mengajar di kelas Sekolah Minggu dewasa. "Minggu demi minggu aku merasa sangat gagal," akunya, "dan terus bertanya-tanya apakah hari Minggu ini akan menjadi Minggu terakhir sebelum aku mengundurkan diri."

Pada suatu hari Minggu seorang wanita muda tetap tinggal di kelas Sekolah Minggu dewasa sesudah pelajaran berakhir untuk berbicara dengan Tom. Ia adalah teman keluarganya, jadi ia tahu setiap hal yang mereka alami. "Tom," katanya, "saya harap kau tidak salah mengerti, tapi sesungguhnya kau menjadi guru yang jauh lebih baik justru ketika sedang mengalami masa-masa sulit."

Tom tersenyum sambil berkata kepada saya, "Pada saat itulah aku merasa dapat memahami tanggapan Tuhan terhadap duri dalam daging yang dialami Paulus: 'Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna'" (2 Korintus 12:9).

Ketika kita sadar betapa kita membutuhkan Allah, Dia akan menguatkan kita. Itulah keuntungan dari kelemahan --Joanie Yoder

DALAM MASA-MASA SULIT ALLAH MENGAJAR KITA UNTUK PERCAYA


5. Pikiran yang Baik

Nats : Semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu (Filipi 4:8)

Bacaan : Filipi 4:1-9

Menurut seorang anak lelaki, “Berpikir adalah saat mulut kita diam dan kepala kita berbicara sendiri.”

Tatkala kepala kita berbicara sendiri, saat itulah terungkap bagaimana kita bertindak secara moral dan spiritual. Untuk membentengi pikiran kita dan menghalangi masuknya pengaruh yang dapat menghalangi perjalanan kita dengan Allah, kita harus menggunakan pikiran kita sesuai dengan kehendak-Nya.

Alkitab memberi kita tuntunan yang jelas tentang hal itu, yakni dengan menyebutkan hal-hal baik yang seharusnya kita pikirkan. Sebagai contoh, Mazmur 1:2 dan Mazmur 119:97 memerintahkan kita untuk merenungkan firman Allah siang dan malam. Itulah yang seharusnya menjadi prioritas utama dalam benak kita.

Namun kita juga harus menjalani kehidupan, dan kita tidak mungkin menghabiskan seluruh waktu kita untuk terus-menerus merenungkan Kitab Suci. Meskipun demikian, kita juga membutuhkan tuntunan, apalagi saat memikirkan aspek duniawi dalam hidup kita. Paulus meminta kita supaya memikirkan semua yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, yang disebut kebajikan dan patut dipuji (Filipi 4:8). Dalam menjalani segala aktivitas kita sehari-hari, hal-hal itulah yang seharusnya menguasai pikiran kita.

Saat kepala kita “berbicara sendiri”, pikiran kita seharusnya berkata, “Jangan masukkan pikiran kotor dan tidak baik!” Apabila kita berpikir seperti itu, kita akan tahu apa yang harus kita lakukan, bagaimana cara bertingkah laku, ke mana harus melangkah, dan apa yang harus dikatakan --Dave Branon

PIKIRAN YANG BAIK AKAN MENUNTUN KITA PADA HIDUP YANG BENAR

6. Bebas dari Rutinitas

2 April 2003

Nats : Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri (Matius 14:23)

Bacaan : Markus 1:32-39

Kapan terakhir kali Anda membaca Alkitab sembari duduk di bawah rindangnya pohon ek? Pernahkah Anda berdoa di tepi sungai kecil sambil merasakan sejuknya air yang mengalir membasahi kaki Anda? Bukankah suatu hal yang menyenangkan apabila kita merenungkan firman Allah sambil memandangi matahari yang terbit di balik cakrawala?

Mungkin tidak semua orang dapat melakukan hal-hal di atas. Namun, kita semua dapat membebaskan diri dari cara rutin saat teduh kita bersama Allah. Kadang kala, kebiasaan kita dalam bersaat teduh dapat membantu untuk bertumbuh lebih dekat kepada Allah. Namun, kebiasaan itu terkadang bisa menjadi kering dan membosankan.

Sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk merasa bosan karena Allah menciptakan dunia yang begitu indah dan penuh keanekaragaman. Tak ada sukacita yang berkurang sewaktu kita menyembah Sang Juruselamat yang rela menderita dan mati bagi kita demi membayar hukuman dosa kita. Tak ada alasan untuk merasa jemu didiami oleh Roh Kudus yang memberi kita kekuatan untuk memenuhi kehendak Allah.

Jadi, bagaimana caranya supaya saat teduh kita tidak menjadi kering? Caranya adalah dengan membebaskan diri dari rutinitas yang biasa dilakukan dan membuat variasi saat teduh kita bersama Allah.

Ketika hendak melakukan penyembahan, Yesus mencari tempat yang sunyi, jauh dari keramaian orang-orang dan kesibukan pelayanan (Markus 1:35). Kita pun perlu melakukan hal yang sama. Kita perlu membebaskan diri dari rutinitas --Dave Branon

WAKTU YANG DIHABISKAN BERSAMA TUHAN MERUPAKAN WAKTU YANG DIHABISKAN DENGAN BAIK

7. Pemangkasan

Nats : Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah (Yohanes 15:2)

Bacaan : Yohanes 15:1-11

Di tiap kebun anggur, seorang pengurus kebun anggur memangkas ranting-ranting pohon anggur agar menghasilkan lebih banyak buah. Dalam pengertian rohani, terkadang Bapa surgawi kita harus memperlakukan kita dengan cara yang sama, yaitu memangkas kehidupan kita. Tak hanya ranting-ranting mati yang harus dibuang, tetapi terkadang bahkan yang masih hidup dan penting pun harus dibuang agar dapat menghasilkan buah yang lebih baik dan lebat.

Berbagai macam keadaan dapat menjadi pisau pemangkas di tangan Tuan Pemilik Kebun Anggur. Pisau itu dapat berupa isyarat penolakan, perkataan tidak ramah, atau bahkan tanpa kata. Bisa jadi itu berupa rasa frustrasi karena terus-menerus hidup dalam kegaduhan dan kebingungan, menghadapi tugas sehari-hari, sehingga tidak punya kesempatan untuk menemukan tempat yang tenang untuk menyendiri. Atau mungkin saat menunggu campur tangan Allah ketika tampaknya tidak ada harapan sama sekali dan kita tidak punya teman yang bisa menolong.

Namun, pisau pemotong itu dikendalikan oleh sepasang tangan yang penuh kasih. Tuan Pemilik Kebun Anggur tahu apa yang bisa kita dapatkan dan Dia tahu bahwa kita akan menjadi lebih mengasihi, bersukacita, damai, penuh toleransi, baik hati, dapat dipercaya, lembut, percaya diri -- lebih kuat dan lebih baik daripada keadaan kita sekarang ini.

Kita tidak perlu menghindari pisau itu, tetapi memercayai tangan yang memegangnya. Bapa kita di surga mempunyai satu tujuan, yaitu untuk menghasilkan buah yang baik dalam diri kita —David Roper

MENGHASILKAN BUAH + PEMANGKASAN = LEBIH BANYAK BUAH

8. Membentuk Diri Kita

24 Juni 2004

Nats : Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak (Ibrani 12:6)

Bacaan : Ibrani 12:1-11

Ketika suami saya masih kecil, ibunya terkadang memarahi dan menghukumnya karena ia tidak taat. Suatu kali ketika sedang dimarahi, ia memohon kepada ibunya, “Ibu seharusnya memperlakukan anak Ibu dengan baik!” Ucapan ini menyentuh hati ibunya yang lembut. Tetapi karena mengasihi anaknya, sang ibu tetap menghukum dan mendidiknya. Bertahun-tahun kemudian, sebagai seorang misionaris Bill sangat bersyukur atas keteguhan kasih ibunya yang telah membentuk dirinya seperti sekarang.

