Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Pengkhotbah 2:15-16 Lihatlah dan Perhatikan Kerusakan itu?

 Renungan Pagi Kristen Pengkhotbah 2:15-16 Lihatlah dan Perhatikan Kerusakkan Itu?

Ayat Alkitab Pengkhotbah 2:15-16

Judul Renungan; Lihatlah dan Perhatikan Kerusakan itu?

Pengkhotbah 2:15-16 (TB) Maka aku berkata dalam hati: "Nasib yang menimpa orang bodoh juga akan menimpa aku. Untuk apa aku ini dulu begitu berhikmat?" Lalu aku berkata dalam hati, bahwa inipun sia-sia. Karena tidak ada kenang-kenangan yang kekal baik dari orang yang berhikmat, maupun dari orang yang bodoh, sebab pada hari-hari yang akan datang kesemuanya sudah lama dilupakan. Dan, ah, orang yang berhikmat mati juga seperti orang yang bodoh!

Apakah mengejutkan Anda bahwa di dunia kita yang rusak, perilaku baik tidak selalu membawa hasil ang baik dan menguntungkan? Apakah Anda mendapati diri menyalahkan Allah karena hal ini? Atau apakah Anda sedang belajar menjadi berhikmat di dunia yang rusak ini? ~ Timothy Keller; The Way of Wisdom (Jalan Kebijaksanaan)

Hanya ketika hati dan pikiran Anda disentuh kebijaksanaan Kristus, keindahan Kristus dan kebesaran serta kemuliaan-Nya. Anda akan melihat betapa indahnya hidup di dunia yang telah rusak oleh dosa. Apa yang Pengkhotbah sampaikan merupakan realita dari dunia yang sia-sia. 

Di mana kita hidup saat ini merupakan dunia telah telah rusak. Marilah kita merenungkannya, bukankah kita semakin tua dan lemah. Hidup yang terus berubah dari tahun ke tahun, tidak jarang membuat orang frustasi. Baik itu orang yang berhikmat, pasti akan melihat Kesia-siaan hidup. Dalam hikmat fana selama di dunia, kita akan sadar bahwa nasip kita dengan orang yang bodoh dari kita akan sama.

Jika Anda hari ini merasa bodoh, tidak masalah hikmat masih dapat dipelajari di masa modern ini. Tetapi siapakah yang dapat menemukan jalan hidup yang tidak memasuki Lorong hitam. Atau siapakah yang dapat menemukan kehidupan yang tidak berada dilingkaran sia-sia hidup.

Jika orang bodoh dapat tertidur dengan lelap dipinggir jalan, itu terlihat sia-sia. bukankah hikmat dan Anda mendapatkan uang banyak namun tidak dapat tidur. Itu pun sia-sia. dapatkah Anda melihatnya, hidup yang tidak ada yang dapat dimuliakan.

Marilah pandang setiap hikmat, pandanglah orang-orang yang melakukan hal besar. Mungkin setiap karya mereka hari ini dapat dinikmati. Tetapi di manakah mereka, bukankah mereka dengan gampang dilupakan. Dunia terus berjalan menuju hari tuanya, yang berlalu akan sesegera mungkin dilupakan bahkan lenyap oleh lahapnya waktu memakan setiap kenangan.

Ya dunia ini telah menunjukkan keberadaannya yang telah dikutuk. Orang bekerja keras, tetapi mendapatkan hasil yang sedikit. Seseorang bekerja sedikit dengan hasil yang banyak. Sehingga muncullah istilah karja cerdas. Wahai kecerdasan, apa yang dapat kau berikan kepada hidup, bukankah semuanya sia-sia. akan datang waktunya melapetaka, akan datang waktunya kesenangan. Tetapi semua itu sangatlah sementara.

Orang yang paling baik, tidak tentu mendapatkan yang terbaik. Orang yang jahat, seringkali mendapatkan yang terbaik. Dipandang banyak orang yang ada di dalam dunia sia-sia sekarang. Demikianlah Salomo menunjukkan kepada kita realitas hidup, ia bahkan menunjukkan Kesia-siaan hikmat. Lalu adakah yang tidak sia-sia.

Kembali mengutip tulisan Timothy Keller dalam The Way Of Wisdom, “Ketika membaca kitab Amsal, kita terlalu berlebihan jika mendapatkan pengertian bahwa orang baik menghakimi hal baik dan hal buruk akan dialami orang jahat, mengapa berlebihan, karena kitab Pengkhotbah dengan penulis hikmat yang sama menunjukkan kepada kita kerusakkan yang ada di tatanan dunia. Kitab Ayub dengan penuh hikmat menyatakan bahwa ia yang saleh ditimpa malapetaka yang sangat mengerikan.”

