Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Wanita yang Takut Akan Tuhan

Renungan Wanita yang Takut Akan Tuhan

Sudah jelas sekali dengan renungan ini, kita melihat satu sisi saja, walaupun ada dua sisi dalam hubungan suami-istri. Mengapa jelas? Karena saya sebagai seorang wanita tidak bisa berbicara untuk pria. Renungan ini berfokus pada sisi, peranan, dan panggilan ilahi istri saja.

Akan tetapi, ada juga sisi, peranan, dan panggilan ilahi buat suami, yang seharusnya dibahas oleh seorang pria dengan para suami kita: “Para suami, kasihilah istri kamu sendiri, sebagaimana juga Kristus telah mengasihi gereja dan telah menyerahkan diri-Nya sendiri demi dia.” (Ef. 5:25).

“Para suami, kasihilah istri dan janganlah membuat kepahitan terhadap mereka.” (Kol. 3:19). Bayangkanlah: “Kasihilah istri sebagaimana juga Kristus telah mengasihi gerejanya.” Itu satu panggilan sang suami kita yang cukup menantang dan berat. “Namun, Tuhan menunjukkan kasih-Nya sendiri kepada kita, bahwa ketika kita masih berdosa, Kristus sudah mati ganti kita.” (Rm. 5:8).

Panggilan kita sebagai suami-istri yang rohani bisa dipenuhi, kalau dalam hubungan suami-istri ada satu pusat, yaitu Yesus Kristus, Tuan kita. Melalui Roh kudus saja yang mengubahkan pikiran, keinginan, tujuan dan fokus kita, kita dapat memenuhi peranan kita sebagai suami dan istri.

Roh kudus tinggal di dalam seseorang yang sudah mengerti dan mengakui betapa kudusnya Tuhan dan keadaan kita sebagai manusia yang berdosa, bertobat dan percaya kepada Tuan Yesus sebagai Juruselamat.

Mari kita sekarang berfokus pada peranan kita sebagai seorang istri: “Dan aku menemukan hal yang lebih pahit daripada kematian: Wanita yang hatinya adalah jala dan jerat dan tangannya adalah belenggu. Orang yang dikenan di hadapan Tuhan akan luput dari padanya, tetapi orang berdosa akan tertangkap olehnya.” (Pkh. 7:26). “Kemolekan adalah tipu dan kecantikan adalah sia-sia, seorang istri yang takut akan TUHAN, dia akan dipuji-puji.” (Ams. 31:30).

“Dan TUHAN Tuhan, berfirman, “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja, Aku akan menjadikan baginya seorang penolong yang setara dengannya.” (Kej. 2:18). Menjadi seorang istri yang takut akan Tuhan adalah panggilan yang tinggi dan suci. Kita seharusnya menyadari hak istimewa yang kita punya sebagai istri. Kita seharusnya ingin menerima dan meminta kepada Tuhan untuk menunjukkan bagaimana kita bisa menjadi istri yang sebaik mungkin bagi suami kita. 

Peranan kita adalah: menjadi penolong untuk suami kita. Peranan tersebut tidaklah merendahkan kita sebagai wanita: ingatlah bahwa Tuhan sendiri disebutkan penolong (Maz. 22:20, 40:17, Ibr. 13:6, dll.). Pengkhotbah pasal tujuh menggambarkan suatu ciri khas tertentu yang dipunyai banyak wanita: Melalui tidak menceritakan dahulu dan merencanakan sesuatu, itu adalah berdusta, seperti:

• Saya berpura-pura hari ini saya sibuk sekali, dan saya terlalu capek untuk memasak...walaupun saya hanya malas karena sibuk di internet (“Facebook”, dll.) sepanjang siang dan sore.

• Saya ingin mempengaruhi suami saya, mengendalikan dia menurut kemauan egois saya. Sikap egois dan penuh dusta seperti itu dikutuk oleh Tuhan kita. Sikap kita seharusnya penuh pengertian, belas kasihan dan kasih. Berikut ini ada sepuluh sikap yang harus kita kembangkan sebagai istri yang takut akan Tuhan.

1. Dia Tunduk kepada Suaminya Tanpa Syarat

Prasyarat: tunduk kepada Yesus Kristus dasarnya... “...dengan saling menundukkan diri seorang terhadap yang lain di dalam takut akan Tuhan.” (Ef. 5:21). “Para istri, tunduklah kepada suamimu sendiri seperti kepada Tuhan.” (Ef. 5:22).

