Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Yakobus 2:14-17 Hubungan Iman dan Perbuatan

Renungan Yakobus 2 14-17 Tentang Hubungan Iman dan Perbuatan

Judul Renungan Hubungan Iman dan Perbuatan

Ayat Alkitab Yakobus 2:14-27

Yakobus 2:14 (TB) Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?

Yakobus 2:17 (TB) Demikianlah juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya mati.

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang tidak kita lihat, tetapi ada harapan di sana. Dan harapan itu adalah Yesus Kristus yang telah disalibkan. Yesus yang telah memberikan diri-Nya menjadi dosa, Dialah sumber iman, pondasi iman untuk kita dapat melakukan kebenaran yang memuliakan Allah.

Perbuatan adalah apa yang kita lakukan, sesuai dengan kehendak kita yang telah dipengaruhi oleh iman. Bahkan ada juga yang berdasarkan perasaan dan pemikiran kita. Maka itulah pengertian iman dan perbuatan berdasarkan apa yang telah saya pelajari, renungkan dan terapkan dalam kehidupan saya meskipun saya sering gagal. 

Untuk lebih jelasnya mari bersama-sama dua poin tentang iman yang sejati dan iman yang mati. Membawa kita pada kristus untuk semakin menginginkan Dia saja, serupa dengan Dia bagi kemuliaan-Nya.

1. Iman yang sejati

Sama seperti buah selalu ada pohon yang menghasilkannya. Demikianlah perbuatan, selalu ada iman di balik setiap tindakan dan perbuatan. Apa yang Anda dan saya kerjakan hari ini, apa yang membuat Anda dan saya hari ini bergerak dan ingin selalu berjalan dalam sebuah tujuan yang pasti. Selalu ada keyakinan di baliknya. Demikianlah sedikit contoh hubungan iman dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari.

Saudaraku, iman dan perbuatan adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Sehingga kita dapat hidup sesuai dengan keinginan Allah. Perbuatan bukanlah akar, perbuatan adalah buah dari iman. Ketika iman berasal dari Allah, ketika iman berpusat pada Kristus, ketika iman yang sejati menjadi penggerak kehendak. Maka iman yang demikian akan menghasilkan buah yang benar, bukan karena manusia berkata hal itu benar.  Tetapi karena Kristus yang berkata itu benar dan hal itu memuliakan Allah.

Mungkin Anda sekarang bertanya, lalu bagaimana saya mengetahui apa yang saya lakukan adalah benar di mata Kristus? Maka Anda harus mengerti kehendak Kristus atas diri Anda, dengan cara melihat rancangan Allah di Alkitab, di mana semua yang Allah kerjakan. Sampai pada kematian dan kebangkitan Kristus adalah untuk menyelamatkan manusia dari kutuk dosa.

Lagi pula, kebenaran yang ada di dalam diri kita, ketika kita ada di dalam Kristus adalah kebenaran yang berasal dari pembenaran oleh Kristus. Artinya tidak ada sedikit pun kebenaran yang berasal dari diri kita, yang ada hanya dosa yang memberontak terhadap Allah. Tetapi perhatikan Roma 4:25 (TB) “yaitu Kristus yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.”

Saya menjelaskan kepada Anda, bahwa kebenaran yang ada di dalam kita adalah kebenaran Kristus, karena saya tidak ingin Anda salah mengerti dan memikirkan dan merasakan dan menginginkan. Bahwa perbuatan Andalah yang menyelamatkan Anda. Tidak saudaraku, perbuatan kita tidak akan menyelamatkan kita, standar Allah terlalu tinggi. Hanya karena perbuatan Kristus yang telah disalibkan, maka kita menerima keselamatan.

Untuk mengerti iman yang sejati, kita harus kembali ke pengajaran yang sejati dan benar, Yakobus menjelaskan alasan utama iman dengan perbuatan adalah satu kesatuan. Ada di Yakobus 2:1. Inilah dasar kita, ketika melihat setiap penerapan praktis yang Yakobus jelaskan. 