Allah pun menghukum dan mendidik anak-anak-Nya yang berbuat salah. Dia dapat melakukannya secara langsung (1 Korintus 11:29-32), atau melalui kesukaran hidup untuk meluluhkan, membentuk, dan menjadikan kita semakin menyerupai Yesus. Dalam Ibrani 12:6, kita percaya bahwa “Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya”. Tentu saja hajaran dari Allah rasanya tidak enak. Bahkan. Kadang-kadang kita berpikir bahwa hajaran itu menghancurkan kita. Tetapi hajaran Allah merupakan hal penting yang dapat menyelamatkan kita dari kehancuran akibat cara hidup kita yang egois dan keras kepala.

Meskipun tidak menyukai pendisiplinan Allah, dikatakan bahwa didikan itu akan melatih kita untuk hidup benar dan kudus (ayat 7-11). Daripada menolak perbaikan yang diberikan Allah, kita dapat berserah kepada-Nya, percaya bahwa Dia ingin rohani kita bertumbuh. Bagaimanapun keadaan kita, Allah sangat memahami kesulitan yang kita hadapi dan bekerja dengan penuh kuasa demi kebaikan kita.

Kasih-Nya yang teguh sedang membentuk kita —Joanie Yoder

PENDISIPLINAN ALLAH DIRANCANG UNTUK MENJADIKAN KITA SERUPA DENGAN PUTRA-NYA

9. Mereka Mengerti

18 Desember 2003

Nats : [Allah] yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam- macam penderitaan (2Korintus 1:4)

Bacaan : 2 Korintus 1:3-11

Beberapa hari sebelum Natal, kami menerima sebuah karangan bunga yang indah beserta kartu ucapan yang berbunyi, "Turut mengenang kehilangan yang Anda alami dan semoga Natal serta Tahun Baru Anda beserta keluarga penuh berkat. Teriring kasih dan doa, Dave dan Betty."

Tujuh bulan yang lalu, saudara perempuan saya, Marti, dan suaminya, Jim, meninggal dalam kecelakaan lalu lintas. Ini adalah Natal pertama kami tanpa mereka, sehingga kami sungguh mendapatkan dukungan luar biasa dari sahabat yang memedulikan kehilangan kami dan yang mengungkapkan kasih dalam wujud nyata.

Dave dan Betty memahami kedukaan dan kebutuhan kami untuk mengalami pemulihan Allah, karena dua dekade sebelumnya anak perempuan mereka bunuh diri. Karena telah mengalami penghiburan dari Tuhan selama bertahun-tahun, mereka pun dapat mendampingi kami dengan penuh kepekaan dan perhatian.

Tindakan kasih seperti itu merupakan contoh langsung dari perkataan Paulus: "Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan ... menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah" (2Korintus 1:3,4).

Ketika Allah menyentuh hati kita yang terluka dengan kedamaian-Nya, kita secara unik diperlengkapi untuk membagikan pengalaman itu kepada orang lain. Alangkah indahnya hadiah yang diberikan dan diterima pada hari Natal! --David McCasland

ALLAH TIDAK MENGHIBUR KITA UNTUK MEMBUAT KITA TERHIBUR

TETAPI UNTUK MEMBUAT KITA MENJADI PENGHIBUR

10. Dua Anak Perempuan

28 Maret 2004

Nats : Datanglah seorang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata, “Anakmu sudah mati ...” (Lukas 8:49)

Bacaan : Lukas 8:40-42,49-56

Sebelumnya saya tidak pernah banyak berpikir tentang Yairus. Saya memang pernah mendengar kisah tentang kepala rumah ibadat ini, dan saya tahu ia meminta Yesus untuk datang ke rumahnya dan menyembuhkan anak perempuannya yang hampir mati. Namun, saya tak pernah memahami dukacitanya yang mendalam. Saya tidak pernah mengerti betapa hancur hatinya ketika seorang utusan dari keluarganya datang dengan membawa berita, “Anakmu sudah mati.” Tidak, saya tidak pernah mengerti kesedihan dan deritanya, sampai saya mendengar ucapan yang sama seperti itu dari seorang polisi yang datang ke rumah kami pada tanggal 6 Juni 2002.

