Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Markus 14:22-25 Tubuh yang Dipecahkan Bagi Orang Berdosa

                                                Renungan Markus 14:22-25 Tubuh yang Dipecahkan Bagi Orang Berdosa

Ayat Alkitab Markus 14:22-25

Judul Renungan; Tubuh yang Dipecahkan Bagi Orang Berdosa

Markus 14:22-25 (TB) Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Ambillah, inilah tubuh-Ku." Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka, dan mereka semuanya minum dari cawan itu. Dan Ia berkata kepada mereka: "Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, dalam Kerajaan Allah."

Kita telah sampai di mana titik kehancuran jiwa Kristus akan terlaksana, kita telah sampai pada titik di mana Yesus mengalami ketakutan. Kita telah sampai pada bagian yang sangat menegangkan dari kitab Markus, kita dapat merenungkan bagian ini dengan masuk ke dalam suasana malam itu.

Bahkan di ayat selanjutnya ketika Yesus di taman Getsemani, ini bagian paling menakutkan ketika direnungkan. Saudaraku, ketika melihat pencipta dunia ini dengan segala kebesaran dan kemuliaan-Nya rela menjadi manusia bahkan sebentar lagi Ia menjadi lebih hina dari manusia berdosa bahkan sama dengan ulat.

Betapa akibat dosa pemberontakan kita adalah kematian yang serius, memisahkan kita dari Allah, membawa kita pada ketakutan demi ketakutan yang sama ketika Yesus akan disalibkan. Pada dasarnya semua manusia di muka bumi memiliki ketakutan yang sama. Takut pada kematian dan takut akan terpisah dari orang yang sangat mereka cintai. Saya dulu sangat takut kehilangan kedua orang tua saya.

Berita duka kesunyian yang melingkupi hati manusia hingga kematian

Coba anda baca setiap perikop yang memberitakan perjamuan malam pada waktu itu (Matius 26:26-29, Lukas 22:15-20). Renungkan itu dan masuklah ke ruangan atas di mana Yesus dan para murid pada waktu itu sedang melakukan perjamuan.

Ini berita pedih yang tidak pernah dipikirkan oleh para murid, yang mereka tahu bahwa Yesus akan mengalahkan bangsa Romawi, Ia akan tampil sebagai raja. Dan mereka akan menjadi orang-orang penting dalam pemerintahan.

Betapa ini mengejutkan bagi mereka, ada tubuh yang dipecahkan dan diserahkan kepada para murid, mereka mewakili kita untuk menerima tubuh yang kudus itu. Tetapi mereka pada waktu itu masih tidak mengerti, mereka masih ada dalam dokma orang Yahudi di mana Mesias adalah raja dunia, orang yang akan membebaskan mereka dari penjajahan. Mungkin Sama seperti Daud.

Yesus tetap melanjutkan apa yang diperintahkan Allah Bapa kepada-Nya. Ia memecahkan roti, yaitu tubuhnya yang pada akhirnya akan mengalirkan darah. Dengan memberikan anggur di dalam cawan sebagai lambang darah-Nya. Inilah darah yang menguduskan, darah yang diberikan untuk diminum agar dosa diampuni.

Matius 26:28 (TB) Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.

Lalu ketika anda memperhatikan setelah perikop ini, adanya perdebatan di antara para murid, karena Yesus menyatakan bahwa adanya orang yang akan menyerahkan Dia untuk dibunuh. Peryataan ini sangat mengejutkan bagi mereka. Lalu mereka berusaha meyakinkan Yesus, bahwa mereka akan tetap setia.

Kita dapat melihat Petrus sangat bersemangat akan hal itu, ia berkata bahwa ia akan tetap setia. Bahkan murid lainnya juga. Padahal kita tahu setelahnya apa yang mereka lakukan. Mereka semua lari, mereka semua ketakutan, hati mereka dilingkupi banyak pertanyaan, kesedihan dan tanpa harapan. Petrus menyangkal Yesus. Inilah gambaran sejati dari diri kita, orang-orang percaya yang lemah dan selalu membutuhkan kasih karunia.

Yang terjadi tidak seperti yang mereka harapkan. Yesus yang seharusnya duduk di tahta, kini tubuh-Nya dilambangkan sebagai roti yang dipecahkan. Dan darah-Nya di dalam cawan anggur, di mana anggur tersebut dicurahkan. Semua ini menunjukkan bahwa Yesus sebentar lagi akan mengalami penderitaan, tubuh yang hancur akan mencurahkan darah.

Berita kematian Yesus, adalah berita duka yang mendalam, kesunyian alam semesta yang teramat nyata. Bagaimana tidak, pencipta dunia ini akan menerima semua kematian yang seharusnya pendosalah yang menerima penderitaan kekal. 

Untuk dapat masuk ke dalam kesunyian ini kita dapat merenungkan bagaimana respon para murid pada waktu itu. Ketika tahu, bahwa Yesus yang mereka kasihi, harapkan, dan guru mereka akan segala meninggalkan mereka, oleh karena diserahkan untuk dihukum mati.

Bukankah kita, juga para murid yang ada di sana, kita adalah orang yang ada dalam ketakutan yang sama. Dengan harapan yang sama, kita berharap Yesus seperti yang kita inginkan. Kita ingin Yesus selalu ada untuk kita dalam kesusahan kita, kita ingin Yesus menyelesaikan masalah kita, kita ingin semua kemuliaan tanpa kematian dan penyangkalan diri.

