Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Mazmur 9:2-3 Menceritakan Perbuatan Tuhan Wujud Dari Rasa Syukur

Renungan Mazmur 9:2-3 Menceritakan Perbuatan Tuhan Wujud Dari Rasa Syukur

Mazmur 9:2-3 TB Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib; aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, ya Mahatinggi.

Bersyukur, tentunya kita lakukan karena adanya alasan yang begitu kuat, di mana alasan yang bisa berupa suatu kejadian, yang menyentuh hati dan pikiran kita sehingga kita mau untuk bersyukur dengan sukacita yang sulit diungkapkan. Pada saat yang sama bisa menghasilkan tindakan yang nyata.

Kita bersyukur, entah karena kita mendapatkan sesuatu yang menyenangkan dari seseorang mau pun keluarga kita. Sebuah nasehat yang cukup populer yang kita seringkali dapatkan dari orang-orang tertentu. Bahwa salah satu kunci hidup yang bahagia adalah bersyukur.

Apapun yang terjadi ketika rasa syukur hadir dari dalam diri maka akan menghasilkan kekuatan yang tidak terduga. Jadi hidup ini harus dipenuhi rasa syukur. Apakah benar demikian adanya? Saudaraku, kita harus memiliki pondasi yang kuat untuk terus bersyukur, kita harus mengerti dengan baik, mengapa kita bersyukur. Dan yang terpenting kita mengerti apa itu rasa syukur.

Kekristenan yang berpusat pada kebiasaan belaka, pada saat yang sama, akan mengajari Anda untuk bersyukur atas apa pun yang Allah berikan. Terutama itu, pemberian yang menguntungkan Anda. Beberapa orang di dunia digital seperti saat ini abad 21. Akan menunjukkan kepada kita, melalui postingan media sosial mereka mengapa mereka bersyukur.

Biasanya karena mereka lulus kuliah, menikah, memiliki anak, mendapatkan pekerjaan. Di kampung halaman saya, seringkali suatu keluarga melakukan ibadah ucapan syukur karena mereka menyelesaikan rumah baru, ladang yang menguning, mendapatkan kendaraan baru, anak mereka lulus sekolah maupun kuliah. Dan keluarga saya sering melakukan ibadah ucapan syukur semacam ini.

Bahkan ketika saya kembali nanti, orang tua saya, keluarga saya akan melakukan ibadah ucapan syukur, yang cukup mewah dan menghabiskan uang. Dan itu pasti dilakukan. Tetapi yang menjadi pertanyaan saya melalui renungan ini, apakah semua kejadian yang menyenangkan inilah yang menjadi pondasi sejati dari rasa syukur.

Bagaimana jika anak kita tidak menyelesaikan kuliah. Apakah akan tetap dilaksanakan ucapan syukur dan ibadah yang mewah kepada Allah. Bagaimana jika kita gagal panen, atau rumah yang sedang dibangun tiba-tiba terbakar. Bagaimana jika anak Anda gagal menyenlesaikan perkuliahan maupun sekolahnya. Apakah kita tetap bersyukur di atas pondasi yang benar, sejati dan kuat. Memberikan harapan akan kehidupan yang lebih indah, di dalam kemah fana kita saat ini.

Bagaimana jika di dalam keluarga kita mengalami kondisi yang kelam, bagaimana jika semuanya tidak sedang baik-baik saja. Masih adakah ucapan syukur kepada Allah.

Kita hidup dunia yang tidak terduga, penderitaan kapan saya akan hadir, seperti sahabat yang tidak kita inginkan. Tetapi pada saat yang sama, ia menyapa kita dengan rasa sakit. Tetapi masihkah kita dapat bersyukur. Masihkah kita memiliki pondasi yang kokoh untuk terus bersyukur. Jika penderitaan yang tidak pernah kita bayangkan menyapa dan menjadi definisi hidup kita saat ini.

Saudaraku, ketika saya merenungkan hal ini, tentang bersyukur, ini bukan sekedar perintah untuk Anda selalu bersyukur. Ini juga bukan sebuah kunci untuk hidup bahagia dan bersukacita. Ini adalah kebutuhan terbesar kita, untuk dapat terus menikmati Allah dan kita harus mengenal Allah seperti apa Dia.

Kita harus merenungkan apa yang Alkitab katakan tentang bersyukur, apa yang Alkitab perintahkan kepada kita untuk kita tentang bersyukur, apa yang menjadi pondasi yang benar dalam hal bersyukur. Dan tindakan seperti apa yang harus kita lakukan ketika kita benar-benar bersyukur.

Renungan Mazmur 9:2-3 Menceritakan Perbuatan Tuhan Wujud Dari Rasa Syukur

Bersyukur karena Tuhan adalah Tuhan.