Anak perempuan Yairus berusia 12 tahun, meninggal karena sakit. Anak perempuan kami berusia 17 tahun, meninggal karena kecelakaan mobil yang menghancurkan hati keluarga kami.

Anak perempuan Yairus dihidupkan kembali oleh jamahan tangan Yesus. Meski pun kami tahu anak perempuan kami Melissa takkan hidup kembali secara fisik, kami yakin ia dipulihkan secara rohani melalui pengurbanan kasih Yesus ketika ia memercayai-Nya sebagai Juruselamat dalam hidupnya. Kini penghiburan itu datang ketika kami tahu bahwa keberadaannya yang kekal bersama Tuhan sudah dimulai.

Dua anak perempuan. Yesus yang sama. Dua hasil yang berbeda. Dan jamahan Yesus yang penuh cinta dan belas kasihan merupakan mukjizat yang dapat membawa damai sejahtera bagi hati yang berduka, seperti hati Yairus, hati saya, dan hati Anda —Dave Branon

DI TENGAH PADANG GURUN PENCOBAAN ALLAH MENYEDIAKAN MATA AIR PENGHIBURAN

11. "ia di Surga"

25 September 2004

Nats : Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Filipi 1:21)

Bacaan : 2Korintus 5:1-8

Pada tanggal 28 Agustus 2003, sahabat saya Kurt De Haan, mantan redaktur pelaksana Our Daily Bread, meninggal karena serangan jantung ketika makan siang. Ketika mendengar berita itu, saya berkata kepada diri sendiri, "Ia di surga." Kata-kata itu sungguh menghibur saya.

Beberapa hari kemudian saya bercakap-cakap dengan mantan pendeta saya, Roy Williamson, yang berusia delapan puluhan. Saya menanyakan keadaan seorang pria di jemaat kami. "Ia sudah di surga," jawabnya. Saya lalu menanyakan seorang jemaat lain. "Wanita itu juga sudah di surga," jawabnya. Kemudian, dengan mata berbinar-binar, ia berkata, "Saya mengenal lebih banyak orang di surga daripada di dunia."

Kemudian saya merenungkan perkataan Pendeta Williamson itu. Ia sebenarnya dapat dengan mudah berkata, "Ia sudah meninggal," atau "Wanita itu sudah tiada." Namun, betapa meneguhkan saat mendengar bahwa orang kudus yang dikasihi Allah telah berada di surga. Alangkah bersukacitanya mengetahui bahwa ketika orang-orang yang memercayai Kristus meninggal, mereka langsung bersama Yesus! Rasul Paulus menjelaskannya demikian, "Tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan" (2 Korintus 5:8). Tak ada lagi rasa sakit, kesedihan, dan dosa. Yang ada hanyalah kedamaian, sukacita, dan kemuliaan.

Kita masih berdukacita ketika seorang percaya yang terkasih meninggal. Dukacita adalah ungkapan kasih. Tetapi pada hakikatnya ada sukacita yang tidak tergoyahkan, karena kita tahu orang yang kita kasihi ada di surga --Dave Egner

ANAK-ANAK ALLAH TIDAK PERNAH MENGUCAPKAN PERPISAHAN UNTUK TERAKHIR KALINYA

12. Menyanyikan Kasih-mu

Nats : Aku hendak menyanyikan kasih setia Tuhan selama-lamanya (Mazmur 89:1)

24 Februari 2005

Bacaan : Wahyu 5:8-14

Saya sedang berkendara menuju tempat kerja sambil mendengarkan stasiun radio kristiani lokal. Di tengah-tengah senda-gurau pagi terdengarlah lagu, “Aku Dapat Menyanyikan Kasih-Mu Selamanya”.

