Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Injil yang Sebenarnya Tuhan Yesus Jalan Kebenaran dan Hidup

Injil memiliki arti yang umum kita dengar, yaitu kabar baik. Injil merupakan pusat dari apa yang tertulis di Alkitab. Karena Alkitab pada dasarnya menceritakan kasih Allah yang digenapi di dalam kasih Tuhan Yesus yang telah mati disalibkan. Sebab Tuhan Yesus pernah berkata, “Akulah jalan kebenaran dan hidup.” 

Salib Yesus merupakan kemegahan dan kemuliaan, jalan terbaik untuk dapat datang masuk dalam persekutuan dengan Bapa. Maut tidak berkuasa atas diri kita, maut telah ditimpakan kepada Yesus ketika Ia disalibkan dan menerima berbagai-bagai penderitaan. 

Baiklah kita bermegah di dalam Kristus. Semua cerita Tuhan Yesus tertulis dengan jelas di keempat kitab Injil, membuat kita dapat mengerti bahwa Yesus benar-benar ada di dalam sejarah umat manusia.

Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab oleh-Nya dunia telah disalibkan bagiku dan bagi dunia. Marilah kita melakukannya dengan mata tertuju pada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan membawa iman kita kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Galatia 6:14 (TB), Ibrani 12:2 (TB).

Saya telah menjelaskan sedikit tentang kabar baik yang Alkitab telah nyatakan. Yesus adalah jalan kebeneran dan hidup. Kehidupan hanya ada di dalam Kristus, karena tanpa Kristus maka yang ada di dalam diri manusia adalah kematian. Tetapi kebangkitan Yesus membawa kita pada iman yang sejati yang menghidupkan dan tidak sia-sia. (1 Korintus 15:17).

Injil yang tidak terdengar lagi

Hari-hari ini, Injil bukanlah hal yang sering terdengar di atas mimbar gereja, kita hanya akan lebih sering mendengar tentang berkat. Tentang bagaimana Yesus akan menjawab doa-doa kita, bagaimana kasih Yesus merupakan kasih yang harus di bayar dengan cara hidup kita yang lebih baik, lebih rajin, lebih sukses, dan lebih di segala bidang. Terutama harus menjadi sama seperti PS. Yang sedang berkotbah bahwa mereka juga harus memiliki iman yang besar.

Injil menjadi kabar buruk saya rasa, ketika para hamba kacau ini menyampaikan kotbah mereka. Karena pada dasarnya hati mereka tidak terpaut pada Kristus, tidak terikat pada Injil. Tetapi terikat pada sistem dunia, bagaimana mereka bersaing untuk bisa sama seperti dunia, namun mereka lebih ke bidang rohani, agar dapat terlihat, bahwa mereka pantas untuk dihormati.

Pengajaran mereka berpusat pada manusia, berpusat pada bagaimana manusia yang paling berharga dan mulia. Pengajaran mereka berpusat pada, Yesus rela disalibkan karena manusia berharga. Sehingga manusia berhak untuk mendapatkan apa saja dari Yesus karena manusia berharga. Hanya saja menusia memerlukan iman yang besar. (ajaran ini tidak Alkitabiah)

Injil seperti inilah yang kita dengar, melalui sosial media, melalui mimbar, dan banyak lagi tulisan-tulisan rohani yang terlihat sangat baik untuk mengubahkan kelakuan, tetapi tidak merubah hati. Video yang terlihat baik untuk mengangkat manusia, menggiring untuk terus mencintai harta fana, terus membawa pada penyembahan berhala terselubung. 

Bukan Yesus yang mereka sampaikan, buka salib Yesus yang ditinggikan, mereka tidak membukakan realita dosa manusia yang jauh lebih berbahaya dari pada kemiskinan dan sakit penyakit. Saya lelah mendengar injil yang palsu ini, injil yang membuat saya tidak mengenal Yesus secara jelas dan benar. Maka saudaraku inilah pentingnya Anda harus memaksa diri agar membaca Alkitab setiap saat.

Karena kekacauan ajaran inilah saya terus mengoreksi apa yang akan saya tulis, untuk saudara baca, jika bukan Injil yang menjadi pusat tulisan saya, biarlah Allah menghajar saya dengan rotan sehingga saya bertobat. 

Bagian ini memiliki judul asli “INJIL YANG SEBEBARNYA” maka dari itu untuk dapat lebih dalam lagi mengerti Injil yang sebenarnya. 

