Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Mazmur 10:4 Manusia yang Telah Menjadi Allah Atas Diri Sendiri

Renungan Mazmur 10:4 Manusia yang Telah Menjadi Allah Atas Diri Sendiri

Judul Renungan: Manusia yang Telah Menjadi Allah Atas Diri Sendiri


Ayat Alkitab Mazmur 10:4-5

Mazmur 10:4 TB Kata orang fasik itu dengan batang hidungnya ke atas: ”Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!”, itulah seluruh pikirannya.

Ini adalah masalah terbesar umat manusia, tidak ada yang lebih besar dari hal ini. Jika direnungkan dan pikirkan lebih lagi dan secara jujur mengakui hal ini. Manusia telah melawan Allah, manusia yang telah memberontak dan tidak menyembah Allah yang benar. Manusia tidak menyembah Tuhan, manusia menjadi semakin jahat dan tidak terkontrol, kejahatan yang saya maksudkan di sini, bukanlah sekedar perbuatan keji seperti pembubuhan, permerkosaan, penjualan manusia, dan hal lain yang juga buah dosa.

Kejahatan yang lebih dekat dengan kita orang percaya, Anda yang sampai hari ini mengatakan diri Anda Kristen. Kejahatan kita, kita merasa bahwa kita adalah orang benar, kita berkata bahwa kita mampu berkenan kepada Allah. Kita datang ke gereja untuk menyenangkan Allah, bahkan beberapa dari kita merasa bahwa betapa pantasnya mereka mendapatkan semua yang mereka inginkan karena mereka adalah orang baik, mereka rohani, mereka suka kegiatan yang formal dan sopan. Mereka adalah rohaniawan, yang layak dihormati, demikianlah mereka berpikir.

Kejahatan manusia, hadir di dalam diri bukan karena perbuatan yang menghasilkan konsekuensi sosial  yang berdampak besar. Ini adalah natur manusia, dosa adalah natur kita maka kita suka melakukan hal-hal bodoh yang merugikan diri sendiri bahkan orang lain. Jika dampak dari dosa itu besar, maka hukuman di dalam dunia ini juga akan besar. 

Tetapi siapa yang tahu, hati para penghotbah Kristen, orang-orang yang mengaku diri mereka seorang hamba Tuhan yang melayani Tuhan. Apakah mereka benar-benar melayani Tuhan, ataukah mereka pada dasarnya sedang melayani diri sendiri mengatasnamakan pelayanan bagi Tuhan. Tidak ada yang tahu. Hanya mereka yang tahu, kitalah yang harus secara jujur mengakui kecacatan hati kita yang berdosa, bobrok dan seringkali tidak terkendali. Bahkan yang seringkali merasa bahwa Allah tidak pernah benar-benar ada.

Manusia menjadi tuhan atas diri sendiri

Manusia yang berdosa, bukan berarti ia tidak dapat sukses sesuai dengan standar dunia ini, ia mendapatkan semua kemegahan dunia. Dan bersukacita atasnya, Mazmur 10:5 (BIMK) “Orang jahat berhasil dalam segala usahanya; ia tidak mengenal hukum TUHAN dan mereka lawan-Nya.” Manusia yang jahat, dikatakan melalui ayat di atas, berhasil dalam usahanya. Hanya saja mereka tidak mengenal hukum TUHAN, karena mereka adalah tuhan atas diri mereka sendiri.

Permasalahan manusia, di kedalaman diri.  Ada satu tahta di mana itu sangat indah berdasarkan definisi pikiran dan hati dirinya sendiri. Tahta ini tidak ada yang dapat mengambilnya kecuali sih raja yaitu diri sendiri turun dan mengakui, betapa tidak bergunanya ia bertahta di sana. 

Pusat hidup manusia ada di dalam hati, di mana ia memimpin dirinya sendiri, karena hati inilah tahta yang saya maksudkan, dari sinilah semua jenis kehidupan terpancarkan.

Orang miskin, memiliki tahta di dalam dirinya yang menjadikan ia nyaman dalam kemalasannya. Dan tidak ada yang dapat mengambil tahta itu. Orang kaya, bertahta dengan segala kerja keras, memaksa diri untuk berjuang demi kemuliaan yang terlihat jelas, bekerja keras demi sebuah identitas diri. 

Baik orang miskin dan orang kaya ini, masih bertahta di tahta kemuliaan mereka dan inilah dosa itu, ketika manusia masih bertahta di tahta kemuliaan palsu yang ia miliki. Mereka memiliki kesamaan. Tidak pernah mengenal Tuhan, mereka tidak menginginkan Tuhan dan menyembah Tuhan.

Demikianlah dosa yang diwariskan Adam dan Hawa, sampai hari ini tetap menjadi  persolanan manusia. Saya tidak ingin Anda salah paham dengan saya, bahwa saya tidak percaya pada permasalahan psikologis dan lainnya. Tetapi jika kita jujur, akar masalah itu adalah keterpusatan pada diri sendiri, kehidupan yang mementingkan diri dan kemuliaan diri.

