Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Kristen Tentang Dosa; Kejatuhan Dalam Dosa dan Karya Keselamatan

Renungan Kristen Tentang Penciptaan Kejatuhan Dalam Dosa dan Karya Keselamatan

Selamat hari dimana, dan kapan saja Anda membaca dan merenungkan teks Alkitab (Kejadian 1-3) yang menjadi dasar penulisan saya saat ini, pada bagian dua penulisan definisi Elohim. Kali ini saya akan membawa Anda kembali ke dua pasal sebelum pasal 3 kitab Kejadian.

Kita mulai dari pasal 1 ayat 1, pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Pada pasal 1 ayat 31, semua sungguh amat baik ketika Allah melihat semua ciptaan-Nya. Dan pada ayat 26, marilah Kita menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Kita.

Data-data di atas, pada pasal satu, saya sedang menunjukan kepada Anda. Definisi Allah tentang dunia dan tentang kita, tentunya ini semua terjadi sebelum manusia jatuh dalam lembah pemberontakan. Allah mendefinisikan segala sesuatu yang Ia ciptakan. Hal inilah yang akan kita dalami, dan saya akan mengajak Anda memandang kepada definisi Allah.

Kita harus kembali ke definisi Elohim, namun semuanya ada pada diri Anda, berdoalah! Dan akui bahwa kita tidak memiliki kemampuan untuk kembali kepada definisi Allah. Karena kita berdosa, kita butuh dimampukan oleh Roh Kudus, kita harus mendengar Injil setiap saat, sehingga kita bertobat dan berserah pada pimpinan Roh Kudus. Baca Juga: Renungan Harian Saat Teduh

Anda mau memilih yang mana, ingin tetap mendefinisikan segala sesuatu berdasarkan kehendak Anda Atau Allah. Saya hanya bisa berseru dari artikel saya ini, bertobatlah. Jika Anda masih keras kepala mau mendefinisikan segala sesuatu berdasarkan cara pandang Anda yang benar-benar salah. 

Banyak hal yang harus Anda dan saya pelajari sebagai orang percaya, terutama dalam perjalanan menjadi musafir untuk terus mendefinisikan perjalanan kita berdasarkan tuntunan Allah. Cara terbaik untuk memandang definisi Allah tentang kita adalah Alkitab. Alkitab memberitahukan siapa kita, saya tegaskan kita adalah pemberontak-pemberontak yang merasa bahwa kitalah penguasa dunia ini. Kita merasa kitalah pencipta dan kitalah tuhan.

Padahal nyatanya kita sedang berjalan menuju kematian kekal. Dalam diri seseorang yang tanpa Kristus adalah tulang belulang, ia mati, ia selalu kering, ia kosong, bosan yang tanpa henti, selalu ingin terlihat lebih baik, lebih baik dan lebih baik. namun akhirnya ia menemukan dirinya gagal dan kacau. Inilah kita ketika kita belum mempercayakan diri kita kepada Yesus. Jika Anda sekarang belum mempercayai Yesus ini kehidupan Anda tulang belulang.

Pada bagian kali ini saya akan membagikan 4 poin penting, yang menjadi dasar kita adalah Kejadian 1-3 dan akhirnya kita akan tahu rasa malu yang Anda dan saya rasakan sekarang ini adalah konsekuensi dari dosa.

1. Allah mendefinisikan alam semesta

Mazmur 146 : 5-6 TB. Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapanya pada TUHAN, Allahnya: Dia yang menjadikan lagit dan bumi, laut da segala isinya; yang tetap setia untuk selama-lamanya.

Ayat di atas saya pararelkan dengan kejadian 1:26, ketika Ia mengatakan sungguh amat baik. Allah pencipta langit dan bumi, menyatakan kepada Anda dan saya bahwa kebaikan sejati hanya kita dapatkan ketika Allah saja yang mendefinisikan kehidupan kita.

Maka untuk mendapatkan kebaikan, keindahan, dan ketentraman jiwa bahkan berbahagia. Itu semua dari Allah Yakub. Ia bukan hanya sumber dari kedamaian sebab ia adalah definisi dari kedamaian yang jiwa Anda dan saya hari-hari ini terus cari, terus menerus kejar.