Bagaimana pada bagian sebelumnya saya menjelaskan ‘Yesus menjadi sangat hina.’ Maka di sini kita akan meneguhkan bagian 1, dengan menjelaskan seperti apakah Injil yang sebenarnya, lalu apa dampaknya bagi kehidupan kita, dan pertumbuhan iman kita karena kita telah percaya kepada Yesus dan bertobat.

Mempelajari Injil secara lansung dari Tuhan Yesus yang adalah Jalan Kebenaran dan Hidup yang ada di dalam Alkitab. Sebab Yesuslah kebenaran itu sendiri, maka inilah poin-poin yang saya jelaskan berdasarkan (Roma 1:16-17), injil yang sebenarnya merupakan kekuatan Allah di dalam Yesus yang adalah jalan kebenaran dan kehidupan. 

  • Hidup dalam kematian
  • Diperbudak oleh kebebasan
  • Aku seorang yang bijaksana
  • Jalan kebenaran menuju kehidupan
  • Disalibkan bersama Kristus
  • Injil adalah Yesus Kristus

Injil yang Sebenarnya Tuhan Yesus Jalan Kebenaran dan Hidup

1. Hidup dalam kematian

Dari poin satu sampai poin tiga, Anda akan di bawa ke dalam kabar buruk. Kabar buruk yang menunjukkan siapa kita, seperti apa kita, dan bagaimana akhir kehidupan kita di luar Yesus.  kehidupan yang sia-sia seperti yang dituliskan oleh penulis kitab Pengkotbah.

“Kesia-siaan belaka, kata Pengkotbah, Kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.” Pengkotbah 1:2 (TB).

Injil yang sebenarnya, tidak akan hanya memberikan kepada Anda kabar baik sebagai penawar, tetapi akan menunjukkan kepada Anda secara jelas dan jujur penyakit kematian yang ada di dalam diri. Telah menjadi natur kita, sebagai manusia yang masih hidup di dunia dan dibatasi oleh daging fana, ruang dan waktu.

Kengerian kehidupan akan sangat nyata, jika kita secara serius merenungkan hal ini, ini bukan tentang persoalan hidup. Kenegrian ini jauh lebih mengerikan dari pada hal itu, ini adalah kehidupan di kekekalan, coba Anda sekarang bayangkan, menderita selamanya di dalam kekekalan. 

Saya tidak berani membayangkan hal itu, karena ini kengerian murka Sang Kuasa. Mungkin Anda sekarang bertanya, mengapa Allah begitu tega membiarkan manusia binasa? Ini bukan tentang tega atau tidak tega, tetapi tentang keputusan untuk siapa dirinya ia berikan sabagai manusia fana. 

Ketika manusia memutuskan untuk memberikan dirinya, kepada perintah dari si pendusta (ular/setan). Maka pada saat itulah, ia tidak memberikan dirinya pada perintah Allah, keputusan inilah yang Allah hargai dari diri kita manusia, sebab kita diberikan kehendak. Bahkan hampir sama seperti Allah (Mazmur 8:6). Keputusan inilah yang menjadikan manusia tetap hidup namun pada dasarnya mari.

Jika Anda, memperhatikan perintah Allah kepada Adam dan percakapan Hawa dengan ular. Maka Anda akan mengerti mengapa kita tidak ada kuasa samasekali melawan dosa, kita diperbudak oleh dosa dan kita sangat mencintai dosa, kita bersahabat dengan setan. (Kejadian 2:17; 3:4-5).

Ular berdusta kepada Hawa, Ia secara tersirat ular juga menyatakan bahwa Allah berdusta kepada Adam. Melainkan Allah tidak mau, mereka menjadi sama seperti Allah. Inilah jalan kematian, setelah manusia memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat, mereka memberontak terhadap Allah.

Debu itu telah menggila, debu itu telah melawan, ia menyatakan bahwa ia tidak bersalah. Allahlah yang bersalah karena telah menempatkan Hawa di sisinya. Inilah  realita kematian, keterpisahan Sang Kudus dengan sang kematian telah menjadikan semua hancur, keterpisahan inilah akar dari semua penderitaan yang ada di dunia, semuanya telah dimulai.

Ilah menjadi sangat banyak, setiap manusia mendeklarasikan bahwa dirinya adalah tuhan atas dirinya sendiri. bahkan ia dengan bangga menjadikan ciptaan tangannya dan ciptaan lain seperti matahari sebagai tuhan. Penyembahan berhala kekejian bagi Allah.