Kita yang terpisah dari Allah, kita yang tidak menginginkan pimpinan Allah dan kita menyukai kebebasan dan kenyamanan berdasarkan definisi kita sendiri. 

kita kira, kita dan segala hal di dunia ini membawa kepuasan atas diri kita, kita kira perjungan kita adalah sumber kehidupan sejati. Hati dan pikiran kita dipenuhi asumsi yang meleset dan membawa kita pada luka dan luka berikutnya. Inilah konsekuensi dari dosa, beberapa orang memutuskan hidup mereka, meninggalkan segala kekayaan hasil kerja keras mereka.

Manusia telah menjadi Tuhan atas dirinya sendiri dan inilah definisi dosa yang menjadi persoalan Anda dan saya hari ini. Betapa ini kabar buruk yang membawa hati dan pikiran memikirkan, bagaimana cara kita dapat kembali kepada Allah.

Saya rasa, Alkitab dengan jujur menunjukkan manusia berdosa, hukuman dosa adalah maut. Murka Allah yang kekal, Ia suci dan adil dan membenci dosa dan semua hasil dari dosa yang manusia perbuat di muka bumi ini. Kematian adalah konsekuensi logis dari dosa, keterpisahan yang gelap dan tidak terbayangkan. Ketika Anda merenungkan ini, masihkah Anda berkata, “bahwa ini hidupku, segala halnya urusanku. Kamu tidak berhak mengatur hidupku dan menunjukkan kepadaku apa yang tidak layak untuk aku percayai.”

Dosa adalah masalah serius, kita yang tidak menginginkan Tuhan adalah masalah yang serius, kehilangan kemuliaan Allah dan hidup dalam kemunafikan bertopengkan pelayanan merupakan masalah besar. Kita harus bertobat, kita harus kembali kepada Allah, apakah yang dapat kita perbuat untuk kembali pada Allah yang kekal.

Sebuah perjalanan dan menemukan Jalan

Ketika mempelajari Alkitab secara utuh, sebaiknya Anda dan saya mengerti bahwa Allah yang memurkai dosa, Allah yang adil dan membenci pemberontakan manusia. Dia juga adalah Allah yang mengasihi manusia. Hanya oleh belaskasihan inilah manusia dapat diselamatkan, hanya Allah saja yang dapat menyelamatkan manusia, semua manusia tidak ada yang berkenan kepada Allah.

Perjalanan manusia yang singkat namun  terasa panjang di muka bumi ini, merupakan perjalanan yang menyedihkan dan melelahkan. Mencari arti hidup hingga kematian. Alkitab, memberitakan kepada Anda dan saya, Allah yang datang kepada manusia, Allahlah yang memberikan jalan untuk dapat datang kepada-Nya dan Allah sendiri yang menyelesaikan masalah dosa.

Manusia yang bobrok, diselamatkan. Inilah Injil, tentang Allah yang mengasihi orang fasik. Dengan memberikan Anak Tunggal-Nya, untuk menerima keselamatan dari-Nya. Kasih karunia yang begitu besar bagi pendosa besar yaitu Anda dan saya. 

Yohanes 14:6 (TSI3) Yesus menjawab, “Akulah jalan menuju kepada Bapa. Akulah sumber dari semua ajaran yang benar. Dan Aku juga yang memberikan hidup kekal. Siapa pun tidak bisa datang kepada Bapa kecuali melalui Aku.”

Sejenak saya mengajak Anda untuk kembali memikirkan Injil dan bersyukur karean Injil, memikirkan kemuliaan Allah yang dapat kita lihat melalui Kristus yang telah disalibkan dan bangkit. Dia yang adalah Kebenaran, jalan untuk memperdamaikan kita dengan Allah, ditimpakan kepada Kristus murka Allah, ditimpakan kepada Kristus hukuman dosa dan Yesus menerima dosa manusia.

Jadi siapa yang percaya kepada-Nya, memperoleh hidup yang kekal. Yesus adalah Tuhan atas kehidupan Anda dan saya, ketika kita percaya artinya kita bertobat, mengakui semua kebobrokan, di mana kita seringkali merasa diri benar, dan oleh karena kebenaran kitalah, maka kita layak diselamatkan. Ini adalah kekacauan doktirin, merusak esensi dari kasih karunia.

Baca Juga:

Di dalam Kristus oleh karena Roh Kudus, kita disadarkan bahwa kita pendosa. Kita layak binasa. Bahwa kefasikkan yang Mazmur bicarakan adalah Anda dan saya. maka dari sinilah kita mengerti betapa kasih karunia adalah kebutuhan jiwa kita, pengampunan dosa merupakan kerinduan terbesar jiwa kita yang diperbudak oleh dosa dan hidup yang bebas, mencapai tujuan tertinggi yang Allah sediakan. Merupakan keinginan terdalam hati yang kosong.

Terpujilah Tuhan, yang memberikan Kristus menjadi milik kita yang berdosa. Jadi siapa yang ada di dalam Yesus, ia adalah ciptaan yang baru. Yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Dan inilah kesaksian itu, Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita, barangsiapa memiliki Anak (Yesus) ia memiliki hidup. Barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. Kita yang berdosa memperoleh pengharapan. Amin.