Untuk penerima surat Yakobus adalah orang-orang yang beriman kepada Yesus, percaya Yesus dan hidup untuk Yesus, mengabarkan kemuliaan Yesus, keselamatan yang ada di dalam Yesus, semua itu adalah buah dari iman kepada Yesus.

Tidak akan ada yang dapat Anda dan saya lakukan di luar Yesus yang dapat menyenangkan Allah, karena kehendak kita sendiri adalah kehendak yang dipengaruhi natur berdosa. Di mana kita mati di dalam dosa dan akan selalu berkehendak untuk melakukan sesuatu yang berlawanan dari kehendak Allah, buah-buah yang secara alami kita hasilkan sudah pasti untuk kepuasan daging, bukan jiwa. 

Bukan untuk memuliakan Allah, meskipun hal itu berkedok pelayanan, berbuat baik dan segala hal yang dilihat dunia bermoral dan indah. tetapi di mata Allah kita tetaplah orang berdosa  yang menyedihkan dan pasti binasa tanpa Kristus.

Saudaraku, kita harus lebih dulu, merenungkan, merasakan, menikmati dan bergetar di atas dasar Batu Karang yang kokoh ini, yaitu Yesus, sebelum kita menghasilkan buah yang benar. dan itu benar bukan berdasarkan kata dunia, tetapi kata Alkitab. Buah-buah yang memuliakan Allah. 

Jika dunia suka penggemar, jumlah yang banyak dari satu Jemaah. Maka Yesus lebih suka menghabiskan waktu bersama 12 murid untuk menjadikan mereka orang-orang yang mendalam mengasihi Dia dan Allah Bapa, sehingga mereka menjadi pemberita Injil yang setia sampai pada masa kematian mereka. Yesus lebih tertarik dengan pengikut yang radikal untuk menjadi milik kepunyaan-Nya.

Selanjutnya, kita akan bersama-sama melihat contoh nyata dari apa yang Yakobus jelaskan. Yaitu contoh iman yang mati. Iman yang adalah dusta besar dari seorang manusia yang mengatakan bahwa ia memiliki iman. Tetapi tidak memiliki belas kasihan dan kepedulian kepada sesama. Dasar utama dari iman adalah Kristus, yang berarti kasih kepada Allah dan sesama manusia seperti diri sendiri.

2. Iman yang mati

Yakobus 2:15-16 (TB) Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang di antara kamu berkata: “Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!”, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?

Tentu saja iman yang mati tidak ada gunanya, karena iman yang demikian adalah iman yang berasal dari diri sendiri yang mengaku percaya Yesus, untuk masuk ke dalam sorga. Iman yang mendapatkan pelajaran dangkal. Jika percaya Yesus maka kamu akan masuk sorga, lakukanlah sesuka hatimu apa pun itu. Janganlah buat masalah dengan sesama, rajinlah beribadah/datanglah ke gereja dan berikanlah persembahan. Maka hidupmu akan aman dan mati masuk ke sorga.

Sehingga tujuan Kekristenan kita adalah sorga, tujuan Kekristenan kita adalah kepuasan daging, tujuan Kekristenan kita tidak ada bedanya dengan agama-agama dunia. Saudaraku apa demikian adanya? 

Kekristenan yang seperti inilah pada akhirnya tidak memperhatikan sesama. Kalau pun ia memperhatikan sesamanya, semua itu agar ia dikenal sebagai seorang beragama dan layak untuk menerima penghormatan dan pujian.

Esensi dari ketidakpedulian pada sesama manusia adalah, iman yang mati, iman yang tidak mengenal Yesus tetapi percaya Yesus adalah juruselamat dan Tuhan. Sama seperti iman setan bahwa setan gemetar karena Yesus adalah Tuhan.

Tetapi, iman yang demikian, mati, tidak pernah taat kepada Kristus, tidak pernah mati atas diri sendiri.  tidak pernah menurunkan sih aku dari tahta kecil yaitu dirinya sendiri. Ini adalah jenis iman yang tidak bertobat, tidak membenci dosa. Dan semakin munafik.

Ia percaya Yesus, tetapi akulah yang memimpin diriku, akulah yang bercita-cita untuk kebaikan diriku dan akulah yang menjalani kehidupan ini sesuai dengan apa yang hati dan pikiranku inginkan. 