Pengejaran ini merupakan pengejaran tanpa henti, hingga diri benar-benar lelah. Namun mari kita memandang definisi Allah tentang alam semesta ini, semuanya baik. Ia pencipta langit dan bumi, dan ia bersuka atasnya, karena bumi sangatlah baik.

Setiap pemandangan, keindahan matahari terbenam yang menjadi incaran para pendaki gunung. Angin sepoi-sepoi yang berhempus di tengah teriknya matahari. Musim panas dan musim hujan. Buah tahunan mengeluarkan bunga dan berbuah. Semua ini sangatlah baik Allah definisikan.

Ada berjuta kebaikan dalam alam semesta ini, terutama alam yang menyediakan berbagai keperluan untuk kehidupan kita semua. Allah puas dengan segala keindahan alam semesta, oksigen yang memberikan kehidupan bagi mahluk hidup dan pepohonan menghasilkan udara yang sangat menyegarkan.

Tidak ada keluhan, tidak ada penderitaan, dan tidak ada polusi. Terpenting pada waktu Allah mendefinisikan ciptaan-Nya sungguh amat baik, pada waktu itu tidak ada semak duri. Pepohonan menghasilkan buah. Pepohonan memberikan kehidupan bagi manusia dan hewan. Inilah dunia yang Allah definisikan. Ciptaan yang sungguh amat baik, dengan segala keindahannya.

Allah tidak pernah menjadikan dan merencanakan sesuatu yang jahat dan hal  itu bukan suatu keindahan. Maka pada poin berikutnya kita akan belajar definisi Allah tentang diri kita, umat manusia.

2. Allah mendefinisikan manusia

“Baiklah Kita menjadikan manusia segambar dan rupa Kita,” tiga pribadi dalam kekekalan, Allah yang Esa bermufakat sebelum mereka menciptakan Adam, sebelum Allah membentuk manusia dan menjadikannya lalu menghembuskan napas ke dalam diri manusia. Mereka merencanakan bahwa manusia adalah gambar dan rupa mereka. 

Namun realitanya manusia sekarang saling menghina, saling menjatuhkan, manusia tidak menganggap manusia lainnya sebagai manusia. Gambar dan rupa Allah di injak-injak dijadikan binatang oleh manusia lainnya. Bagian ini akan di bahas pada poin ke tiga. 

Kita fokus pada kemuliaan manusia yang Allah taruh dalam diri setiap kita, karena kita adalah biji mata-Nya. Saya akan membawa kita memandang sesama kita dari cara pandang Allah yang pengasih. 

Dalam Mazmur 8: 5-7 TB. Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kau letakkan di bawah kakinya: Pamazmur memberikan pertanyaan kepada Allah, dan hal ini memberikan kepada kita pengertian betapa mulianya manusia, betapa indahnya manusia. 

Ketika Allah yang mendefinisikan manusia, maka semuanya terlihat indah. Pada poin pertama kita telah belajar bahwa alam semesta dunia yang indah, “Engkau membuat dia (manusia) berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan." Pemazmur menyatakan semua itu Allah serahkan kepada kita, agar kita berkuasa atas semua ciptaan lainnya.

Dari sini kita tahu seberapa berharganya kita sebagai manusia, kita adalah biji mata Allah, kita segambar dengan Allah, dan kita diberikan kuasa atas setiap ciptaan. Yesus merelakan diri-Nya untuk menebus kita, karena Ia sangat mengerti kebutuhan kita adalah karya keselamatan yang oleh Allah untuk kemuliaan Allah. Sebab Anda dan saya ada, diciptakan untuk menikmati setiap kemuliaan Allah pada saat yang sama Allah dipuji dan dimuliakan.

Kejadian 1: 26 TB. “Berfirmanlah Allah: baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Ketika saya merenungkan pernyataan Allah pada Kitab Kejadian, benar kata Allah bahwa semuanya “sungguh amat baik.”

Ingin rasanya kehidupan ini hanya didefinisikan oleh Allah, ingin rasanya kehidupan ini memandang keindahan sama seperti apa yang Allah pandang, dan Ia bersuka atas semua keindahan. Ingin rasanya bersyukur setiap saat dalam kebenaran Allah. Tetapi saya hanyalah setitik dosa yang tanpa Kristus bukan apa-apa, saya hanya tulang belulang yang telah bagkit bersama Yesus. Dan kini dimampukan untuk hidup, bergumul terus menerus kembali kepada definisi Elohim.