Sebuah Kutipan dari Paul Washer, mengingatkan kita tentang bagaimana seharusnya kita melihat Allah yang ada di Alkitab. Bagaimana seharusnya kita menginginkan Dia yang adalah Diri-Nya sebagai harta yang berharga bagi kita. “Jika Anda mengikuti Yesus karena Dia akan memperbaiki pernikahanmu, jika Anda mengikuti Yesus karena Dia akan memperbaiki kehidupan sehingga menjadi lebih baik, itu adalah penyembahan berhala. Ikutlah Yess hanya karena diri-Nya.”

Pemazmur mengingatkan Anda dan saya, melalui dasar renungan kita kali ini, di mana dasar dari ucapan syukur yang Pemazmur sampaikan adalah sukacita dan kebahagiaan. Karena Allah, karena Dia adalah Dia, tentunya ini adalah perenungan yang lebih mendalam lagi. Bagaimana seharusnya Anda dan saya merenungkan Allah, bukan berdasarkan apa yang kita inginkan dan pikirkan untuk Tuhan berikan kepada kita.

Sukacita ini, oleh karena kita merenungkan Allah yang Alkitabiah, Dia yang adil. Membenci dosa dan Dia yang mengasihi orang berdosa. Untuk masuk pada ucapan syukur yang mandalam dan kekaguman yang sejati akan Allah, kita harus menyadari siapa kita dan siapa Allah. Kita harus menyadari bahwa kita orang berdosa dan musuh utama kita adalah dosa kita sendiri. Pada saat yang sama, Alkitab menjelaskan bahwa kita mencintai perbudakan dosa kita, sehingga semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, ini adalah kabar buruk.

Baik itu penyembahan berhala tersembunyi di dalam diri kita, di mana kita yang tidak menginginkan Allah tetapi menginkan berkat Allah untuk kita mengucap syukur. Ini suatu masalah yang serius, dosa menjadikan kita salah mengerti apa yang penting dan apa yang tidak penting. Apa yang harus menjadi yang utama sebagai pusat dari ucapan syukur dan apa yang hanya sumber daya untuk mengantarkan kita pada Dia, Allah itu sendiri, sehingga kita bersyukur karena Allah yang adalah harta berharga kita.

Penyembahan berhala yang saya maksudkan berdasarkan definisi Alkitab sendiri, merupakan segala sesuatu yang memikat hati Anda, menjadikan Anda lebih menginginkan hal itu dari pada Allah sendiri. seperti halnya bangsa Israel yang menginginkan anak lembu emas yang indah dan dapat terlihat di mana mereka dapat kagum akan keindahan lembu emas tersebut.

Seperti halnya patung yang kuat, gagah, dan indah dibangun oleh Nebukatnezar, lalu memerintahkan semua bangsa jajahannya menyembah patung tersebut. Demikianlah berhala adalah segala hal yang merupakan ciptaan, dan itu memikat hati Anda, membuat Anda selalu memikirkannya, membuat Anda selalu suka padanya dan melupakan Tuhan, pada dasarnya Anda sedang menyembah berhala. Apa pun itu.

Ketika Anda menyadari bahwa Anda pendosa, kita adalah orang berdosa, inilah kita, identitas kita sejak dalam kandungan ibu kita. dan saya ingin Anda merenungkan kabar buruk ini.

Perenungan ini bertujuan untuk mengantarkan kita pada kesadaran, betapa berharganya kasih karunia. Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan melalui iman, itu semua pemberian Allah, jangan ada yang sombong. Sauaraku, inilah pondasi kita bersyukur, karena Allah yang Maha Besar itu, datang ke dalam dunia melalui Yesus Kristus.

Dia yang disalibkan, untuk menerima semua hukuman dosa kita, kita yang layak binasa, ketika bertobat dan mengakui bahwa kita memerlukan Allah dan melihat betapa sebenarnya kita adalah budak yang menyedihkan di dalam segala pencapaian duniawi, prestasi pelayanan kita dan segala hal yang kita kira menyelamatkan kita, kita melihat Kristus saja yang berharga, Kristus saja yang kita inginkan. Dia yang disalibkan, menerima hukuman dosa dan dosa kita.

Pemazmur bersyukur karena Allah adalah Allah “karena ENGKAU”, kita dapat mengerti sekarang, pondasi paling kokoh bersyukur adalah Injil Yesus Kristus, ini adalah pengharapan yang indah dan mengagumkan.

Tanpa Injil, tidak akan pernah ada rasa syukur yang kuat, di dalam masa-masa kelam hidup seseorang manusia. Injil merubah semua hal yang ada di dalam diri kita, hati dan cara pandang kita, dengan kuasa Injil, manusia yang berdosa dan budak dosa, kini kuat untuk mematahkan semua kuasa dosa dengan doa dan permohonan yang tidak putus-putusnya kepada Allah, untuk meminta pertolongan.