Kita ingin menjadi sangat hebat, sama seperti Petrus, tetapi pada akhirnya semua kelemahan kita dibukakan. Kita adalah murid-murid lemah, menyedihkan, tidak berdaya, dengan harapan sendiri, dan penuh dengan pertanyaan. Kita ingin yang terbaik versi kita yang bodoh, kita ingin segala sesuatu terjadi berdasarkan hikmat kita bukan hikmat Kristus.

Semua kebodohan kitalah yang menghasilkan kesunyian yang amat dalam, menghasilkan kesedihan dan ketakutan. Kita tidak pernah benar-benar mengenal Yesus dan visi-Nya. Padahal Yesus berkali-kali menyampaikan bahwa penderitaan, kematian akan menimpa-Nya. Hanya ketika kita mengerti visi Kristus dan taat kepada Kristus, maka di sanalah sukacita sejati melingkupi hidup kita.

Kekristenan kita, harusnya sadar, bahwa penderitaan Yesus adalah penderitaan kita juga, salib Yesus adalah salib kita juga. Penyangkalan diri Yesus adalah kita yang bersama Dia menyangkal diri. Sebab Dialah teladan kita. 

Baca Juga: Renungan refleksi diri

Tetapi oleh karena kasih karunia, tubuh yang telah dihancurkan, darah yang tercurah untuk menguduskan kita, semua ini berkuasa memampukan kita menanggung setiap penderitaan yang dihasilkan ketika kita setia pada Yesus, ketika Injil menjadi pusat dari hati dan pikiran kita, yang menghasilkan perbuatan yang memberkati orang-orang sekitar kita.

Kesunyian dan kematian, baiklah itu menimpa kita juga, karena adanya kebangkitan setelah kematian Yesus. Demikianlah kita disalibkan bersama Yesus dan dibangkitkan bersama Dia. Untuk hidup bagi kemuliaan-Nya, sampai selama-lamanya.

Kemuliaan Kristus bagi kita, menemukan kehidupan yang membahagiakan

Kita adalah orang berdosa, tetapi karena kehidupan Yesus, kematian Yesus dan kebangkitan Yesus. kita diampuni, ketika kita bertobat. Kita jijik pada dosa, kita meminta ampun, sebab kita tahu bahwa dosa benar-benar kebinasaan yang bukan untuk itu kita diciptakan. 

Pengorbanan Yesus di kayu salib, merupakan pusat dari kehidupan baru. Hanya ketika kita benar-benar merenungkan salib, penderitaan Yesus, maka kemuliaan Allah melingkupi hati dan pikiran. Ini membawa kita pada kesenangan yang dari surga, kemuliaan Allah selalu saja menghadirkan sukacita bagi mereka yang telah menjadi milik-Nya.

Hanya ketika seseorang itu, menyerahkan dirinya kepada Kristus Tuhan, di mana Yesuslah yang menjadi pusat hidup, menjadi tempat di mana semua visi hidup didapatkan. Dan menjalankan hidup berdasarkan visi tersebut. Maka kita adalah milik Allah, hidup untuk kudus, taat kepada Allah dan menikmati kemuliaan-Nya yang memberikan kebahagiaan. Ini hanya bagian kecil dari sukacita itu, yang dapat saya tuliskan.

Yesus menjelaskan di bagian akhir perikop ayat 25, “sampai pada hari aku meminumnya, yaitu yang baru, dalam kerajaan Allah.” Kebersamaan dengan Kristus adalah tujuan kehidupan kita sekarang, Dialah fokus hidup ini, Dialah yang harus dicapai dalam persekutuan dan kesendirian kita, Dialah Roti hidup yang dihancurkan, Dialah anggur yang menyegarkan. Dialah air kehidupan, air yang memberikan kesegaran sejati yang melegakan. Yesuslah hidup itu, yang menyenangkan itu, memberikan sukacita.

Menurut Matius 26:29 “Mulai sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku.” Inilah kesenangan itu, inilah harapan kita, inilah kehidupan kekal. ketika kita benar-benar hidup bersama-sama dengan Yesus.

Baca Juga: Renungan Kolose 3:4

Yesus yang telah memberikan diri-Nya untuk dihancurkan, kepada-Nya ditimpakan semua dosa dan hukuman dosa kita. Dia yang kudus, menjadi dosa karena kekudusan-Nya diberikan kepada kita yang berdosa. Oleh darah yang Mahal itu, dosa diampuni, ketika kita percaya, kita bertobat dan meninggalkan dosa-dosa kita dan hidup bagi Kristus dan berjalan di jalan yang Ia tempuh. 

Bersama Yesus kita memikul kuk yang ringan itu, menjadikan kita sahabat-Nya, teman sekerja-Nya. Dan mengalami kemenangan atas dosa, meskipun seumur hidup, kita harus hidup dalam pertobatan setiap hari dan mengalahkan kecenderungan berdosa setiap hari. 

Roh Kudus bagian kita, memampukan kita untuk selamanya hidup berkenan kepada Allah yang mengasihi kita, dan terus mendidik kita agar kita semakin serupa dengan Kristus. Nikmatilah sukacita dalam Kristus. Amin.