Saudaraku hal ini haruslah secara jelas kita mengerti, saya tekankan sekali lagi. Ketika manusia memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat pada saat itulah manusia mendeklarasikan bahwa dia adalah tuhan atas dirinya. Bahkan ia memiliki hak untuk menjadikan segala sesuatu menjadi tuhan untuk kepuasan dirinya yang diciptakan sebagai penyembah.

Dosa penyembahan berhala adalah akar dari segala dosa, dosa ini sangatlah tersembunyi. Manusia dapat tetap menjadi orang agamawi, pada saat yang sama ia menyembah dirinya dan benda fana. Injil secara jelas membukakan semua ini, Yesus pernah berkata, “kamu seperti kuburuan di luar terlihat bersih tetapi dalamnya dipenuhi tulang belulang.” (Matius 23:27)

Maka seruan Yohanes pembaptis kepada orang-orang Israel untuk memberikan diri supaya mereka dibaptis sangatlah cocok diserukan juga pada zama ini, “Bertobatlah saudaraku, sebab kerajaan sorga sudah dekat.” (Matius 3:2).

Pada poin yang ke dua, akan lebih jelas lagi bagaimana kematian membuat manusia benar-benar tidak memiliki hak atas dirinya, ia hanya sedang berjalan dalam kebinasaan. Jika bertemu Sang Injil dan menerima-Nya maka diselamatkan. Tetapi jika ia benolak Sang Injil maka itu keputusan yang baik baginya, karena ia tetap menjadi tuhan atas dirinya dan terpisah dari Allah selamanya dalam kebinasaan.

2. Diperbudak oleh kebebasan

Dosa mengikat manusia, dosa memberikan kenikmatatan yang mematikan, bagi siapa saja yang menikmatinya. Dosa memberikan kebebasan palsu yang dicari semua orang bijaksana di dunia berdasarkan nilai-nilai diri mereka sendiri, yang mereka ciptakan.

“Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah manusia mencerminkan manusia itu. Dunia orang mati dan kebinasaan tak akan puas, demikianlah mata manusia tak akan puas. Kui untuk melebur perak dan perapian untuk melebur emas, dan orang dinilah menurut pujian yang diberikan kepadanya. Sekalipun engkau menumbuk orang bodoh dalam lesung, dengan alu bersama-sama kebodohannya tidak akan lenyap dari padanya.” Amsal 27:19-22 (TB)

Semua manusia menginginkan kebebasan, tidak terkecuali, mereka mencerminkan manusia itu sendiri sebagai orang bodoh. Kehidupan di dalam kebebasan tidak memberikan kepuasan apa pun, apalagi kepuasan mata. Mereka berusaha untuk menjadi pandai dan bijak, tetapi pada akhirnya kita dasar betapa bodohnya kita, kebodohan itu tidak serta merta lenyap.

Kita bebas, tetapi pada dasarnya, itu semua kepalsuan. Ini semua merupakan perbudakan yang membuat manusia tidak memiliki hak atas dirinya sendiri (Roma 8:15. 21). Mari kita perhatikan sih peminum, mari kita perhatikan sih munafik yang rohani, mari kita perhatikan sih pembohong, perhatikan seseorang yang terjerat dalam kelakuan tak bermoral lainnya. 

Bukankah mereka, bahkan Anda dan saya pada awalnya mengira semua keinginan, nafsu ini adalah kebebasan. Yang pada akhirnya ini semua menunjukkan bahwa kita sedang diperbudak karena ketika kita ingin lepas darinya, kita tidak memiliki kuasa untuk dapat lepas.

Paulus tidak pernah berhenti dalam setiap tulisannya, ia menuliskan bahwa manusia telah jatuh dalam pelanggaran dan dosa. Manusia telah menjadi hamba Iblis, manusia telah hidup dalam perhambaan. (silahkan baca Efesus 2).  

Kita telah diperbudak oleh Iblis, yaitu penguasa kerajaan angkasa (ay. 2). Ungkapan ini menunjukkan kepada kita, bahwa Iblis memerintah segala pemerintah, dan segala kerajaan. (silahkan baca Efesus 1:2) ia bekerja sebagai roh yang tak kelihatan, ia bekerja menjadikan manusia-manusia durhaka. 