Pada poin berikutnya kita belajar, yang terjadi setelah Anda dan saya dan manusia lainnya mendefinisikan alam semesta dan dirinya dan diri orang lain. 

3. Rasa malu karena definisi manusia

  • Ciptaan lain berkuasa atas manusia, manusia mentuhankan ciptaan
  • Manusia menjadi malu
  • Manusia saling menyalahkan
  • Manusia menjadi tuhan atas dirinya sendiri
  • Manusia berjalan dalam rasa frustasi, kosong, bosan, dan tertekan
  • Manusia diperbudak oleh kebebasan
  • Manusia tidak ada kehidupan yang ada hanya  kematian kekal, ketika manusia melakukan segala sesuatu berdasakan kebijaksanaannya
  • Kembali kepada Definisi Allah 
  • Rencana Penebusan
  • Sang Injil

Kita masuk pada poin kita!

3. Rasa Malu Karena definisi manusia

    1. Manusia mentuhankan ciptaan

Sangat jelas perintah Allah, bahwa semua buah yang ada di taman itu boleh dimakan. Hanya buah pengetahuan yang baik dan jahat yang tidak boleh dimakan.

Datanglah ular, ia adalah ciptaan yang cerdik, Alkitab katakan.

Mari kita kembali kepada definisi Allah, “baiklah kita ciptakan manusia menurut gambar dan rupa kita, supaya mereka berkuasa atas” Anda lanjutkan sendiri. 

Allah mempunyai tujuan menciptakan Anda dan saya. Allah menciptakan agar kita berkuasa atas ciptaan lain. Agar kita menyembah Dia dan menikmati Dia dalam kekekalan.

Namun realitanya sekarang sangatlah berbeda, dimulai ketika Hawa lebih memilih percaya kepada ular dibandingkan Allah. 

Ditambah lagi Adam yang menerima langsung perintah tersebut dari Allah, ia ikut mempercayai ular, buah tersebut sangatlah menggoda. Sehingga membuat mereka bersama-sama memakannya. Bukankah segala kenikmatan sementara dosa yang membuat kita terpisah dari Allah dan merasa bersalah karena dosa-dosa itu sangatlah menggoda kita. 

Saudaraku seiman, kepercayaan Adam dan Hawa terhadap ular merupakan akar dari penyembahan berhala. Awal mula manusia mempercayakan dirinya kepada ciptaan lainnya, kepada ciptaan fana. Manusia diperbudak oleh manusia lainnya. 

Manusia menyembah pohon, manusia memberikan kehidupan mereka demi mendapatkan banyak uang.

Inilah diri kita ketika kita mendefinisikan segala hal berdasarkan pikiran kita yang berdosa. Adam dan Hawa mempercayai ular, secara tidak langsung mereka  sudah menyembah berhala. Mereka tidak percaya pada Allah.

Bukankah kita, Anda dan saya begitu sering meragukan Tuhan. Begitu sering kita mencintai benda fana, dan memuliakan benda itu. manusia adalah penyembah berhala. 

Anda dan saya diciptakan untuk menyembah dan memuliakan. Ketika manusia jatuh dalam dosa kebutuhan untuk menyembah ini haruslah terpenuhi. Maka manusia menciptakan sesuatu untuk ia sembah.

Tidak ada agama dalam dunia ini terutama agama suku yang tidak memiliki Allah untuk disembah. Bahkan ateis yang katanya tidak mempercayai Allah selalu melakukan penyembahan atas dirinya sendiri, atas pikiranya.

Ia menjadikan apa yang ada dalam dirinya sebagai tuhan, ia memuliakan dirinya, ia membanggakan dirinya. 

Kita adalah penyembah, kepada siapa kita menyembah? Hal itu yang akan lebih dalam lagi kita pelajari pada poin-poin berikutnya.

    2. Rasa malu akibat dosa manusia membela diri

Setelah Adam dan Hawa memakan buah tersebut, cara pandang mereka berubah. Mereka melihat diri mereka telanjang. Dan mereka mendefinisikan hal itu sebagai sesuatu yang memalukan. Mereka bersembunyi akibat malu. 

Ada hal penting dalam bagian ini yaitu ketika mereka menutup rasa malu dengan dedaunan. Inilah diri kita semua, hal yang terjadi pada saat itu atas Adam dan Hawa terjadi atas diri kita. 

