Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Tentang Kesabaran dan Penguasaan Diri

Renungan Tentang Kesabaran dan Penguasaan Diri

Roma 12:12 (TB) Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!

Saya berdoa, kiranya renungan ini, membawa anda pada titik kebenaran yang sejati yang menjadi alasan kehidupan anda hari ini. Mengapa anda harus bersabar dan memiliki penguasaan diri? Ini tidak berpusat pada diri anda, ini berpusat pada Injil Yesus Kristus, jadi akan sangat sedikit seruan untuk bersabar, karena memang renungan ini bukanlah seruan untuk bersabar dan menguasai diri. 

Tetapi memberikan kepada anda cara pandang yang indah tentang kesabaran dan penguasaan diri yang berpusat pada TUHAN yang telah menciptakan kita dan menebus kita melalui Yesus Kristus yang telah disalibkan dan bangkit. Jadi marilah kita melihat hanya pada Tuhan dalam hari-hari yang melelahkan dan menuntut kecepatan sehingga seringkali kita kehilangan kesabaran.

1. Diciptakan Untuk TUHAN

Menyadari siapa dan untuk apa kita di dunia, menemukan identitas diri yang sejati di dalam Tuhan dan melihat Kebenaran yang mutlak sehingga hal tersebut menjadi alasan kehidupan. Ini tentang anda dan saya, kita sebagai manusia, seluruh keberadaan manusia, kita ada untuk Tuhan, kita diciptakan untuk satu tujuan indah dan memuaskan yaitu TUHAN, Dia menjadikan kita untuk diri-Nya.

Jelas di dalam Kejadian, bahwa manusia diciptakan sebagai gambar Allah yang berkuasa atas dunia, menjadi raja di dunia, kita diberikan kemuliaan yang memungkinkan kita menikmati Allah dalam segala hal. 

Saudaraku, kesadaran bahwa anda dan saya hidup untuk TUHAN, membawa kita pada pengertian yang indah dan mendalam untuk dapat terus bersabar. Ini adalah pondasi mutlak untuk hidup dalam kesabaran, yaitu TUHAN. Lalu bagaimana pengertian ini dapat, membawa kita pada kebenaran untuk tetap bersabar dalam konteks apa pun dalam hidup yang singkat hari ini.

Kita dapat bersabar, karena Tuhan sangatlah nyata, ketika merenungkan bahwa hidup untuk Tuhan, kita melakukan segala sesuatu bukan lagi didasarkan ambisi dunia. Hati dan pikiran kita diarahkan pada Tuhan dan rancangan-Nya.

Kesadaran bahwa kehidupan kita untuk Tuhan, diciptakan untuk-Nya. Membawa kita pada pengharapan bahwa semuanya baik-baik saja. Kita hidup untuk meninggalkan dosa, menyadari keberdosaan diri dan sukacita mengalir dengan deras ketika dosa kita tinggalkan, ketika kekudusan menjadi kesukaan. Sebab pada dasarnya kita hidup untuk kemuliaan kekudusan yang Allah berikan kepada kita.

Untuk semakin mengerti tentang kehidupan kita yang adalah untuk TUHAN, kita harus melihat satu fakta mutlak yang menjadi bagian hidup. Ada yang salah dalam hidup, ada pencarian yang menjadikan kita orang-orang yang tidak sabar dan tidak menguasai diri. 

2. Perbudakan

Kita masuk pada pembahasan yang sangat mutlak terjadi atas kehidupan kita sebagai manusia. Bahwa kita telah diperbudak, kita bisa saja merasa bahwa kita hidup dalam kebebasan tetapi pada saat yang sama yang sebenarnya itu adalah perbudakan. Ketidaksabaran selalu menghasilkan kekacauan dalam hidup. 

Saya menemukan, beberapa orang tidak bersabar untuk menikah, mereka menemukan pasangan yang membawa mereka pada kehancuran hidup. Saya menemukan beberapa orang tidak mau mengendalikan diri dari berbagai nafsu, pada akhirnya hidupnya hancur. Beberapa orang ingin mendapatkan uang dengan cepat, pada akhirnya mereka ditipu oleh iming-iming investasi dengan keuntungan seribu persen.

Kita ada di dunia, di mana segala sesuatu yang lambat, tidak terjadi dengan cepat dianggap suatu kesalahan. Penguasaan diri dianggap kebodohan. Semua ini berakar dari satu kata, yaitu dosa, kita semua telah berdosa dan mati dalam dosa, karena pada dasarnya dosa adalah perbudakan, mayat hidup yang diperbudak, tanpa kuasa dan menyedihkan. 

Kuasa dunia ini memberikan kit acara berpikir yang benar-benar menyenangkan tetap pada faktanya semua itu merusak. Di mana ada kuasa yang bekerja untuk mengacaukan manusia sehingga manusia semakin memberontak terhadap Allah dan tidak pernah menginginkan Tuhan.

Orang-orang Kristen bertahun-tahun datang ke gereja, namun pada saat yang sama faktanya mereka tidak pernah menginginkan TUHAN, mereka hanya menginginkan apa yang dapat TUHAN berikan. Perbudakan dosa, membawa kita melihat apa yang fana sangat indah dan itu kita jadikan tuhan atas hidup kita. Sehingga kita datang ke gereja untuk mendapatkan tuhan hasil keinginan dan ciptaan manusia.