Alkitab menjelaskan kepada kita secara jelas bahwa iblis adalah penggoda, ia juga singa yang siap menerkam untuk mencabik-cabik. Kita sekarang mengerti bahwa iblis adalah sumber kejahatan, kesalahan dan kekerasan. Iblis bekerja dengan tekun di dalam diri manusia. 

Kata kerja yang dipakai “energeo” kata ini juga dipakai untuk menjelaskan kuasa Allah yang membangkitkan Yesus dari kematian. Hanya kuasa Allah yang adalah sumber kehidupan dapat membebaskan kita dari perbudakan setan. Anasir ‘daging’ memperbudak manusia, Paulus menuliskan dalam surat Efesus, “Hawa nafsu daging.” 

Daging bukan berarti tubuh manusia, tapi ini menunjukkan natur manusia yang berdosa, sifat manusia. Manusia yang egois, hawa nafsu ini juga dijelaskan sebagai “kehendak daging dan pikiran kita yang jahat.” John R.W. Stott, “EFESUS” pemahaman pasal 2 hal. 68-70

Dari pendalaman Alkitanb oleh John di atas memberikan kepada kita kejelasan akan perbudakan yang membawa kita pada kebebasan palsu. Hal ini haruslah sadari untuk lebih jelasnya mari kita pikirkan ke dua pertanyaan di bawa ini;

A. Adakah yang dapat dikerjakan orang mati?

Kematian menjadikan manusia terdiam kaku tak berdaya, manusia tak bernyawa hanya menunggu dagingnya menyusut menjadi debu. Bagaimana dengan diri Anda yang ada di luar Yesus, Anda ada dalam kematian? Jika Anda saat ini sudah yakin ada di dalam Yesus. paling tidak poin ini mengingatkan Anda akan kebesaran anugerah Allah sehingga Anda tidak menjadi manusia sombong dan munafik yang tidak mau bertobat.

Tidak ada yang dapat dikerjakan oleh kerohanian kita yang mati, kita hanya tinggal menunggu kematian daging. Kematian yang menjadikan diri kita tidak lagi memiliki kesempatan untuk bertobat. “Sebagaimana awan lenyap dan melayang hilang, demikian juga orang yang turun ke dalam dunia orang mati tidak akan muncul kembali.” Ayub 7:9 (TB) inilah realita dosa.

B. Bisakah orang mati membangkitkan dirinya.

Jika perbuatan baik dapat menyelamatkan, pada saat yang sama kita sebenarnya tidak mempercayai Alkitab sebagai dasar kehidupan. Karena jika Anda mempercayai Alkitab, dan mengerti bahwa dosa adalah kematian rohani. Anda akan sangat berduka dan dengan serius bergumul akan pengharapan yang Anda sedang Yakini. 

Kita akan mengerti bahwa semua hal yang kita kerjakan, untuk mendapatkan kehidupan kekal adalah sia-sia. Pada dasarnya kematian ini mejadikan manusia budak dosa, budak tidak berhak dan tidak memiliki kuasa untuk melawan. Hal ini juga menunjukkan kepada kita bahwa, ketika kita masih di dalam kematian dosa, kita tidak bisa membangkitkan diri kita sendiri.

Namun Puji Tuhan, “Jawab Yesus: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan percaya kepadaku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini.”” Yohanes 11:25-26 (TB). 

Di dalam Yesus kita mendapatkan kebebasan sejati. “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” Tetapi dalm pengharapan, karena mahluk itu berdiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah”. ~ Surat Paulus kepada jemaat di Roma

Untuk lebih jelasnya, penjelasan tentang kebebasan yang ada di dalam Yesus, kita akan menyimaknya di poin yang ke empat sampai poin enam. Mari kita belajar tentang kebijaksanaan palsu yang dosa berikan kepada manusia pada poin yang ke tiga.

3. Aku seorang yang bijaksana

Saya ingin membukakan satu realita menyedihkan, bagi Anda yang merasa diri Anda adalah sesosok manusia yang bijaksana. Dan beriman yang besar sehingga bisa meminta dan dijawab oleh tuhan ciptaan pikiran Anda sendiri seolah-olah Anda sedang meminta pada Tuhan. Anda yang merasa bahwa Anda berharga maka Anda ditebus, Anda bijaksana maka Anda layak. Anda harus bertobat!!!...

