Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Harian Mazmur 22:1


Judul; Yesus Ditinggalkan

Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Mazmur 22:1

Kita di sini melihat dalamnya kesedihan Sang Juru Selamat. Tidak ada tempat lain yang dengan sangat baik menunjukkan dukacita Kristus seperti di Kalvari, dan tidak ada momen lain di Kalvari yang begitu penuh dengan penderitaan seperti di saat seruan-Nya memecah udara—"Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Matius 27:46)

Dalam momen ini, kelemahan fisik bersatu dengan siksaan mental yang akut dari penghinaan dan aib yang harus Ia lewati; dan yang membuat dukacita-Nya sungguh pada titik puncaknya, Ia memikul penderitaan rohani yang tak terungkapkan, yaitu hasil dari perginya kehadiran Bapa-Nya. 

Inilah tengah malam yang gelap dari ketakutan-Nya; yaitu saat Ia turun ke jurang maut penderitaan. Tidak ada manusia yang dapat menyelami pengertian sepenuhnya dari kalimat tersebut. 

Beberapa dari kita terkadang berpikir kita bisa berseru, "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?" Ada musim-musim di mana terang dari senyuman Bapa kita terselimuti oleh awan dan kegelapan; tetapi mari kita mengingat bahwa Allah tidak pernah benar-benar meninggalkan kita. 

Hanya kelihatannya saja Ia meninggalkan kita, namun dalam kasus Kristus, Ia sungguh-sungguh ditinggalkan. 

Kita berduka saat kasih Bapa kita sedikit undur; tetapi ketika wajah Allah sungguh-sungguh berpaling dari Anak-Nya, siapakah yang dapat menghitung dalamnya penderitaan yang Yesus alami karenanya?

Dalam kasus kita, tangisan kita sering kali berdasarkan ketidakpercayaan: dalam kasus-Nya, seruan itu adalah ungkapan dari fakta yang mengerikan, sebab Allah sungguh-sungguh berpaling dari-Nya untuk beberapa saat. 

Oh engkau jiwa yang malang, yang tertekan, yang pernah tinggal dalam terang cahaya wajah Bapa, tetapi sekarang dalam kegelapan, ingatlah bahwa Ia tidak pernah sungguh-sungguh meninggalkan engkau. 

Allah ketika di dalam awan adalah juga Allah kita yang sama ketika Ia bersinar dalam segala kilau anugerah-Nya; tetapi jikalau pemikiran bahwa Ia meninggalkan kita saja sudah membuat kita menderita, dukacita macam apakah yang Sang Juru Selamat lalui ketika Ia berseru, "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?"

Yesus ditinggalkan agar kita tidak ditinggalkan

Kepercayaan bahwa semua dosa telah ditebus, semua itu tidak didasarkan pada kekuatan kita. Merupakan sumber kekuatan baru setiap hari hanya dari kasih karunia yang ada di dalam Yesus. Dalam perayaan yang terus dilakukan oleh hati, karena Allah telah menyelamatkan jiwa yang ada dalam kegelapan berdasarkan keberhasilan Yesus.

Terang Injil, kini menerangi kehidupan, membawa hidup yang fana ke dalam kekekalan bersama Yesus. Dalam dunia sekarang ini, kita bekerja untuk visi Kristus, Dia yang telah memberikan diri-Nya untuk masuk ke dalam kegelapan dosa, dibuang dan menjadi dosa, dihancurkan dan mati disalibkan.

Yesus hidup menjadi hambar yang menderita dan ditinggalkan ketika disalibkan, agar kita yang seharusnya ditinggalkan karena semua kutuk hukuman dosa kita. Diterima dan tidak ditinggalkan, Yesus telah disalibkan, dalam keadaan-Nya sebagai manusia namun telah dibangkitkan menurut Roh.

Dialah kebenaran kita, Dialah sumber hidup kita dan Dialah satu-satunya yang dapat diharapkan. Di dalam dunia fana, Yesus pengharapan yang tidak pernah meninggalkan kita, dalam kesesakan dunia, Yesus adalah penebus sekilas sahabat yang setia. 

Kesetiaan Kristus di dasarkan pada sifat-sifat-Nya, Ia yang telah disalibkan dan tinggalkan oleh Allah Bapa. Ini adalah wujud nyata dari kesetiaan Yesus, Dia yang hari  ini melalui Injil terus mengundang kita datang kepada-Nya, untuk menerima kesetiaan Kristus dan hidup bagi Dia saja sampai selama-lamanya. Amin.

____________________

RENUNGAN PAGI (diterjemahkan dari Morning and Evening: Daily Readings, Charles H. Spurgeon).

Isi renungan ini bebas untuk disalin dan disebarluaskan.

Renungan karya Charles H. Spurgeon ini, telah menjadi bahan saat teduh wajib oleh penulis selaku pembaca, hasil refleksi pribadi pelajaran-pelajaran rohani yang menguatkan dan memperkenalkan kepada Allah yang sejati telah penulis sediakan dibawah tulisan asli karya klasik. (Yesus ditinggalkan agar kita tidak ditinggalkan).

Posting Komentar untuk "Renungan Harian Mazmur 22:1"