Perbudakan dosa, menunjukkan suatu jenis kehidupan yang cepat, tanpa kesabaran dan penguasaan diri adalah kebodohan. Beberapa orang teman, di masa SMA mereka berpacaran dengan tujuan berhubungan suami isteri dengan pacar mereka. 

Beberapa orang menginginkan kehidupan yang lebih menyenangkan secara psikologis melalui gila kerja, membiasakan diri dengan minuman keras, dan perbuatan merusak diri lainnya. Dan pada akhirnya semua itu memunculkan kekacauan hidup. Penyesalan yang mendalam dan hidup yang tidak sampai pada kemuliaan yang sejati di dalam TUHAN.

Perbudakan dosa, menjadikan kita manusia-manusia tidak sabar, tidak bergumul dan tidak memikirkan ulang segala sesuatu yang harus diputuskan. Dan semakin menjauhkan kita dari tujuan kita sebagai manusia. Kita semakin jauh dari kekudusan, kita tidak tahu dan tidak mau taat kepada Tuhan dan tidak pernah menikmati kemuliaan-Nya. 

Sebab bagi kita yang ada di dalam dosa, kemuliaan dunia dan segala tawaran di dalamnya adalah kenikmatan meskipun pada akhirnya itu merusak kita, mengunyah kita dan memuntahkan kita menjadi korban yang menyedihkan dan tidak berharga. Dosa merusak kita dengan sangat baik, ia ada untuk merusak kita, menjadikan kita milik kebinasaan dan bukan milik.

Akar dari kehidupan yang tidak sabar dan tidak adanya penguasaan diri adalah dosa. Kabar buruknya, lebih buruk lagi, upah dosa adalah maut. Kematian kekal, keterpisahan dari tujuan hidup kita yaitu Allah, kemuliaan-Nya. Kita menderita bukan karena kita tidak bisa menikmati dunia, kita benar-benar menderita ketika kita tidak kudus, tidak suci, tidak saleh dan tidak melihat Tuhan. 

3. Dimerdekakan

Menjadi orang sabar yang benar, mengendalikan diri sehingga tidak hidup dalam kesalahan karena tergesa-gesa. Merupakan kasih karunia dari Tuhan, kita telah belajar bahwa kita pada dasarnya adalah budak dosa. Tetapi puji Tuhan, melalui Yesus Kristus, kita adalah orang-orang yang dimerdekakan untuk hidup dalam kemuliaan Allah.

Yesus disalibkan untuk menerima semua dosa, sehingga seolah-olah Yesuslah yang berdosa, Yesuslah yang tidak sabar. Yesuslah yang tidak dapat menguasai diri. Ini adalah pertukaran yang radikal karena kasih yang begitu besar kepada gambar Allah yang telah rusak secara moral, rusak karena kehilangan kemuliaan Allah, rusak karena telah memberontak terhadap Allah.

Yesus bukan hanya menerima dosa, di atas kayu salib Yesus menerima hukuman dosa, yang seharusnya kita terima. Ini mengerikan, Ia terpisah dari Allah Bapa, di atas salib untuk pertama kali, Yesus memanggil Allah Bapa, dengan sebutan Allah-Ku Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku? Saudaraku ini menunjukkan kepada kita keseriusan dosa, sehingga Anak Allah yang kudus dan suci harus benar-benar menderita. 

Roma 12:12, memberikan kita perintah untuk bersabar, kesabaran selalu saja beriringan dengan penguasaan diri. Ini terjadi hanya ketika Injil Yesus Kristus benar-benar memerdekakan kita. Paulus menulis Roma 12:12, bukan tiba-tiba, jika anda mempelajari kitab Roma, Paulus menjelaskan bagaimana Kristus menebus manusia dari dosa, Paulus menjelaskan bagaimana kasih karunia mempengaruhi kehidupan dan kasih yang besar itu mengubahkan pola pikir kita sehingga kita benar-benar diubahkan.

Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan (Roma 1:16), oleh karena kuasa inilah, saya teramat yakin. Ketika anda merenungkan salib, hidup berpusat pada Kristus yang disalibkan dan berdoa agar anda dihancurkan bersama Yesus dengan kebencian yang nyata akan dosa. Maka anda, diubahkan untuk semakin bersabar, karena melihat bagaimana Kristus bersabar.

Perenungan yang terus-menerus akan salib, menjadikan kita semakin serupa dengan Kristus, melalui Alkitab kita mengenal Allah, sehingga kita menyerahkan hidup untuk menjadi milik Allah. sebab kita ini ciptaan Allah untuk melakukan pekerjaan baik, kita dimerdekakan dari dosa untuk menjadi hamba Allah, kembali pada tujuan utama hidup yaitu TUHAN. 

Kesabaran sejati, penguasaan diri sejati dapat terjadi ketika kita berakar dalam Injil Firman Kristus, kita berjuang untuk hidup saleh dengan cara ibadah pribadi yang mencakup membaca Alkitab, menghafalkan ayat Alkitab dan berdoa berdasarkan Alkitab. 

Di dalam komunitas kita, kita dipanggil untuk menjadi seseorang yang membagikan Kristus dengan penuh kesabaran. Inilah kebenaran sejati, hidup sejati yang berpusat pada Yesus yang membuahkan kesabaran, penguasaan diri dan sukacita abadi berdasarkan kebenaran. 

Posting Komentar untuk "Renungan Tentang Kesabaran dan Penguasaan Diri"