Tidak ada manusia yang bijaksana di mata Allah seperti ada tertulis: “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah.” Roma 3:10-11 (TB), kelanjutan dari ayat ini, akan menjeskan kepada kita, bahwa betapa bobroknya manusia.

Ketiadaan akal budi, menunjukkan manusia yang terpisah dari Allah. Ini sama dengan bahwa kebijaksanaan yang diakui oleh diri sendir adalah suatu kebohongan besar, suatu perasaan yang tidak menyadari bahwa dirinya tanpa Kristus adalah kematian kekal yang menyedihkan.

Dari semua kabar buruk yang telah saya tuliskan, saya ingin sampaikan satu hal lagi. Kita tidak ada harapan, kita telah binasa, kita sangat menyedihkan. Sejak dalam kandungan ibu kita, kita telah ada dalam kebinasaan dosa (Mazmur 15:7).

4. Jalan kebenaran menuju kehidupan

Yesus adalah jalan kebenaran, jika tidak melalui Dia, untuk sampai pada kebijaksanaan sejati, itulah kesesatan. Saudaraku, “takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” Amsal 1:7 (TB). Didikan sejati hanya ada di dalam Yesus, pengetahuan akan kebenaran dan kehidupan sejati hanya ada di dalam Yesus, rasa gentar karena melihat kasih Yesus, membawa diri kita pada kebenaran yang tak terbendung.

Kematian memberikan kepada kita, ketiadaan harapan, namun ketika kita percaya Yesus, kita menemukan harapan sejati. Yesus sendiri telah mengakui diri-Nya. “Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." Yohanes 14:6 (TB).

Hal penting yang akan menjadi pusat dari pembahasan kita pada poin ini; dimana Ada Yesus, disana ada jalan kebenaran dan hidup. Ketiga kata ini satu kesatua utuh, bahwa Yesuslah kebangkitan dan hidup, Yesuslah jalan yang benar untuk mencapai kehidupan.

Kita mati karena dos akita, tetapi di dalam Kristus, kita dibebaskan dari perbudakan dosa. Inilah jalan kebenaran itu, ketika jalan itu membawa kita bebas dari perbudakan. Hal ini Alkitab tunjukan dengan jelas, satu gambaran utuh dari bangsa Israel yang keluar dari perbudakan tanga mesir, mereka dibebaskan Allah melalui Musa.

Jika bangsa Israel dibebaskan dari perbudakan dosa, dibawa Allah melalui perjalanan yang menunjukkan setiap proses betapa berdosanya manusia (Israel). Cerita ini menunjukkan kita yang dibawa oleh Sang Kebebanaran untuk bebas dari perbudakan dosa, berjalan melalui jalan kebenaran yang melelahkan.

Kita mengeluh, kita merasa lelah, kita ingin kembali ke dosa-dosa kita, namun Allah menjaga kita dengan tiang api dan tiang awan. Allah menghajar kita agar kita taat pada-Nya (Ibrani 12:7-12), perjalan pemurnian diri untuk semakin serupa dengan Kristus, semakin memancarkan kehidupan Kristus.

Membawa nama Kristus bagi dunia yang Ia kasihi, mematikan dosa yang Ia benci, dan terus memberitakan Dia melalui kehidupan kita, sungguh ini perjalanan yang indah, perjalan di dalam Kristus, perjalana untuk terus menikmati Kristus.

Namun untuk sampai pada perjalan di dalam kebenaran Yesus, terlih dulu kita mati bagi diri sendiri, kematian bersama Yesus di kayu salib. Untuk lebih jelasnya mari kita bersama belajar untuk mengerti makna penyaliban Yesus secara jelas sehingga kita bersukacita karena-Nya.

5. Disalibkan bersama Kristus

Paulus sangat mengerti, ketika hidupnya menjadi pemberita Injil, pada dasasrnya ia telah mati bersama Yesus, ketika perjalanannya ke Damsyik (KPR. 9:19). “Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan bersama Kristus.” Galatia 2:19. 

Ketika kita telah disalibkan bersama Yesus, namun kita hidup tetapi bukan lagi kita sendiri yang hidup, melainkan Yesus hidup di dalam kita, kita diarahkan untuk taat kepada-Nya yang telah menebus kita, Ia yang telah menyerahkan diri-Nya menjadi dosa. Inilah kekuatan Allah, inilah Injil yang berpusat pada Yesus.