Kelepasan dari kutuk dosa dan dosa, hidup baru yang diberikan di dalam Yesus, dan jaminan keselamatan di mana kita menjadi milik Yesus merupakan pondasi kita bersyukur, pondasi dari sukacita yang meluap dari dalam hati yang penuh oleh kuasa Roh Kudus, walau pun di masa paling kelam dalam hidup. Berdoalah untuk rahmat yang begitu besar ini, kita harus mengakui betapa lemah dan tidak berdayanya kita tanpa rahmat-Nya, Dia yang telah disalibkan itu.

"Injil Yesus Kristus adalah pondasi mutlak dari ucapan syukur Kekristenan kita"

Mazmur 9:4 (BIMK) Di hadapan-Mu, TUHAN musuhku berbalik dan lari; mereka jatuh tersandung dan mati. 

Tidak ada yang lebih menyenangkan, memberikan kekuatan baru, selain dari Injil yang mengabarkan oleh karena Rahmat yang besar melalui Yesus. Ketika kita bertobat, kita dibebaskan dari semua hukuman dosa dan diselamatkan dari dosa.

Ketika kita di dalam Yesus, kuasa dosa terus dihancurkan, hidup kita terus terarah pada Kristus dan untuk semakin serupa dengan Dia, bersyukurlah atas semua karya keselamatan yang Allah berikan melalui Yesus, melawati kelamnya hidup, bersama Dia, kita beroleh damai sejahtera  yang mendalam.

Bersyukur Menceritakan Tuhan adalah Tuhan

Karya salib, merupakan perbuatan yang Ajaib, yang dilanjutkan dengan, kebangkitan Kristus, Ia yang telah mengalahkan maut. Merupakan pengharapan kita, hanya Dialah jalan kebenaran dan hidup. Dan sebelum Yesus meninggalkan para murid, perintah-Nya adalah beritakan Injil, bawalah jiwa-jiwa itu untuk memiliki persekutuan dengan-Nya, muridkan mereka.

Kita mengasihi seperti Yesus mengasihi, oleh karena kita ada di rel untuk berjalan menuju keserupaan dengan Kristus dan itu terlihat jelas, bagaimana kita memiliki belaskasihan kepada sesama manusia. Sama seperti Kristus yang telah mengasihi kita dan membebaskan kita dari dosa dan kutuk dosa. Semua ini sebagai buah nyata dari pertobatan kita.

Ketika kita menikmati persekutuan dengan Yesus, menjadi dewasa di dalam Dia dan meninggalkan dosa-dosa kita, wujud dari rasa syukur kita dengan kesadaran bahwa hidup kita dalah milik Allah. Kita akan terus berjalan untuk menceritakan Injil kepada sesama kita di mana pun kita berada.

Menceritakan kemuliaan Allah, melalui perbuatan kita, melalui berbincangan secara pribadi ke pribadi. Dan membawa anak-anak kita, isteri kita, suami kita, keluarga kita, sahabat kita, tetangga dan sesama kita, untuk berbincang tentang keselamatan, perbuatan Ajaib yang telah Allah kerjakan melalui Yesus yang telah disalibkan.

Jika rasa cinta Anda kepada Yesus semakin mendalam, jika salib menjadi pusat dari setiap perenungan pribadi Anda, saat teduh Anda. Maka Anda akan sangat bergairah, bersukacita untuk memberitakan Yesus dan membawa orang-orang untuk semakin bertumbuh mengenal Yesus dan kuasa kebangkitan-Nya.

Baca Juga:

Pemberitaan Injil dan memuridkan, akan menjadi tujuan pelayanan kita, penyangkalan diri yaitu membuang segala cita-cita yang berpusat pada segala keinginan diri yang berdosa dan menjauh dari Kristus. Untuk melangkahkan kaki, berpusat pada Yesus dan dengan sukacita dan rasa syukur melakukan perintah-Nya yaitu menceritakan perbuatan-Nya yang Ajaib.

Kiranya Anda menyadari hal ini dengan sungguh, kiranya melalui tulisan ini Roh Kudus membukakan kebenaran Injil dan Anda sadar, bahwa tindakan rasa syukur yang sejati adalah melayani sesama, menjadikan Injil pusat dari pelayalaan. Dan memanfaatkan setiap sumber daya kita, sebagai sarana untuk kemajuan pemberitaan Injil untuk sampai ke ujung bumi. “Yang aku inginkan adalah menceritakan, perbuatan Allah yang Ajaib dan Dia saja yang dimuliakan. Melalui Kristus yang disalibkan dan bangkit, memberikan pengharapan bagiku, pagi ini, siang ini, malam dan sampai bertemu muka dengan-Nya.” Amin.

Posting Komentar untuk "Renungan Mazmur 9:2-3 Menceritakan Perbuatan Tuhan Wujud Dari Rasa Syukur"