Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menginjili Diri Setiap Hari dan Injil yang Membosankan

 

Ketika Hati Kristen Tidak Beres

Quote Martin Luther yang sangat mengubahkan pola pikir saya tentang Kekristenan dan menjadikan saya melihat bahwa Kekristenan bukan tentang saya, melainkan tentang Allah. Alkitab menceritakan kasih-Nya terhadap orang-orang berdosa, itu adalah Anda dan saya.

Perkataan itu adalah, “Injili diri sendiri setiap hari,” ya injili diri Anda setiap hari, dan hal ini dapat Anda lakukan dalam diri Anda adalah ketika Anda menyadari bahwa dalam perbuatan terbaikpun. Ketika Anda berhasil, ketika saya menulis artikel ini, Anda dan saya adalah orang berdosa.

Tetap Anda dan saya adalah sang pendosa besar selamanya, dan begitu gampang Anda dan saya orang yang telah mengakui mempercayai Kristus, kembali kepada dosa.

Kembali kepada kehidupan yang mencintai dosa. Dan inilah yang dinamakan jatuh dalam dosa. (dosa bukanlah tentang perbuatan tetapi tentang natur kita adalah berdosa, sebaik apapun kita tetap kita berdosa.)

Sangat benar sebelum Yesus ditangkap untuk disalibkan Ia berpesan, untuk berjaga-jaga dan berdoa. Hal ini adalah wujud nyata meginjili diri sendiri setiap hari.

Artikel ini terinspirasi dari kutipan berikut:

Dalam sebuah budaya yang merindukan hal besar, menghibur, dramatis, dan mengejutkan (terkadang secara harfiah), maka memberi ruang bagi keheningan dan pengulangan diperlukan agar kehidupan iman bisa terpelihara.

Ketika suami saya, Jonathan, sedang mengusahakan hal yang besar phD-nya, dia berkenalan dengan seorang mantan pendeta Jesuit yang telah menjadi profesor

Ia menikah dengan orang saleh, profokator, dan dosen favorit di antara para mahasiswanya. 

Suatu kali seorang mahasiswa bertemu mengeluh dengan dia karena membaca buku Confessionsnya Agustinus. “Itu membosankan,” keluh mahasiswa itu. “Tidak, itu tidak membosankan,” kata professor itu. “kamu yang membosankan.”

Yang dimaksud professor Jonathan itu adalah ketika kita melihat kekayaan Injil dan gereja tapi merasa semua itu membosankan dan tidak menarik, maka kitalah yang sebenarnya bermasalah. 

Kita kehilangan kemampuan kita untuk melihat hal yang luar biasa di tempat sejatinya hal itu berada.

Kita harus belajar dan mengulangi untuk menjadi manusia yang menghargai kebaikan, kebenaran, dan keindahan.

“Liturgi (Kebiasaan) Kehidupan sehari-hari” oleh Tish Harrison Warren. 34

Sering kali saya mendapati diri saya bosan merenungkan Firman, seringkali saya merasakan saya kering dalam doa-doa saya. Ini terjadi karena ada dosa di dalam diri saya. Inilah yang saya lihat ketika saya berdiam diri merenungkan kembali hidup saya.

Segala sesuatu terasa membosankan. Membaca buku dan lain-lain.

Bukankah Anda juga pernah mereasakan hal yang sama? 

Kita adalah manusia berdosa. Saya tidak bisa bayangkan jika kasih Allah berdasarkan perbuatan kita. 

Jika kita berhasil merenungkan firman dan berdoa, rajin beribadah, selalu ramah, selalu suka memberi, semua jenis kebaikan yang mampu menuai pujian dari sekitar kita jika berhasil, maka Yesus mengasihi kita, jika sebaliknya kita gagal Yesus tidak mengasihi atau menghukum.

Maka sekarang saya tidak akan menulis artikel ini, saya tidak akan pernah mau mengenal Tuhan Yesus. 

Saya pasti sekarang menjadi manusia yang ateis dan bisa juga manusia yang melakukan tindakan kriminal, karena dalam diri saya sangat jelas adanya jiwa pemborontakkan.

Karena lebih ganpang bagi saya untuk terus menjadi gagal dan menyembuyikan kegagalan itu, tidak ada pentingnya saya mengakui kepada Yesus yang hanya menuntut keberhasilan moral saya.