Saya tidak tahu apa yang terjadi pada diri saya. Segera setelah lagu pujian yang indah ini diputar, saya merasakan air mata saya bercucuran. Saya sedang berada dalam perjalanan menuju tempat kerja, dan saya tidak bisa melihat jalan gara-gara sebuah lagu. Apa yang sebenarnya tengah terjadi?

Sesampainya di tempat kerja, saya duduk di dalam mobil, berusaha mengetahui apa yang sedang terjadi. Akhirnya saya menemukan jawabnya. Lagu itu mengingatkan saya bahwa walaupun di bumi ini dimulai hari baru untuk melakukan kegiatan normal, putri saya Melissa kini mendapatkan kepenuhan dari harapan atas lagu itu di surga. Saya dapat membayangkan dengan jelas ia sedang menyanyikan cinta kasih Allah, mendahului kita semua dalam menyanyikan lagu abadi tersebut. Memahami sukacita Melissa sementara kami sendiri diingatkan akan kesedihan kami karena ia sudah tidak bersama kami lagi, merupakan momen yang manis bercampur pahit.

Hidup kita kebanyakan seperti itu. Sukacita dan penderitaan jalin- jemalin. Oleh sebab itu, kita perlu mengingat kemuliaan Allah. Kita perlu melihat sekilas masa depan kita yang penuh sukacita yang dijanjikan di hadapan Penyelamat kita. Dalam kesedihan hidup, kita perlu mencicipi sukacita, yakni sukacita yang datang saat kita menyanyikan cinta kasih Allah dan menikmati kehadiran-Nya selamanya —Dave Branon

MEREKA YANG MENGENAL KRISTUS SEKARANG AKAN MENYANYIKAN PUJIAN KEPADA-NYA SELAMANYA

13. Dia Selalu Setia

Nats : Kesetiaan-Mu dari keturunan ke keturunan (Mazmur 119:90)

Bacaan : Mazmur 119:89-96

Jim dan Carol Cymbala terus-menerus berdoa, memuji, dan berkhotbah meskipun selama dua tahun keluarga mereka mengalami hal yang menyedihkan. Putri remaja mereka, Chrissy, telah berpaling dari Allah yang mereka kasihi dan layani dengan setia. Meskipun hati mereka sangat terluka, Jim dan Carol tetap melanjutkan pelayanannya bagi jemaat Gereja Tabernakel Brooklyn di New York.

Sebagian orang mengira bahwa Carol menulis lagu yang berjudul "Dia Selalu Setia" setelah putrinya bertobat secara dramatis. Namun, ternyata tidak. Ia menuliskan lagu itu sebelum kejadian tersebut. Carol menyebut lagu itu sebagai "lagu pengharapan yang tercipta di tengah-tengah penderitaanku". Saat hatinya sangat terluka, Carol mengatakan bahwa lagunya "menenangkan jiwaku, dan berulang kali menguatkanku". Lirik yang ditulisnya pada saat yang berat itu telah membantunya untuk terus melangkah. Meskipun putrinya belum bertobat, Carol masih bisa memuji kasih setia-Nya di dalam hidupnya.

Beberapa waktu kemudian, saat Chrissy pulang ke rumah dan berlutut memohon ampun kepada kedua orangtuanya, kebenaran yang tertulis dalam Mazmur 119:90 menjadi terlihat begitu nyata di mata Carol. Kesetiaan Allah tidak hanya akan tampak bagi keturunan kita saja, melainkan dari keturunan ke keturunan! Carol memperoleh pengalaman baru seperti yang tertuang dalam sebaris lirik lagunya yang telah memberi berkat bagi banyak orang: "Apa yang kupikir mustahil, kini telah kulihat Allah melakukannya!" --Julie Link

JIKA HANYA ALLAH YANG ADA PADA KITA KITA TAHU BAHWA ALLAH SAJA SUDAH CUKUP 

14. Dukacita Tak Terduga

Nats : Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan (2Korintus 1:3)

Bacaan : 2Korintus 1:3-11

Sejak tahun 1988 saya senang bisa menulis beberapa artikel Renungan Harian setiap bulan. Saya mendapat banyak berkat ketika menyelami Kitab Suci, mengulas kehidupan, dan memberi pertolongan rohani melalui penerbitan ini.