Bila kita tunduk kepada Kristus, kita juga bisa tunduk kepada suami kita. “Sama seperti itu, para istri hendaklah tunduk kepada suaminya sendiri, supaya apabila ada juga yang tidak percaya kepada firman, mereka dapat dimenangkan tanpa perkataan melalui perilaku para istri, setelah memerhatikan perilakumu yang murni dengan rasa takut. Yaitu kamu, yang dandanannya bukan secara lahiriah, dengan kepangkepang rambut dan dengan perhiasan emas atau pakaian mewah, melainkan manusia batiniah, yang tersembunyi dalam ketidakbinasaan, yaitu roh yang lemah lembut dan tenang, yang sangat berharga di hadapan Tuhan.” (1Ptr. 3:1-4).

Roh yang lemah lembut dan tenang bukan kelihatan di luar. Kita bisa kelihatan di luar tenang, tetapi kondisi hati kita dan sikap kita bisa penuh dengan amarah, dan penuh pemberontakan. Apakah kita mudah diajar, sabar waktu kita disakiti? Apabila kita mempunyai Roh yang lemah-lembut kita mengetahui kapan kita harus diam atau berbicara?

Apakah Anda sudah pernah bersama satu keluarga di mana, waktu suaminya ditanyai sesuatu oleh teman yang kunjungi keluarga itu, kemudian istrinya menjawab pertanyaan itu? Bagaimanakah perasaan kita mengamati suami yang tidak punya hak apa pun di keluarganya dan tidak dihormati?

2. Dia Mendorong dan Membesarkan Hati Suaminya

Sebagai istri yang baik tugas kita bukan untuk mendorong suami untuk membangun kebanggaan dan kepercayaannya kepada dirinya sendiri akan tetapi kepercayaan dan ketakutan akan Tuhan. Setiap suami akan membuat kesalahan, dia tidak sempurna, kita seharusnya tidak boleh membandingkan dia dengan laki-laki lain. Kita tidak boleh terus-menerus menunjukkan kekurangannya kepada dia. Kita seharusnya membesarkan hati dalam kekuatannya. Tugas kita tentang kekurangannya: Berdoa kepada Tuhan supaya Tuhan akan mengerjakan dalam hidup suaminya.

3. Dia Berdoa untuk Suaminya

Semuanya yang kita punyai berasal dari Tuhan. Itu sebabnya Tuhan menjadi prioritas nomor satu dalam hidup kita kemudian suami kita. Tugas ilahi kita adalah: mendoakan suami.

• mendoakan kekuatan, kekurangannya

• mendoakan di mana dia perlu bantuan Coba untuk tahu pokok-pokok doa suami. Usulan apa yang bisa didoakan:

• hubungan suami-istri

• keluarga, hubungan suami kepada anak-anaknya

• hubungan dengan teman-teman, kenalan, dll.

• kerja

• pelayanan di jemaat (gereja)

• hubungannya dengan TUHAN melalui saat teduh, pelajaran

Alkitab, hidup doanya, kesaksian kepada orang lain, dll.

• dosanya, kesalahannya, dll.

• mendoakan dia dengan kesabaran dan ketekunan. Jangan pernah biarkan sesuatu atau seseorang diantara Anda dan suami Anda, misalnya:

• “Apakah menonton TV lebih penting bagi saya dari pada berbicara dengan suami saya?”

• “Apakah saya lebih senang curhatin isi hati saya dengan teman saya dari pada dengan suami saya?”

4. Dia Mengasihi Suaminya dengan Sepenuh Hati dan Tanpa Syarat

“Wanita-wanita yang sudah tua sama seperti itu, terhormat di dalam tingkah lakunya, tidak jahat, tidak diperbudak oleh banyak anggur, pengajar apa yang baik, sehingga mereka dapat melatih wanita-wanita muda untuk menjadi pencinta suami, pencinta anak-anak, bijaksana, murni, pengatur rumah tangga, baik, tunduk kepada suami mereka sendiri, sehingga firman Tuhan tidak dihujat.” (Tit. 2:3-5).

Kita seharusnya belajar bahwa pernikahan tidak seperti setiap semua dongeng diakhiri: “and they lived happily ever-after,” dengan kebahagiaan selalu. Pernikahan ilahi perlu proses pertumbuhan untuk serupa dengan Tuhan sebagai suami-istri sepanjang hidup.

Bagaimana kasih tanpa syarat seperti itu bisa kita nyatakan kepada suami?