Tetapi puji dia Tuhan yang tidak seperti saya gambarkan. Dia Tuhan yang menebus, Dia memampukan, Dia sangat ingin kejujuran kita bahwa kita tidak mampu, dan Ia memanpukan kita. Akui itu!

Dia memampukan kita, melalui Roh Kudus yang juga mengubahkan hati kita.

Dari Dia untuk Dia segala kemuliaan hanya bagi-Nya.

Dia mengasihi Anda dan saya bukan karena Anda dan saya berhasil, justru kita gagal, kita sebenarnya tidak layak dikasihi. 

Kita gagal untuk menyembah kebenaran, kita gagal hidup berkenan kepada Allah sejati.

Segagal apapun kita, jika kita mengakuinya maka Ia setia dan adil memberikan kekuatan dan pengampunan kepada kita.

Yohanes pembabtis ketika ia berseru, hal pertama yang ia serukan kepada orang-orang beragama yang bahkan pada saat itu guru-guru agama sangat hafal kita suci. 

“Bertobatlah!” ya, bertobatlah, akui kesalahan dan kelemahanmu.

Pada kutipan saya, disitu menjelaskan seorang anak muda yang sedang bosan dengan sebuah buku yang sedang ia baca, buku yang berpusat pada Injil.

Ia bosan pada Injil, ia bosan pada Kekristenan, Ia bosan dengan segala kekayaan dan keindahan Injil.

Kita juga bahkan hari ini, saya tidak tahu pergumulan Anda. Jika Anda mulai bosan dengan berita bahwa Yesus telah menebus Anda dari kebusukan dosa Anda. 

Jika, ketika Anda mendengar Injil hanya sekedar tahu, dan tidak ada yang mengobarkan hati Anda. Maka bertobatlah ada yang salah dengan diri Anda. (Bisa jadi Anda merasa sebagai manusia bermoral dan baik hati, maka ini dosa legalisme)

Ketika saya melihat diri saya, tidak ada gairah akan Injil, begitu sering saya berkabung karena saya mendapati diri saya sedang menginginkan hal fana, saya sedang menyembah berhala modern.

Saya sedang merindukan hal-hal yang saya pikir akan membuat saya bahagia, saya lupa bahkan melupakan bahwa Yesuslah satu-satunya kebahagiaan sejati yang sangat jiwa saya rindukan.

Bertobatlah! Padanglah pada karya salib Kristus, karya keselamatan, karya mulia, karya kebaikan di level tertinggi sepanjang sejarah umat manusia.

Tetes darah itu terlalu mahal, kita yang selamanya adalah orang berdosa. Puji Tuhan kini telah dibenarkan karena darah Yesus.

Yesuslah yang benar sehingga kebenaran itu ditaruh dalam kita yang berdosa ini.

Maka ketika kita sadar hal ini, inilah keselamatan oleh iman, iman pemberian Allah bukan karena usaha kita jadi tidak ada yang perlu dimegahkan

Kita adalah buatan Allah, penebusan Kristus membawa kita kepada pekerjaan baik yang Allah persiapkan bagi kita.

Pekerjaan baik itu adalah mengabarkan Yesus, memuridkan orang lain, terus bersekutu dengan pengakuan dosa, dan mendoakan suku-suku untuk Injil.

Doa-doa yang saya maksud adalah doa pribadi Anda, sudahkah Anda jika Anda menikmati Inji, mendoakan suku-suku untuk kemuliaan Allah dijangkau Injil.

Tidak ada yang lebih menggairahkan dan yang lebih menyemangati selain kebenaran Injil. (saya adalah pendosa yang dikasihi)

Kiranya Allah mengaruniakan kepekaan kepada kita untuk terus menikmati Firman-Nya setiap saat, dan dimampukan untuk mendoakan jiwa-jiwa, dimampukan untuk mengabarkan Injil dan yang terpenting kita dimampukan untuk bertobat setiap saat. AMIN


Artikel Ini terinspirasi dari kutipan buku "Liturgi Kehidupan Sehari-hari" Tish Harrison Werren.

Posting Komentar untuk "Menginjili Diri Setiap Hari dan Injil yang Membosankan"