Demikianlah kita telah mati bersama-sama dengan Yesus oleh tenggelannya diri. Baptisan yang melambangkan kematian dan hidup kemabali keitk kita keluar dari air. Sama seperti Tuhan Yesus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh Allah. Oleh karena-Nya kita memperoleh kehidupan baru (2 Korintus 5:15). Bacaan Roma 6:4, Efesus 2:5, Kolose 2:20 ; 3:3.).

Realita kehidupan yang telah disalibkan dengan Kristus, menjadikan kita anak Allah. Kita menjadi kudus karena kekudusan Yesus, kita menjadi layak karena kelayakkan Yesus, kita menjadi benar karena seolah-olah kebenaran Yesus adalah kebenaran kita.

Kasih yang ada di dalam Kristus merupakan kasih yang salin memiliki, kita menjadi mikik Kristus dan Kristus menjadi milik kita sehingga Yesuslah harta berharga kita.

Saya sangat percaya ketika seseorang telah mengecap kasih Yesus dan meninggalkan semua berhalanya, pada saat itulah ia akan merasakan bahwa Yesus adalah miliknya. Hal ini menjadikan ia bagaikan seseorang yang menemukan harta terpendam lalu menjual semua hartanya (Matius 13:44).

 Disatukan dengan Kristus merupakan kebanggaan, kita disadarkan akan ketidaklayakan, pada saat yang sama kita diterima apa adanya.  Ketika kita mengakui kelemahan, kesedigan, kehancuran, ketiadaan harapan dan keberdosaan. Inilah jalan baru untuk mati bersama Kristus. Yesus berkata, jika ingin mengikuti Dia, kita harus meninggalkan semua berhala, semua kerinduan yang kita anggao baik semua itu menjadi sampah.

Siap untuk menderita, karena dunia akan selalu membenci murid Kristus. Setan tidak akan tinggal diam, ia akan mengincar kita, menjadikan kita musuh Allah (Yohanes 16:33). Menyangkal diri, memikul salib, dan mengikuti Yesus, perjalanan yang panjang saudaraku, perjalanan yang akan sangat melelahkan dan membawa kita pada pergumulan seumur hidup untuk tetap setia. 

Namun Allah berjanji, “pencobaan-pencobaan (pencobaan dosa) yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampauai kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya." 1 Korintus 10:13 (TB). 

Kesetiaan Allah, bukan berdasarkan kesetiaan kita, melainkan berdasarkan diri-Nya yang memang setia, Ia akan selalu mendidik dan membawa kita kembali ke jalan kebenaran di dalam Dia.

“Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.” Roma 3:25 (TB). Karena itu saudaraku memberikan diri kepada Kristus merupakan hak istimewa yang Allah anugerahkan kepada kita, setiap hari kita harus secara serius memberikan diri kepada Yesus. AMIN 

6. Injil adalah Yesus Kristus

Injil adalah kekuatan Allah yang menguatkan, Injil ini adalah Pribadi, Ia adalah Yesus Kristus. Pusat dari setiap berita yang haruslah kita dengar dan kabarkan. Jika Injil bukan pribadi yang nyata, jika Ia hanyalah sesuatu yang abstrak dan bukan pribadi manusia, sia-sialah iman kita.

Tetapi Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita, Ia adalah terang, Ia adalah kehidupan. Saudaraku ketika Yesus menjadi manusia, Ia harus menderita kesakitan, Setiap sobekan yang Ia alami, akibat setiap pukulan dan hinaan yang Ia terima. Itu semua menunjukkan hinanya Anda dan saya, betapa layaknya kita binasa dalam kesombongan, kebodohan dan perbudakan.

Tangan yang ditancapkan paku, tubuh yang telah remuk, dan rasa haus yang teramat sangat dirasakan oleh kemanusiaan Yesus. Mari bayangkan penderitaan yang Yesus kerjakan agar Anda dan saya beroleh hidup, agar kita dapat kembali kepada Allah untuk memuliakan Dia. Karena untuk inilah kita diciptakan. 

Ketika saya menyatakan dosa-dosa kita oleh Injil, pada poin-poin awal. Hal itu dimaksudkan supaya kita sadar ketidaksempurnaan kita dan dosa-dosa kita, maka makin tinggi, makin berharga, dan makin menyentak bahkan menakjubkan anugerah Allah yang dapat kita lihat. 