Timothy Keller melanjutkan, “Mungkin di dalam Amsal 10:7 mengatakan bahwa orang saleh diingat dan orang fasik dilupakan. Tetapi pada saat yang sama Anda dan saya dapat kembali ke Pengkhotbah 2:15-16. Diperlihatkan bahwa orang baik dan berhikmat tidak lebih terhormat dari orang bodoh.”

Dari apa yang dituliskan oleh Timothy Keller, seharusnya sekarang kita dapat mengerti bahwa kitab Amsal, Pengkhotbah dan kiat Ayub tidak boleh dibaca secara terpisah. Untuk memperoleh hikmat yang dari Allah yang berkuasa, Dia yang menciptakan kita. Saudaraku, hikmat-Nya akan selalu bertentangan dengan hikmat yang ada di kepala kita.

“Untuk apa kita memuliakan hikmat, kebijaksanaan dan penghormatan, lalu berjuang mendapatkannya. Jika kita bernasip sama seperti orang bodoh.  Hai anak-anak Tuhan, lihatlah dunia yang sudah rusak dan hendaklah pujianmu terhadap hikmatnya dihentikan. Hendaklah engkau sadar bahwa harga diri dihormati karena kebijaksanaan merupakan kesia-siaan.”

Marilah kita meningigikan Tuhan dan memperoleh Pribadi-Nya saja. Memuji dan memuliakan Dia, sebab kita diciptakan untuk Dia dan Dialah kepuasan kita. Percayalah pada Injil, maka Anda akan melihat Tuhan yang sejati.

Hikmat Allah di dalam Injil

Kemegahan dunia dan hikmatnya, telah menghina salib, di mana salib Kristus merupakan pusat dari Kekristenan kita. Di sanalah kita menyadari bahwa kita orang berdosa, kita layak binasa, kita telah dikasihi dengan kasih yang kekal. salib adalah berita Injil, di mana darah Yesus dicurahkan, tubuh-Nya menjadi remuk, daging-Nya yang sobek. Darah yang mengalir deras, merupakan inti dari kuasa Injil.

Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan, ini merupakan seruan untuk bertobat dan mengakui bahwa hikmat manusia yang ada pada kita saat ini sia-sia. hanya Yesus saja yang tidak sia-sia, hanya ketika kita menjadi milik-Nya dan memiliki Dia maka hidup benar-benar tidak sia-sia.

Dia yang telah menjadi bodoh bagi dunia, Dia yang telah menjadi pendosa besar. Untuk menyelamatkan pendosa seperti kita yang layak binasa. Kita terlalu tolol jika terus bermegah dalam hikmat fana yang ada pada diri sendiri. Sekarang marilah kita bertobat dan mengenakan Kristus dan baiklah kita bermegah karena Dia saja.

1 Korintus 1:30-31 (TB) Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. Karena itu seperti ada tertulis: ”Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.”

Yeremia 9:24 (TB) tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Ku sukai, demikianlah firman TUHAN.”

Kristus adalah hikmat Allah, Dialah yang telah menjadi pusat kehidupan sebab di dalam Dia, secara utuh kita dihidupkan kembali. Ketika percaya kepada Dia, baiklah kita sadar, bahwa hikmat kita adalah sia-sia tetapi Injil adalah kemegahan kita di mana kita dapat tenang dalam keindahan kasih Kristus.

Menutup renungan kali ini, saya juga mengutip renungan yang ditulis oleh Winson T. Smith, di App Giboen Church Surabaya, 11/03/2022;

“Allah ingin kita menemukan perhentian kita dari segala kesibukan dunia di dalam Dia, bukan dalam usaha kita sendiri (dengan hikmat kita yang rapuh) yang seringkali kita banggakan. Dia tidak mengizinkan kita untuk menutupi diri terhadap Dia, sebab Dia setia dan penuh kasih menjauhkan kita dari percaya kepada diri sendiri (hikmat kita) agar kita menemukan perhentian untuk beristirahat hanya dalam karya-Nya yang sudah selesai.”

Segala pujian bagi Tuhan, Tuhan terimakasih telah mengilhamkan Alkitab bagi kami sehingga melalui kitab Pengkhotbah kami dapat mengerti. Bahwa dunia yang kami tempati sekarang sudah rusak dan hanya di dalam-Mu saja kami dapat menemukan kehidupan baru yang aman. Tuhan tolong kami agar kami tidak bermegah atas diri kami. melainkan hanya bermegah karena Yesus yang sudah memberikan diri-Nya bagi kami. Tolong kami hanya menginginkan Dia saja, meskipun dunia menganggap itu bodoh. Dalam nama Yesus. Amin.