Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Tentang Kebutuhan Jiwa Manusia (Thomas Brooks)

Tuhan Adalah Bagianku Oleh Thomas Brooks

Ratapan 3 : 24 “TUHAN adalah bagianku,” kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.

Allah kita adalah bagian yang sesuai dengan hati kita selain Dia tidak ada yang sesuai, Dia adalah bagian yang tepat serasi dengan kondisi jiwa dalam hal Hasrat, kebutuhan, keinginan, kerinduan dan doa. 

Semua yang dibutuhkan jiwa tersedia di dalam Allah. Ada terang yang mencerahkan jiwa, hikmat yang membimbing.  Kekuatan yang menopang kebaikan yang tersedia bagi jiwa. Belaskasihan untuk mengampuni. Kindahan yang menyukakan, kegairahan yang menggairahkan, dan kelimpahan yang mengisi jiwa.

Dengan demikian kesehatan bukan lagi yang paling dibutuhkan orang sakit.  Kekayaan bukan lagi yang paling dibutuhkan orang yang miskin. Bukan lagi roti bagi orang lapar, bukan lagi minumam bagi orang haus, bukan lagi pakaian bagi yang telanjang. 

Bukan lagi obat bagi yang cidera. Bukan lagi penghilang rasa sakit bagi yang dianiaya. Dan bukan lagi pengampunan bagi orang hukuman.

Bila dibandingkan dengan bagian di dalam Allah yang merupakan pemenuhan bagi semua kebutuhan manusia. Tidak ada apapun di bumi ini yang pas dengan jiwa yang abadi ini, jiwa mampu bersekutu dan Bersatu dengan Allah.

Jiwa menikmati Allah sekarang dan dalam kekekalan kelak. Sepatu yang besar tidaklah cocok untuk kaki yang kecil atau layar yang besar untuk perahu yang kecil. Tidak ada apapun yang ada dalam dunia fana yang pas dengan jiwa yang tidak fana.

Jiwa merupakan keindahan seorang manusia,  ketakjuban bagi para malaikat dan kedengkian bagi setan-setan, tanpa Allah yang mampu memuaskan jiwa manusia maka habislah manusia itu. Begitu tinggi nilai jiwa sehingga seluruh keindahan dunia, tambang berlian, dan gunung emas tidak mampu mengisi atau memuaskan jiwa atau sesuai baginya.

Bila seseorang mendekam dipenjara dan diponis hukuman mati, andai ada seseorang teman atau kerabat mewariskan sejumlah besar kekayaan berita ini tidak akan menyenangkan dan tidak menyukakan baginya.

Hal ini tidak cocok dengan keadaannya saat itu, sebaliknya jika ada orang yang membawakan bagi dia sepucuk surat bersegel berisi pengampunan baginya, dari otoritas yang berwenang. Betapa berita ini membuatnya bergembira dan sangat bersukacita. Kebaikan tertinggi adalah kebaikan yang sesuai bagi jiwa, jadi Allah merupakan bagian yang paling sempurna dan sesuai bagi jiwa.

 ~ “ Dari Buku voice from the past puritan devition,” Tulisan dari Thomas Brooks (1608-1680)

Kebutuhan Jiwa Manusia

Manusia bukanlah mahluk fana, manusia adalah mahluk kekal yang indah, manusia adalah gambar Allah yang besar, berkuasa dan benar. karakter yang sempurna di dalam diri Allah ada di dalam diri manusia yang hanyalah ciptaan. Namun diberikan kemuliaan, kekudusan untuk menikmati persekutuan dengan Allah.

Inilah kebutuhan mendesak setiap kita, kita yang telah hidup, ditebus dan dibenarkan melalui kasih karunia Yesus Kristus. Menerima kehidupan baru yang menjadikan kita umat Allah. 

Dosa membawa kita lari dari kekudusan, kesucian dan kebenaran Tuhan, dosa menjadikan kita pemberontak. Di mana setiap kita menjadi tidak mengerti bahwa Allah sendirilah kebutuhan paling utama jiwa kita yang indah yang Allah sendiri ciptakan untuk diri-Nya.

Sekarang, di dalam Kristus yang telah hidup sempurna, menderita disalibkan dan telah bangkit dari kematian kekal. Kita hidup untuk terus membawa jiwa kita bersukacita dalam Dia, menyadari bahwa Tuhan adalah bagian berharga kita, milik kepunyaan yang tidak tergantikan bagi kepuasan dan kepenuhan kehidupan kekal yang dikaruniakan bagi kita, bagi Anda dan saya.

Ketika jiwa dipuaskan di dalam Yesus, perbuatan baik yang pernah Yesus lakukan. Itulah yang menjadi bagian dari kehidupan. Kita menjadi seperti Yesus, kita memberitakan Yesus kepada jiwa-jiwa yang Yesus kasihi. Dan kita benar-benar menemukan kehidupan bahwa ketentraman jiwa adalah ketika Yesus ada di dalam hati dan pikiran kita.

Posting Komentar untuk "Renungan Tentang Kebutuhan Jiwa Manusia (Thomas Brooks)"