Namun, pada tangal 6 Juni 2002 saya merasa tak bisa lagi memberi pertolongan rohani. Pada hari terakhirnya di sekolah menengah, Melissa, anak perempuan kami yang berusia 17 tahun, meninggal dalam kecelakaan mobil.

Sekejap, peristiwa itu menjadi ujian atas segala yang kami ketahui mengenai Allah, Alkitab, dan surga. Kami membutuhkan komunitas kristiani untuk menumbuhkan kembali harapan kami, saat kami harus menyaksikan pemakaman anak perempuan kami yang telah menyentuh sedemikian banyak orang dengan senyum, kesalehan, cinta terhadap kehidupan, dan perhatiannya kepada orang lain.

Saya tak bisa menulis selama berminggu-minggu. Apa yang dapat saya sampaikan? Bagaimana saya bisa menemukan kata-kata untuk membantu orang lain saat keluarga saya--saat saya sendiri--sangat membutuhkan dukungan?

Kini, berbulan-bulan sesudahnya, saya mulai menulis lagi. Dan saya bisa mengatakan bahwa Allah tidak berubah. Dia tetaplah Bapa surgawi yang penuh kasih, "Allah sumber segala penghiburan" (2 Korintus 1:3). Dia tetap Allah yang menjadi sumber harapan saat menghadapi dukacita yang tak terduga. Saya menulis tentang Dia dengan kesadaran baru bahwa saya membutuhkan jamahan-Nya, kasih-Nya, kekuatan-Nya. Saat hati saya hancur, saya menulis tentang Dia, satu-satunya Pribadi yang bisa membuat kita utuh kembali--Dave Branon

KETIKA ALLAH MENGUJI KITA DIA PUN MENYEDIAKAN PENGHIBURAN

15. Kegelapan di Tengah Malam

Nats : Mereka inilah ... bintang-bintang yang baginya telah tersedia tempat di dunia kekelaman untuk selama-lamanya (Yudas 12,13)

Bacaan : Wahyu 20

Ketika saya masih kecil, keluarga kami berkunjung ke sebuah tambang tembaga tua. Setelah turun ke dalam tambang itu, pemandu kami tiba- tiba memadamkan senternya dan kami pun diliputi kegelapan yang terasa mencekam. Seakan-akan kami dapat menyentuh kegelapan tersebut.

Selama bertahun-tahun berlalu, kenangan tersebut mengingatkan saya berulang kali tentang perkataan Yesus yang berkaitan dengan orang yang terhilang, yang “dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap” (Matius 8:12). Kegelapan di dalam gua selama beberapa saat sudah begitu mencekam, dan coba bayangkan bagaimana rasanya apabila kegelapan itu berlangsung selamanya!

Pada zaman sekarang, kita sudah jarang mendengar pembicaraan tentang neraka. Namun, itu bukan berarti tidak ada tempat semacam itu.

Pernahkah Anda memikirkan di mana Anda akan menghabiskan waktu dalam kekekalan? Berdasarkan Kitab Suci, Anda dapat melewatkan kekekalan pada salah satu dari kedua tempat ini, yakni surga atau neraka.

Jika Anda belum tahu persis tentang surga, mengapa Anda tidak berdoa seperti ini sekarang juga, “Tuhan Yesus, saya percaya Engkau mati di kayu salib untuk dosa-dosa saya dan bangkit dari kematian. Sekarang saya menerima-Mu sebagai Juruselamat saya. Saya tidak ingin menjadi yang terhilang. Saya ingin masuk surga. Selamatkanlah saya!”

Yesus berjanji, “Barang siapa datang kepadaku, ia tidak akan Kubuang” (Yohanes 6:37) —Richard De Haan

SETIAP PENDOSA PASTI DIAMPUNI ATAU JIKA TIDAK, DIHUKUM

Sumber Ilustrai Khotbah; https://alkitab.sabda.org/illustration.php