Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Matius 12:33 Mengenal Diri Sendiri Dari Buah yang Dihasilkan

Renungan Matius 12:33 Mengenal Diri Sendiri Dari Buah yang Dihasilkan

Matius 12:33 (TB) Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.

Ini adalah kecaman bagi orang-orang Farisi yang menentang Yesus, ketika Yesus melakukan mujizat. Dan orang-orang Farisi, mengatakan bahwa Yesus menggunakan kuasa setan. Maka Yesus menunjukkan suatu perumpamaan. Jika pohon itu tidak baik maka tidak baik pula buah yang dihasilkan pohon tersebut. Anda dapat membaca keseluruhan cerita ini di Matius 12:22-37.

Mereka adalah pengajar-pengajar yang tidak melakukan apa yang mereka ajarkan, karena pada dasarnya orang-orang Firisi membenci Yesus yang penuh kasih dan mampu menolong orang-orang miskin.

Mereka orang-orang yang mempelajari kitab suci tetapi pada saat yang sama mereka pada dasarnya tidak mengerti kitab suci tertulis tentang siapa. Mereka menghasilkan buah kesembongan dan keangkuhan. 

Mereka hidup dalam segala kemunafikan dan tipu jahat. Dari buahnyalah Anda dan saya mengetahui orang-orang seperti ini, sebab buah yang mereka hasilkan bukanlah buah yang baik melainkan buah yang jahat.

Kecaman Yesus sangatlah keras bagi orang-orang Farisi, orang-orang agamawi yang hafal kitab suci dan mempelajarinya dengan penuh ketekunan. Saudaraku, apa yang Anda ketahui sekarang tentang kitab suci, setiap aturan hidup, moralitas yang ada di dalamnya bahwa Anda harus melakukan ini dan itu untuk berkenan kepada Allah. Tidaklah semua perbuatan yang terlihat baik itu, menjadikan Anda disukai oleh Yesus.

Saya membagikan renungan ini ke dalam 2 Poin. Yang pertama, tentang pengetahuan Alkitab yang menjadi batu sandungan. Ke dua menjadi pohon yang baik sesuai kehendak Allah.

Pengetahuan Alkitabiah yang menjadi batu sandungan

Seringkali pengetahuan Alkitabiah kita justru menjadi batu sandungan. Pengetahuan kita tentang Alkitab bukan berarti itu menjadikan kita tahu tentang Allah semua sifat-sifat-Nya. Semua itu hanyalah pengetahuan bagaimana kita dapat hidup menjadi terhormat dan bermoral di hadapan sesama kita, sehingga di masa sekarang seringkali kita mendengar definisi pertobat yang salah.

“Bertobat berarti menjadi lebih baik lagi dari hari ke hari. Ini tidak tepat, pertobatan sejati adalah menginginkan Yesus setiap saat, untuk semakin mengenal Dia melalui Firman dan terus belajar untuk semakin serupa dengan Dia setiap saat.”

Pertobatan yang dunia ajarkan kepada kita. Di mana pertobatan tidak lagi berpusat pada Tuhan, melainkan pada diri kita yang harus menjadi lebih baik sehingga dengan kebaikan itu ada asalan untuk kita dapat bermegah. Sama seperti orang-orang Farisi, kemegahan mereka adalah kebaikan mereka, mereka adalah orang-orang yang terpendang dan lebih baik jika dibandingkan dengan kalangan orang-orang yang tidak belajar firman secara formal pada masa itu.

Pengetahuan Alkitabiah yang salah, akan menjadikan Anda orang-orang yang terlihat rohani tetapi pada saat yang sama. Anda menjadi orang-orang yang memperlihatkan ilah buatan Anda, bukan Allah yang sejati. Sebagai seseorang yang bersekolah teologi, ketika memikirkan hal ini saya menjadi takut. 

Jangan-jangan saya adalah orang yang tidak pernah benar-benar menunjukkan siapa Allah yang sejati. Karena keangkuhan saya dengan segala pengetahuan teologis saya.

Marilah kita bersama-sama renungkan hal ini dengan baik, Yesus membenci kesombongan, Yesus membenci setiap keberhasilan yang di mana keberhasilan itu yang menjadi dasar kita bermegah. Baiklah kita bertobat dari semua kesombongan kita, segala pengalaman kita, yang oleh karena pengalaman itulah kita lebih baik dari yang manusia lainnya.

Kita yang merasa bahwa kita jauh lebih benar dan lebih rohani dari sesama kita, kita yang tidak pernah benar-benar mengenal Yesus. Kita yang enggan untuk memiliki persekutuan yang intim bersama Yesus dan tidak mengenal siapa Yesus apa itu salib dan Injil menjadi sangat asing bagi kita.

Saudara, ketika kita menjadi seseorang percaya, pada dasarnya kita adalah orang-orang berdosa yang diubahkan. Dan orang dunia terus melihat kepada kita, dunia mencari perbedaan dari kita adakah Allah dapat terlihat jelas melalui hidup kita. Maka ketika kita tidak bertobat, buah yang kita hasilkan merupakan kejahatan meskipun itu terlihat rohani oleh sesama kita. Tetapi Tuhan tidak dapat ditipu oleh kita.

Bersama-sama kita melihat pada diri kita, buah seperti apa yang kita hasilkan ketika pengetahuan Alkitab kita bertambah. Bagaimanakah kita dapat mengetahuinya? Mintalah rahmat Tuhan untuk dapat hidup sesuai dengan keinginan Tuhan. Kita semua tanpa terkecuali sangatlah gampang untuk menjadi orang-orang Farisi masa kini, orang-orang yang justru menjadi tembok untuk orang lain dapat mengenal Allah yang benar.

Hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan kita, akuilah bahwa kita orang berdosa dan tidak luput dari godaan untuk sombong. Marilah kita membenci setiap kecenderungan kita yang jahat, kecenderungan untuk mencuri kemuliaan Allah dengan menginginkan kemuliaan bagi diri sendiri. marilah kita bertobat dan memandang kepada Yesus dan hasilkanlah buah-buah anggur sesuai dengan rancangan Kristus atas hidup kita.

Menghasilan buah yang baik sesuai dengan kehendak Allah

Saya membawa Anda merenungkan kata-kata Yesus di Matius 11:24 bagian terakhir. “Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati.”  Ketika merenungkan kata ini, untuk dapat hidup menghasilkan buah yang baik, maka kita perlu akar yang baik dan benar. Ini berbicara tentang pendosi kehidupan kita, bukan tentang apa yang terlihat tetapi apa yang tidak terlihat di dalam diri kita.

Saya mengajak Anda pada poin ini kembali pada Injil, merenungkan Injil, di mana Injil adalah tentang Allah yang datang kepada manusia. Ini sangat penting untuk direnungkan, sehingga kita dibebaskan dari kecenderungan kita yang jahat, di mana kita sangat gampang menjadi orang-orang percaya yang seperti orang Farisi.

Ketika kita masuk ke Injil, ini tentang bagaimana Injil menerangi hati dan pikiran kita untuk menunjukkan kerusakkan yang ada di dalamnya. Bagaimana Injil menunjukkan semua kerusakan itu akibat dari dosa dan Injil itu sendirilah yang memperbaharui, memperbaiki sehingga dapat berbuah sesuai denga napa yang Allah kehendaki.

Dibutuhkan kerelaan untuk diperbaharui, dengan takut dan gentar bertobat ketika melihat kekudusan Tuhan. Dengan kesadarn betapa kita adalah ular beludak yang jahat, tetapi ada rahmat yang besar menyelamatkan kita dari perbudakan dosa, dari diri sendiri yang jahat, angkuh dan tidak menginginkan Tuhan.

Injil pada dasarnya mengubahkan hati kita, hati yang jahat dan cinta dosa diubahkan menjadi hati yang penuh kasih dan semakin mengasihi Kristus, Ini terjadi hanya oleh kasih karunia saja. Saudaraku, marilah kita datang kepada Yesus, untuk diubahkan, ketika kita sadar betapa binasanya kita tanpa Dia.

Yesus yang keras kepada kita, pada saat yang sama lemah lembut untuk mengubahkan. Dia yang telah disalibkan untuk menjadi pengganti kita, Dia yang pada akhirnya menerima semua kutuk dosa. Saya teramat yakin, semua kutuk dos aini juga termasuk dosa orang Farisi yang mau bertobat dan mengaku betapa semua kebaikannya tidak dapat membawa ia kepada Tuhan yang sejati. 

Kitalah orang-orang berdosa itu, Farisi-farisi yang seringkali angkuh, maka kita harus bertobat dari semua keangkuhan kita dan kembali kepada Yesus untuk melihat kerendahan hati dan hati yang diubahkan oleh Injil. Ketika kita diubahkan oleh Injil, pada saat inilah buah yang kita hasilkan menjadi baik.

Ketika kita hidup merenungkan Injil, maka pada saat inilah kuasa Injil mengubahkan. Dia yang datang dalam rupa manusia telah hidup secara sempurna untuk kita, sehingga kehidupan itu, menjadi kekuatan bagi kita untuk terus menjadi seperti Dia. Saya ingin kita bersama-sama bertumbuh untuk semakin serupa dengan Kristus dengan mata yang terus melihat pada salib. 

Kehidupan yang semakin melekat pada Kristus saja, merenungkan Dia dan belajar kepada Dia, sebab Dia lemah lembut dan dari Dia saja kita mendapatkan ketenangan. Segala aturan agamawi tidak membawa kita pada Kristus, itu menjauhkan kita dari Tuhan karena semua aturan itu sedang menjadikan kita tuhan atas diri sendiri. 

Baca Juga:

Tetapi Injil memberitakan kepada kita, Tuhan telah datang ke dalam dunia, disalibkan untuk menerima hukuman dosa kita dan bangkit untuk memberikan kita pengharapan bahwa kematian tidak lagi berkuasa atas kita  yang percaya kepada Kristus.

Sekarang, hati yang baru dengan kasih yang baru, yaitu kasih kepada Allah yang berkuasa. Membawa kita pada kehidupan yang baru untuk semakin hari semakin serupa dengan Yesus. Untuk menutup renungan ini, saya mengajak Anda untuk berdoa bersama-sama.

Doa

Tuhan bawalah aku pada diri-Mu saja setiap hari. Ampuni segala dosaku yang seringkali menjadi angkuh, menjadi seseorang yang enggan untuk percaya pada firman-Mu. 

Tuhan berikan rahmat-Mu untuk aku terus belajar mengenal-Mu dengan segala kerendahan hati. Sebab aku tahu, Engkau membenci aku yang sombong, tetapi mengasihi aku yang rendah hati. 

Mampukan aku untuk masuk ke dalam rancangan-Mu, untuk hidup menghasilkan buah hanya bagi-Mu dan melihat diriku ketika aku tidak berbuah.

Engkau saja yang mendidik aku untuk dapat menjadi serupa dengan Kristus Tuhanku yang telah disalibkan untuk menerima kemuliaan yang berlimpah dari Allah penguasa dunia. Segala kemuliaan hanya Tuhan. Di dalam nama Yesus. Amin.