Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Yakobus 4:11-12 Kesadaran Diri

Renungan Yakobus 4:11-12 Kesadaran Diri

Ayat Alkitab Yakobus 4:11-12

Judul Renungan; Kesadaran Diri

Yakobus 4:11-12 (TB) Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah! Barangsiapa memfitnah saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya. Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?

Sebagai seseorang yang mempelajari firman Tuhan, setiap hari, saya sangat sering  terjebak di posisi di mana saya mendefinisikan seseorang berdasarkan apa yang saya lihat. Ini bukan untuk membawa orang tersebut kepada Kristus, melainkan hanya untuk menunjukkan betapa ia adalah seseorang yang  se-baik saya. Ketika merenungkan ayat yang menjadi dasar renungan kali ini, ini menyadarkan saya untuk kembali pada cara berpikir yang sangat penting. Di mana pikiran saya harus benar-benar terarah kepada Tuhan yang telah menyelamatkan saya dari segala kejahatan saya.

Ketika kita menghakimi merendahkan sesama kita, pada saat yang sama kita sedang menjadikan diri kita tuhan atas kehidupannya. Kita menyatakan di dalam hati kita, bahwa kita jauh lebih kudus, benar, bijak dan berkenan di hadapan Allah, dibandingkan saudara kita yang sedang kita rendahkan. Yakobus, membawa Anda dan saya untuk kembali pada pertobatan, untuk hidup tidak lagi berdasarkan kebenaran kita sendiri, melainkan berdasarkan kebenaran Allah yang telah membebaskan kita dari dosa. Untuk hidup dalam kasih Kristus, sehingga kita dimampukan mengasihi sesama kita manusia

Ini merupakan ajakan untuk hidup tidak lagi menjadi tuhan atas kehidupan orang lain, untuk tidak lagi memamerkan diri sendiri yang juga pada dasarnya berdosa. Sebagai manusia yang juga orang berdosa, ada di dalam dosa, kita begitu gampang untuk menaikkan diri kita sendiri di hadapan orang lain dan merendahkan orang lain. Kita merasa bahwa segala hal yang hari ini kita capai karena kerja keras kita sendiri. 

Kita menghakimi, ketika kita merasa lebih layak untuk mendapatkan kasih Tuhan, dibandingkan orang lain yang terlihat gagal, lemah, dan tidak berdaya. Kita begitu gampang hidup dengan keinginan mengendalikan segala sesuatu untuk kesenangan diri kita sendiri, untuk kemuliaan kita sendiri dengan cara menghakimi, memfitnah dan menunjukkan kekurangan orang lain. Pada saat yang sama, kita sebisa mungkin menutup semua kekurangan kita, keberdosaan kita, keangkuhan kita, dan segala kegagalan moral di dalam diri kita sendiri. 

Pada dasarnya, seseorang yang suka merendahkan orang lain, lalu di dalam hatinya ia merasa jauh lebih rohani, lebih bijak, lebih baik, lebih kudus, dan lebih benar. Orang tersebut sedang sakit, ia sedang diperbudak oleh ilusi setan yang terus memuliakan dirinya sendiri.

Yakobus, membawa kita dari diri sendiri yang merasa bahwa kitalah yang memiliki hukum. Pada tingkat di mana kita juga orang-orang yang harus menuruti hukum Allah, ini merupakan panggilan praktis agar tidak lagi hidup menjadi hakim dan hidup menuruti hukum Allah. Agar kita mengalihkan pandangan dari kebenaran diri sendiri, untuk menyadari bahwa tidak ada yang benar di dalam kita, bahwa kita orang bedosa yang tidak lebih baik dari orang-orang berdosa lainnya. 

Ini merupakan panggilan untuk hidup berpusat pada kemuliaan Allah, kekudusan Allah, kekuasaan Allah, dan kebenaran Allah. Bahwa Dialah yang menciptakan segala sesuatu, menebus pribadi berdosa, untuk membawa mereka kepada diri-Nya. Itu termasuk Anda dan saya, kita yang seharusnya binasa terbakar oleh murka kekal dari Allah, diselamatkan karena kematian Kristus di atas kayu salib. 

Jadi sekarang, ketika Anda dan saya ingin benar-benar hidup tidak lagi memandang rendah orang lain, tidak lagi menganggap diri sangat berharga dan orang lain tidak berguna. Ketika kita memandang pada Allah, kita memandang pada pengorbanan Yesus, Yesus yang mulia menjadi hina, Yesus yang hidup kudus. Dimatikan sebagai orang berdosa di atas salib, bukan karena Yesus berbuat dosa, melainkan karena semua dosa kita ditimpakan kepada-Nya. Inilah sumber dari kesembuhan sejati, dari hati yang sombong dan begitu gampang merendahkan sesama kita manusia. 

Inilah yang harus kita sadari, bahwa hak kita bukanlah menghakimi, melainkan taat pada Yesus Kristus. Untuk dapat mengasihi sesama kita, memberitakan kasih Yesus dan tidak lagi hidup mendefinisikan orang lain berdasarkan asumsi kita. Yang benar, bahwa mereka Yesus kasihi, yang benar, Yesus ingin membebaskan mereka dari dosa dan yang benar kita dipanggil  untuk mengasihi mereka bukan menghakimi untuk kemuliaan diri kita sendiri.

Yesus dibinasakan, agar kita yang percaya kepada-Nya diselamatkan. Ketika Anda dan saya menyadari bahwa kebenaran kita adalah kebenaran Yesus yang ada di dalam kita, kita dibenarkan karena kasih karunia. Bahwa sebenarnya kita lebih berdosa dari yang bisa kita pikirkan. Namun kita diselamatkan ketika kita percaya kepada Yesus, ketika kita tidak lagi mengandalkan diri sendiri untuk kehidupan kekal dan kehidupan yang sekarang. Lihatlah pada Yesus, lihatlah pada kasih-Nya dan marilah kita ketika merenungkan kasih Yesus, kita memiliki tujuan hidup untuk mengasihi sehingga kasih Yesus dapat dirasakan melalui kehidupan kita hari ini dan seterusnya. Amin.