“Istri tidak memiliki hak atas tubuhnya sendiri, melainkan suami. Dan, sama seperti itu pula suami tidak memiliki hak atas tubuhnya sendiri, melainkan istri. Janganlah mengabaikan hubungan seorang terhadap yang lain, kecuali atas dasar persetujuan bersama untuk sesaat, supaya kamu leluasa untuk berpuasa dan berdoa; dan bersatulah kembali kepadanya, supaya Setan tidak dapat mencobai kamu karena kurangnya pengendalian dirimu.” (1Kor. 7:4-5).

Hubungan secara jasmani adalah satu cara untuk menunjukkan kasih kepada suami. Kesenangan dan kepuasan hati suami secara jasmani akan memengaruhi segala sisi hidupnya.

5. Dia Bisa Menahan Diri

Seperti cincin emas di moncong babi, demikianlah wanita yang cantik, tetapi mengesampingkan kebijaksanaan.” (Ams. 11:22). Seperti cincin emas tidak cocok untuk moncong babi, demikian juga wanita yang berbicara sesuatu yang kurang bijaksana dalam waktunya yang kurang cocok.

“Dia membuka mulutnya dengan hikmat, dan taurat kebaikan ada pada lidahnya.” (Ams. 31:26).

Kita hanya bisa membuka mulut dengan hikmat, bila kita dekat dengan Tuhan, belajar Firman-Nya (2Tim. 3:16-17).

Bukan perbuatan kita menunjukkan siapakah kita. Akan tetapi, reaksi kita waktu kita dikejutkan. Reaksi-reaksi kita menunjukkan siapakah kita sebenarnya.

“Orang yang baik mengeluarkan hal yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik, dan orang yang jahat mengeluarkan hal yang jahat dari perbendaharaan hatinya yang jahat, karena mulutnya mengucapkan apa yang meluap dari hatinya.” (Lk. 6:45).

“Hati orang benar memikirkan cara menjawab, tetapi mulut orang fasik mencurahkan hal-hal jahat.” (Ams. 15:28). Kadang-kadang apa yang kita katakan menyakiti orang lain, kurang bijaksana, dan dikatakan tanpa direnungkan dahulu. Ungkapkan seperti ini harus dihindari: “Aku bilang itu dengan tidak sengaja, maaf, yah.”Kita seharusnya menjadi wanita yang bijaksana.

6. Dia Senang Keramah-tamahan

“Dengan berbagi dalam kebutuhan orang-orang kudus, dengan mengupayakan keramahan.” (Rm. 12:13). “Hendaklah kalian menerima satu sama lain di rumah masing-masing, tanpa mengeluh.” (1Ptr. 4:9) Rumah kita adalah satu tempat dimana kita dapat melayani Tuhan secara praktis. “Bijaksana, murni, pengatur rumah tangga, baik, tunduk kepada suami mereka sendiri, sehingga firman Tuhan tidak dihujat.” (Tit 2:5).

Firman Tuhan jelas sekali tentang peranan kita sebagai istri. Peranan kita penting sekali supaya kita sebagai suami-istri bisa melayani Tuhan bersama-sama. Rumah kita harus menjadi tempat tinggal di mana keluarga kita dan juga setiap orang yang mengunjungi kita merasa nyaman dan kerasan. Contoh Priskila dan Akwila (Kis.18, 1Kor. 16:19, Rm. 16:3).

7. Dia Memberikan Kesempatan kepada Suami supaya Dia Dapat Memiliki Waktu Pribadi dengan Tuhan

Mudah-mudahan suami kita tahu betapa besar pertanggungan jawabannya di hadapan Tuhan untuk keluarganya. Itu sebabnya dia perlu setiap hari memiliki waktu sendiri di hadapan Tuhan untuk saat teduh, belajar Alkitab dan berdoa. Kita seharusnya bergembira, bila kita punya suami seperti itu. Kalau tidak, kita harus berdoa bagi dia dan menjadi teladan tanpa mendorong dia dengan kata-kata.

“Sama seperti itu, para istri hendaklah tunduk kepada suaminya sendiri, supaya apabila ada juga yang tidak percaya kepada firman, mereka dapat dimenangi tanpa perkataan melalui perilaku para istri.” (1Ptr. 3:1). Jadi, kita tidak boleh iri hati terhadap suami kita waktu dia menghadapi Tuhan.

8. Dia Dapat Dipercayai 

"Hati suaminya percaya kepadanya dan dia tidak akan berkekurangan keuntungan. Dia mengusahakan hal yang baik dan bukan yang jahat sepanjang umur hidupnya.” (Ams. 31:11 -12). Apakah suami kita bisa percaya kepada kita dalam hal kecil dan besar, hal yang rohani atau duniawi? Bagaimana dengan uang kita yang diperlukan untuk keperluan sehari-hari?