Yesus yang aku percaya, cukuplah ketika aku mati nanti, yang menjemputku membawa aku ke sorga, sehingga ketika di tanya mengapa aku ke sorga, karena aku percaya Yesus, karena aku telah ke Gereja dan menolong beberapa orang agar mereka tau kalau aku orang baik yang percaya Yesus. 

Iman yang mati, berakar dari pemahaman Alkitab yang dangkal dan tidak utuh. Semua ini dimulai dari mimbar gereja, di mana Doktrin yang benar dan Alkitabiah telah ditinggalkan tetapi Alkitab dimengerti sesuai dengan keinginan alami tanpa penyangkalan diri, tanpa hati dan pikiran yang berpusat pada Yesus.

Saudaraku, kerinduan saya kita bersama-sama melihat kedalaman hati kita tentang iman yang hidup dan mati. Kita harus melihat, apakah iman kita berdasarkan kebesaran kita dan kekuatan kita untuk percaya? 

Ataukah iman kita adalah berdasarkan kebesaran Kristus yang telah disalibkan, di mana penyaliban itu menyadarkan kita betapa berdosanya diri kita, betapa layaknya kita binasa dan betapa besarnya kasih karunia, sehingga kita bertekuk lutut dan berkata, “Tuhan, aku pendosa besar dan berikanlah aku iman yang sejati, iman yang benar, iman yang berdasarkan kebesaran dan kemuliaan Kristus sehingga aku mampu taat kepada-Nya dan melaksanakan kehendak-Nya.”

Penegasan iman yang hidup sesuai dengan ayat 17 lebih lanjut. Saya mengutip tulisan dari Charles H. Spurgeon

Persekutuan dengan Dia. (1 Yohanes 1:6) Ketika kita dipersatukan oleh iman kepada Kristus, kita dibawa pada persekutuan yang begitu sempurna dengan Dia, sehingga kita menjadi satu dengan Dia, dan kepentingan Dia dan kita menjadi sesuai dan sama persis. 

Kita memiliki persekutuan dengan Kristus dalam kasih-Nya. Apa yang Ia kasihi kita kasihi. Ia mengasihi orang-orang kudus—begitu juga kita. Ia mengasihi para pendosa—begitu juga kita. Ia mengasihi umat manusia yang binasa, dan rindu untuk melihat padang-padang gurun bumi berubah menjadi taman Tuhan—begitu juga kita. Kita memiliki persekutuan dengan Dia dalam keinginan-Nya. 

Ia ingin memuliakan Allah—kita juga bekerja keras memuliakan Allah. Ia ingin orang-orang suci berada bersama Dia di tempat Dia berada—demikian kita pun ingin bersama Dia di sana. Ia ingin membuang dosa—lihat, kita bertarung di bawah panji-Nya. Ia ingin agar nama Bapa dikasihi dan dipuja oleh segala ciptaan-Nya—kita berdoa setiap hari, "Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di sorga." (Matius 6:10)

Tuhan, berikanlah aku iman, ya Tuhan berikan aku kasih-Mu dalam proses perjalanan Kekristenanku sehingga aku menjadi serupa dengan-Mu. Terkadang aku berpikir, bagaimana mungkin Engkau dapat mengasihi aku sih pendosa besar ini, dengan kasih yang teramat dalam. Tetapi kebenaran-Nya demikian, maka dari itu ajari aku mengasihi sesama seperti kasih-Mu kepadaku. 

Iman yang benar selalu bertolak dari-Mu, karena rancangan-Mu dan kasih-Mu. Mampukan aku Tuhan, untuk seumur hidupku memuliakan-Mu dan dipuaskan oleh Kristus yang telah disalibkan itu. sehingga sebagai murid-Mu aku memberitakan Engkau dan membawa orang-orang percaya lainnya bertumbuh bersama-sama semakin mengenal Engkau. di dalam nama Yesus. Amin.

Posting Komentar untuk "Renungan Yakobus 2:14-17 Hubungan Iman dan Perbuatan"