Kita pun seringkali melakukan segala sesuatu untuk menutup rasa malu kita, kita bahkan mengandalkan hal fana seperti daun. Kita tidak mau mengakui kesalahan. Kita berusaha menutupi kelemahan dan dosa-dosa dalam diri kita dengan cara terlihat baik.

Anda dan saya hanyalah manusia lemah penuh dosa yang suka membela diri. Kita mendefinisikan segala hal baik menurut ukuran kita.

Ketika bertemu Allah manusia semakin menjadi mereka merasa tidak bersalah, bahkan jika Anda perhatikan dengan baik kalimat yang Adam ucapkan. Ia menyalahkan Allah, karena Allah memberikan Hawa sebagai pendampingnya.

Kita begitu sering menyalahkan keadaan, setiap hal yang terjadi dalam diri. Kita akan secara alami mencari hal lain untuk disalahkan, kita begitu ingin diri kita selalu yang terbaik dan yang terbenar. Sahabatku inilah kita dengan segala dosa-dosa kita.

    3. Manusia menjadi tuhan

Kita menjadi tuhan atas diri kita sendiri, hal ini sangat gampang merasuki diri kita, bahkan jika Anda memperhatikan kejatuhan hamba-hamba Tuhan di gereja. Mereka semakin mencintai diri mereka sendiri, hal itu tidak lain karena mereka sedang menjadikan diri mereka sebagai tuhan.

Pembelaan diri Adam dan Hawa atas dirinya adalah wujud dari menyatakan diri sebagai tuhan. Sangatlah benar kata ular, “engkau tidak akan mati melainkan akan menjadi sama seperti Allah menegtahui yang baik dan jahat.”

Kita telah menjadi tuhan atas diri kita sendiri, kita telah mendefinisikan segala hal, dan beranggapan dengan segala definisi tersebut kita sangatlah berharga dan layak menerima pujian bahkan disembah.

Ketika seseorang merasa tersinggung, ia merasa bahwa dirinya tidak dihargai karena anggapannya dirinya sangat berharga dan layak dihargai. Maka pada waktu itulah ia menjadi tuhan dengan definisinya sendiri

Pedahulu, raja-raja zaman dulu, mereka semua ingin menjadi tuhan. Manusia sangat suka yang namanya kebebasan. Tidak ada seorangpun yang tidak menyukai kebebasan. Karena kita telah menjadi sama seperti Allah, kita mampu membedakan yang baik dan jahat. Kita menjadi bijaksana berdasarkan standar kita.

    4. Manusia mengalami frustasi, kosong, bosan, dan tertekan

Saudaraku mari kita perhatikan, dalam Alkitab apa yang terjadi setelah manusia kehilangan hadirat Allah. Kain dan Habel, Kain membunuh Habel ini semua terjadi karena Kain tertekan persembahannya tidak berkanan di hadapan Allah. 

Kita bisa melihat sepanjang kitab Kejadian di mana jika bukan Allah yang memilih Abraham sang penyembah berhala, yang di mana Ia juga merasa frustasi akibat tidak memiliki keturunan.

Segala sesuatu tentang betapa jahat, dan mengerikannya dunia ini tertulis dalam Alkitab secara nyata. Inilah akibat dari dosa, ada banyak tuhan-tuhan palsu dalam dunia. Dimana para tuhan ini berusaha memerintah dunia dengan segala hikmatnya dengan dalih membawa damai. 

Tapi apakah damai itu terjadi dalam dunia? Tidak ada samasekali yang ada adalah perang, kelaparan, penyakit, pembuhuhan di mana-mana.

Anda dan saya ketika dalam keadaan paling baik dan tenang sekalipun akan merasakan bosan dan ketidaktenangan. Akan selalu ada hal-hal buruk yang hadir dan itu bukan dari luar diri kita melainkan dari dalam diri, inilah dosa, inilah akibat terpisah dari hadirat Sang Kudus.

    5. Kebebasan yang memperbudak

Seseorang yang bebas adalah budak dari kebebasan itu sendiri. Ia melakukan segala sesuatu semaunya, ia mengisap sebatang rokok, lalu ketika ia tidak merokok ia tidak tenang dan merasa harus merokok. Tanpa ia sadari, rokok telah menjadi tuan atas dirinya. Ia bekerja untuk apa? Yaitu rokok.

