Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Mazmur 62:2-3 Hanya Dekat Allah Saja

Renungan Mazmur 62:2-3 Hanya Dekat Allah Saja

Ayat Alkitab Mazmur 62:2-3

Judul Renungan: Hanya Dekat Allah Saja

Mazmur 62:2-3 (TB) Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah.

Kasih karunia Allah mendekatkan kita pada diri-Nya, namun diri sendiri yang bijaksana menjauhkan kita dari kasih karunia. Manusia tidak akan pernah dapat dekat kepada Allah, jika dasar dari semua kehidupannya adalah hikmatnya yang telah tercemar dari dosa. 

Hanya ketika seseorang (Anda dan saya) diselamatkan dari hikmat kita, maka kita dapat dekat kepada Allah dan mampu menerima ketenangan sejati. Hikmat manusia, memberikan jalan keluar agar kita berharap pada manusia lainnya, ciptaan lainnya dan segala hal yang terlihat dan kita harapan apa pun itu dapat berjalan sesuai dengan apa yang kita pandang baik dan benar.

Ketika kita berharap pada ciptaan, kita melihat sebuah fakta yang menggucangan jiwa kita, kita ada dalam Lorong kegelapan dan tanpa harapan. Ciptaan itu sangat fana, ciptaan itu dapat berpaling dari kita dan membuahkan kejahatan dan kegeraman untuk saling menggigit dan menelan. Inilah yang Pemazmur nyatakan.

Mazmur 62:3-4 (TB)

4 Berapa lamakah kamu hendak menyerbu seseorang,

hendak meremukkan dia, hai kamu sekalian,

seperti terhadap dinding yang miring, terhadap tembok yang hendak roboh?

5 Mereka hanya bermaksud menghempaskan dia dari kedudukannya yang tinggi;

mereka suka kepada dusta;

dengan mulutnya mereka memberkati, 

tetapi dalam hatinya mereka mengutuki.

 


Manusia pada dasarnya, memiliki hati yang jahat, pikiran yang berpusat untuk kepentingan sendiri. Kita semua telah tercemar oleh dosa, pusat dari dosa adalah kepentingan diri sendiri yang didasarkan pada dusta setan. Ketika seseorang berharap pada manusia, pada saat yang sama ia berjalan di jalan kekecewaan yang mendalam, di dalam kegelapan yang tidak disadarinya dan mati dalam harapan yang sia-sia. Demikianlah kefanaan manusia dapat saya gambarkan. 

Lawan dari kehidupan yang dekat pada Allah, merupakan kehidupan yang menjauh dari Allah, ketika kita menjauh dari Allah, kita mendekat pada dosa, pada harapan budaya dunia yang telah sesat. Kedekatan pada Allah, dihasilkan oleh kasih Allah yang begitu besar, kasih yang diberitakan oleh Alkitab, kasih yang berdasarkan kuasa-Nya yang nyata, kasih Sang Pencipta kepada ciptaan yang segambar dengan Dia. 

Ketika kita mengerti arti dari kasih Allah yang sejati, ketika kita tahu bahwa kita adalah gambar Allah yang mulia dan telah jatuh ke dalam dosa. Kita melarikan kepada kasih Allah, kita benar-benar mencari Allah dengan pengertian bahwa Dialah yang lebih dulu mencari kita, memanggil kita untuk menerima kasih karunia-Nya, menerima keselamatan dari Dia sehingga pengharapan kita bukan pengharapan yang berdasarkan pemikiran semata. Melainkan berdasarkan janji Allah, di dalam Injil Yesus Kristus.

Injil-lah yang membawa kita kepada Allah, Injil inilah yang memberitakan kasih yang sangat besar dari Allah, kasih yang berkuasa mengubahkan dari yang mati di dalam dosa sehingga hidup kembali di dalam kemuliaan yang Kristus telah berikan kepada kita. Melalui kehidupan-Nya yang sempurna, kematian-Nya yang mengerikan, dan kebangkitan-Nya yang memberikan harapan. Ketika Injil menjadi sangat nyata bagi kita, Injil inilah gunung batu kita, kota benteng yang teguh, harapan Injil tidak dipengaruhi oleh keadaan kehidupan ini. 

Pengharapan Injil berdasarkan karya Kristus, Dia yang telah menerima semua dosa kita, mati sebagai orang paling berdosa. Sehingga kita yang percaya kepada-Nya, menerima kehidupan Yesus dan Yesus menerima kehidupan kita yang berdosa, di atas salib Yesus mematikan semua dosa, semua kuasa dosa, semua perbudakan. 

Kita yang percaya kepada Yesus, menerima kasih karunia sehingga kita dapat mendekat kepada Allah, kita menerima pengharapan. Dan yang terpenting kita terus berjalan menuju keserupaan dengan Yesus, kehidupan yang terus menyadari akan keberadaan dosa, kelemahan, dan hikmat kita yang bodoh. 

Sehingga kepada Allah saja, kita mencari kehidupan, meminta kehidupan dan Dia telah melakukannya, Dia telah bekerja sebelum kita menyadari semua itu. Dia adalah Allah yang berkuasa, Allah yang telah memberikan diri-Nya sendiri agar kita kembali kepada-Nya, karena Dialah kebutuhan yang paling mendesak dari kehidupan kita hari ini dan sampai selama-lamanya sehingga kita dapat memuji Dia seperti yang tertulis di dalam Mazmur 100:1-5 (BIMK)

1 Mazmur untuk kurban syukur.

Bersoraksorailah bagi Tuhan, hai seluruh bumi!

2 Beribadatlah kepada Tuhan dengan gembira,

datanglah ke hadapan-Nya dengan lagu-lagu riang!

3 Ingatlah bahwa Tuhan itu Allah.

Ia menciptakan kita dan kita milik-Nya;

kita umat-Nya, bangsa yang dipelihara-Nya.

4 Masuklah melalui gerbang-Nya dengan lagu syukur,

ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian.

Bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah Dia! 

5 Sebab Tuhan baik;

kasih-Nya untuk selama-lamanya,

dan kesetiaan-Nya turun-temurun.

Di dalam Kristus, kita menemukan diri kita benar-benar mendapatkan pengharapan, makna dan visi yang baru sebagai tujuan kehidupan. Kita berjuang untuk semakin serupa dengan Kristus kita dimampukan oleh Pribadi Roh Kudus yang ada bersama-sama kita, Roh Kudus itulah yang memuji Allah di dalam hati dan melalui mulut kita. 

Hati yang yang dipenuhi kasih Kristus, terus berbagi kasih kepada sesama kita sama seperti Kristus, untuk menjadi Cahaya di dalam dunia yang gelap, dunia yang sedang mencari harapan, dunia yang sedang diperbudak. Maka kita yang telah dibebaskan dari perbudakan dosa, kini hidup dalam Kristus untuk memberitakan kasih Kristus melalui pujian, tingkah laku dan perkataan. Karena kita tahu “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.” (Filipi 3:7). Amin.