Dari penomana inilah seperti yang dituliskan pengkotbah Methodist abad-18 George Whitefield, “Tuhan, berikanlah aku kerendahan hati yang besar, semangat yang terarah dengan baik, kasih yang menyala-nyala, dan mata yang fokus pada satu tujuan, lalu biarkanlah manusia atau setan melakukan hal butur mereka.” 

Sehingga pertobatan kita di dalam Injil melibatkan semangat yang terarah dengan baik. Kita bertobat dan merenungkan kasih karunia yang Yesus berikan secara cuma-cuma. Kita tidak lagi menjadi pengecut dan menghindari hal-hal sulit, kita dengan beranai menghadapi roh jahat. 

Kita tidak cemas, kita bertindak disertai berpikir panjang, kita percaya bahwa Allah peduli terhadap kehidupan kita, merenungkan anugerah Allah, sampai memiliki pemikiran yang jernih dan mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat. Karena pertobatan di dalam Injil, memunculkan kasih yang menyala-nyala. 

Merenungkan kasi karunia sampai akhirnya kita memiliki kasih yang dipenuhi kehangatan. Terakhir, biarlah Injil itu memberikan kepada kita sukacita dan kesukaan yang melimpah di dalam Kristus. Timothy Keller, “Injil dalam kehidupan.” Hal. 29-32.

Kristus mengerjakan dengan semperna, merobak hati sehingga kita diubahkan menjadi mansuia baru. Inilah yang Paulus tuliskan, “Allah menyelamatkan orang percaya apapun suku bangsanya, di dalam Injil Kebenaran Allah sangatlah nyata, orang benar hidup oleh iman,” (Efesus 2:89).

Saudaraku Kristus yang telah menggantikan kita, Ia telah menerima semua hukuman kita, layaklah Ia menerima segala kemuliaan. Kini kita mengerti bahwa di dalam Kristus, oleh Injil kita beroleh harapan. Kita kembali ke tujua kehidupan yang dipenuhi makna, kita ini ciptaan Allah yang Allah persiapkan untuk pekerjaan baik. Tidak ada kabar yang lebih baik dari ini, kuasa dosa telah hancur di bawah kaki salib Yesus, dosa tidak berkuasa lagi atas kehidupan.

Marilah mulai perperangan melawan tipu muslihat iblis dengan doa, Allah yang memberikan kekuatan. Dosa adalah musuh terbesar kita, maka setiap hari kita harus mengalahkanya. (Mazmur 23:1-2) kita berbahagia karena dosa telah diampuni.

Kata “berbahagialah” ditulis dua kali dalam dua kalimat ini. Tapi itu bukan satu-satunya kata yang muncul dua kali. Dosa jauh muncul dua kali (dalam versi Inggris, kata kesalahan ditulis sebagai ‘sin’, yang atinya juga “dosa”).  Tanpa kita melihat betapa dalamnya dimensi dosa, kita tidak akan pernah memahami bobot anugerah Allah. 

Tanpa dukacita tidak ada keinsyfan, dan tanpa keinsyafan kita kehilangan berkat terbesar Allah, yaitu rahmat pengampunan serta kasih karunia. Maka dari itu jangan diperhalus dengan cara menyebutkan dosa sebagai keselahan, kecanduan, kebodohan, atau “tak disengaja.” Sebutlah itu dosa. Kyle Idlema, “Akhir dari ke-Aku-an” hal. 50-53

Kasih yang radikal dinyatakan di dalam Yesus merupakan Injil yang sebenarnya, Yesus Kristus jalan kebenaran dan hidup. Ia adalag roti kehidupan, bahkan air kehidupan. Semua kepenuhan hidup ada di dalam Dia

Baca Juga: Yesus menjadi sangat hina dan menderita

Saudaraku kiranya melalui artikel berjudul  Injil yang Sebenarnya Tuhan Yesus Jalan Kebenaran dan Hidup, setiap dosa dibukakan dengan jelas, Injil tersampaikan. Roh Kudus bekerja di dalam hati Anda untuk membawa Anda pada pertobatan yang sejati. melihat hanya pada Yesus, merindukan Yesus dan menginginkan Yesus saja. Sebagai harta yang paling berharga di dalam kehidupan Anda. AMIN

_______________________________

Refrensi atau buku bacaan;

John R.W. Stott, “EFESUS” pemahaman Efesus pasal 2

 Kyle Idlema, “Akhir dari ke-Aku-an”

Timothy Keller, “Injil dalam kehidupan.”