Begitu juga dengan hal-hal lain yang pada dasarnya kita anggap kebebasan. Seorang wanita yang suka berbelanja ke Mall. Lalu ia merasa tidak nyaman ketika ia tidak belanja dan harus bisa berbelanja. Tanpa ia sadari ia telah diperbudak oleh hal ini.

Saudaraku hati-hatilah dengan segala hal yang kita sukai dan kita muliakan dan itu bukan TUHAN, bisa jadi hal itu awal dari perbudakan atas dirimu. 

Saya suka menulis dan membaca, maka saya selalu berdoa dan berjaga jangan sampai hal ini memperbudak saya.

Jika Allah melarang saya menulis dan membaca dan mengirim saya ke tempat di mana saya tidak bisa melakukan hal ini seperti sekarang. Pertanyaannya apakah saya siap? 

Jika tidak saya telah diperbudak. Maka saya selalu berdoa untuk diberi kekuatan untuk melihat apa yang saya lakukan apakah hal itu sedang memperbudak saya atau mendidik saya. 

Saudaraku berjaga-jagalah, teruslah memandang hanya pada Yesus Sang penebus yang layak menerima sembah, sujud, dan syukur kita, bahkan kemuliaan hanya bagi Dia. Kalaupun kita menjadi budak-Nya. Kita dikatakan sahabat bukankah ikut Yesus adalah hal yang menyenangkan meskipun penderitaan menanti di depan.

    6. Kebijaksanaan yang membawa kematian kekal

Suatu kebohongan besar yang iblis katakan, bahwa manusia tidak mati ketika memakan buah pengetahuan baik dan jahat. Ia bahkan tidak mengatakan bahwa kebijaksanaan yang manusia dapatkan menjadi sama seperti Allah adalah kematian kekal.

Kematian kekal adalah keterpisahan dari Sang pencipta selamanya, saudaraku ketika saya merenungkan hal ini, saya membayangkan saya merasa lapar yang teramat sangat tetapi disana tidak ada makanan, pada saat yang sama saya tidak tidak mati. Inilah kematian kekal, bukankah rohani kita lapar akan Sang mulia dari sorga, karena kita diciptakan untuk menikmati Sang Mulia, dan ketika kita tidak menikmat-Nya itulah penderitaan.

    7. Rencana Penebusan

Ketika Allah menemukan Adam dan Hawa, sebelum mereka dibuang dari taman Eden, Allah mengambil binatang untuk membuatkan mereka pakaian dari kulit binatang tersebut. Tentunya itu adalah domba.

Inilah Allah kita yang tidak membiarkan kita, Ia bahkan menjanjikan bahwa anak dari perempuan akan meremukkan kepala ular, Injil pertama dikabarkan oleh Allah sendiri kepada bapak moyang kita yang berdosa.

Kabar ini adalah kabar harapan ditengah dunia yang kacau ini, Adam dan Hawa yang tidak mengerti bahwa daun yang mereka pakai untuk menutupi rasa malu mereka akan koyak. Tapi Allah sangat mengerti, saya sedang membayangkan betapa sedih-Nya hati Allah ketika melihat ciptaan-Nya melawan Dia yang mereka sendiri tidak mengerti bagaimana cara menutup rasa malu mereka hal ini begitu menyedihkan saudaraku. 

Sang pencipta mendapatkan perlawanan dari sang fana yang bahkan tidak mengerti bahwa daun yang sedang mereka pakai akan koyak. Betapa lemah dan fana kebijaksanaan Anda dan saya.

Allah penuh kasih, mengorbankan domba untuk menyelamatkan mereka dari dinginnya bumi, memberikan mereka rasa aman dari rasa malu akibat dosa dan rasa aman itu sempurna. Allah kita adalah Allah yang adil dan Allah yang pengasih.

Domba dan anak perempuan ini adalah Rencana penebusan yang akan memperdamaikan manusia dengan Allah. Jika kita lihat dalam PL, semuanya adalah persiapan dari cerita mulia pristiwa penyalipan dan kebangkitan Kristus dan darah para martir untuk menyiarkan Injil kepada seluruh dunia.

    8 Sang injil

Dia adalah Sang Injil yang Allah persiapkan sebagai korban yang sempurna. Allah sangat mengerti bahwa hati manusia sudah membatu mati. Maka kematian Yesus adalah kematian itu, dan kebangkitan Yesus adalah kebangkitan rohani Anda dan saya yang telah mati.