Kita sebagai suami-istri adalah satu tubuh bukan dua orang masingmasing lagi. Uang apa saja yang didapat tidak dipunyai lagi masingmasing.

9. Dia Tidak Ingin Punya Suaminya Hanya untuk Dirinya Sendiri

Walaupun sebagai suami-istri kita adalah satu tubuh demi kemuliaan Tuhan, suami kita bukan kepunyaan kita sendiri. Tuhan adalah nomor satu dalam hidup kita, kemudian suami kita sebagai nomor dua, dan kemudian anak-anak kita sebagai nomor tiga.

10. Semuanya Saja demi Kemuliaan Tuhan

“Dan segala sesuatu, apa saja yang dapat kamu lakukan dengan perkataan atau dengan perbuatan, lakukanlah semuanya dalam Nama Tuan Yesus, sambil mengucap syukur kepada Tuhan dan Bapa melalui Dia.” (Kol. 3:17).

“Selanjutnya, bilamana kamu makan atau minum, atau melakukan sesuatu, lakukanlah semuanya bagi kemuliaan Tuhan.” (1Kor. 10:31). Kita sebagai seorang istri diciptakan sebagai penolong untuk suami kita demi kemuliaan Tuhan.

11. Marilah Kita Menyelidiki Sikap Kita terhadap Suami

Apakah saya...

• suka mengomel?

• iri hati terhadap teman, pekerjaan, pelayanannya, dll.?

• kadang-kadang bersifat curiga terhadap suami saya?

• sudah pernah mempermalukan suami saya di depan umum?

• kadang-kadang penuh kepahitan dan amarah terhadap suami saya?

• sudah pernah berteriak kepada dia?

• coba memaksa cara atau kehendak saya sendiri?

• suka bertengkar dengan suami saya?

• sudah pernah menunjukkan kerendahan hati yang palsu kepada suami saya?

• selalu ada waktu untuk suami walaupun saya sibuk?

• membuat suasana yang nyaman dan menyenangkan di dalam rumah kami?

• selalu terbuka untuk kebutuhannya yang jasmani (seks) dan tidak memakai kebutuhan itu untuk mengendalikan dia?

• menggunakan uang dengan bijaksana dan pertanggungan jawab?

• sudah pernah membandingkan suami saya dengan laki-laki lain?

• sudah pernah mendiskusikan masalah yang kami hadapi dengan orang lain.

• sudah pernah mencoba untuk menjadi lebih pintar, penting, atau tinggi dari pada suami saya? Jangan lupa: Kami satu tubuh, bukan dua pribadi lagi!

• dan suami saya selalu berkomunikasi tentang hal-hal apa pun?

• dan suami saya berdoa bersama secara rutin? Setiap Istri Dipanggil untuk Menjadi Penolong Suaminya (Kejadian 2:18) Suami saya perlu seorang istri yang...

• menjadi sahabat buat dia.

• senantiasa mendoakan dia.

• senang membesarkan hatinya dan menghormati dia dalam peranan dia sebagai kepala keluarga.

• memberikan dirinya sendiri secara jasmani kepada suaminya dengan sukacita.

• tunduk kepada suaminya.

• menjadi ibu rumah tangga yang sebaik mungkin.

• menjadi ibu bagi anak-anak kami yang sebaik mungkin.

• senang dalam keramah-tamahan, yang selalu senang menerima tamu.

• menggunakan uang kami dengan bijaksana dan bertanggung jawab.

• tidak selalu membenarkan diri.

• tidak iri hati dan cemburu.

• punya kemampuan untuk menghadapi waktu kesukaran, persoalan, dan tekanan.

• memberikan kesempatan kepada dia supaya dia dapat memiliki waktu pribadi dengan Tuhan dan untuk pelayanannya.

• selalu berkomunikasi 100% terbuka dengannya.

• menjadi satu tubuh, bukan dua pribadi lagi. Marilah menjadi seorang istri yang bersukacita senantiasa! 

Bersukacitalah senantiasa! Berdoalah tanpa henti-hentinya! Mengucap syukurlah dalam segala hal karena inilah kehendak Tuhan di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1Tes 5:16-18)

_____________

Judul Asli; Renungan 10 Langkah bagi Istri yang Saleh untuk Memenuhi Peranannya

Penulis; Margaret Storm

Sumber Asli PDF; Dowload