Sang Injil menyatakan diri-Nya dan menyatakan Anda dan saya adalah orang berdosa yang tidak ada harapan dalam dunia fana. Kehidupan-Nya mengubahkan beberapa orang yang kini mengubah dunia, membawa kemuliaan Allah sampai kepada kita sekarang.

Ia adalah Domba yang sempurna, darah yang tercurah untuk menyucikan Anda dan saya. Ia adalah anak dari perempuan yang meremukkan kepada ular, Ia yang menjadikan sengat dosa tidak berkuasa atas kita.

Ia yang tidak berdosa samasekali, Ia yang melakukan kebenaran Allah. Secara sempurna dalam hidup-Nya menyenangkan hati Allah. Tapi Ia dipandang hina, segala jenis hukuman dosa, dosa-dosa yang adalah Anda dan saya. 

Yesus seoalah-olah telah melakukan semua dosa, natur dosa kita ditimpakan kepada Yesus. Sehingga Ia yang tidak berdosa menjadi dosa karena kita. 

Ia merakan kelaparan yang sangat terhadap hadirat Allah, pada saat yang sama Ia tidak dapat mati, Ia merasakan cawan murka Allah yang adalah neraka. Keterpisahan dari Allah akibat dosa adalah neraka itu entah Anda masih di dunia atau sudah meninggal dunia.

Kembali Kepada Definisi Allah 

Yesus datang untuk menunjukan kepada Anda dan saya definisi kebenaran yang sejati yang tidak lain adalah diri-Nya sendiri. Ia Allah yang mau menjadi manusia sangatlah terbalik dari pada kita yang selalu ingin menjadi TUHAN.

Saudaraku dari tulisan saya ini, tidak ada hal lain yang ingin saya sampaikan selain Injil. Injil yang akan selalu menyadarkan kepada kita untuk bertobat. Kembali kepada definisi Allah, janganlah diri sendiri lagi yang mendefinisikan diri kita apalagi orang lain.

Biarlah Alkitab, Sang Injil, Sang Firman yang mendefinisikan Anda dan saya. Ketika Injil mendefinisikan diri kita, kita akan disadarkan bahwa kita adalah orang yang benar-benar layak dimurkai. 

Pada saat yang sama kita melihat Sang Definisi Allah yang telah menyerahkan diri-Nya untuk menunjukan kemuliaan Allah. Pada saat yang sama itu samua wujud dari kasih Sang Mulia dari sorga.

Saudaraku marilah kita buka Alkitab kita dan membacanya, renungkanlah pengorbanan Yesus, Yesus yang sangat sering kita dukakan. Tapi ia berbelas kasih dan mau mendidik kita, maka betobatlah!

Pandanglah pada Yesus, Diamlah dalam Yesus. Serahkanlah dirimu, hidupmu, semua yang kamu rasa berharga, dan sadarlah bahwa Yesus jauh lebih berharga dari itu semua.

Kita yang tidak berharga, kita yang kotor dan keji, kita yang adalah manusia penuh luka dan lara akibat definisi diri kita sendiri. Telah Allah jadikan anak-Nya, Ia menyembuhkan kita dan inilah definisi Allah agar kita bersekutu menikmati Dia, meninggikan Dia, dan mengabarkan Dia. 

Semua itu untuk kemuliaan Dia. Doa kita, hidup kita, napas kita, gerak kita, dan semua penyembahan kita, biarlah semua itu untuk kemuliaan Allah.

Ya TUHAN hamba bersyukur dapat menyelesaikan artikel berseri ini. Yang adalah menjadi pusat dari semua artikel yang ada dalam blog ini. Dimana kerinduan hati hamba-Mu ini yang Engkau taruh dalam hati hamba. 

Setiap pembaca, dibukakan oleh Roh-Mu yang Kudus bahwa setiap hari mereka harus menyerahkan diri hidup mereka kepada Ketuhanan Yesus, kembali kepada definisi-Mu terhadap diri mereka, dan semakin mencintai Alkitab mengabarkan Injil-Mu kepada diri sendiri dan orang lain. AMIN

Posting Komentar untuk "Renungan Kristen Tentang Dosa; Kejatuhan Dalam Dosa dan Karya Keselamatan"