Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Markus 12:30-31 Kasih Mengasihi

Markus 12:30-31 (TB) Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.”

Ketika kita dikhotbahkan ayat ini, kita akan dianjurkan untuk mengasihi Allah, dengan akal budi. Ayat tersebut jelas, memerintahkan kita untuk mengasihi Allah. Bahkan ini adalah hukum yang paling utama, di dalam sejarah bangsa Israel. Utama berarti yang paling utama,  bahkan rangkuman dari semua hukum Israel.

Selanjutnya, hukum yang sama dengan itu, adalah mengasihi sesama manusia, seperti diri sendiri. dengan kata lain, jika Anda memiliki teman, maka kasih-lah teman Anda seperti kasih kepada diri sendiri, kasihilah orang tua Anda seperti diri sendiri, kasihilah kekasih Anda seperti diri sendiri dan kasihilah bos Anda, guru Anda, dosen Anda, tetangga Anda dan semua orang yang ada disekitar Anda seperti diri sendiri. 

Kedua hukum yang merangkum semua hukum moralitas bangsa Israel, di mana kasih sebagai pusat dari hukum Israel. Memberikan kepada kita pengertian tentang kasih. Kasih adalah benang kesatuan yang indah, benang relasi yang harmoni, kasih adalah keindahan yang dapat dinikmati dan benar-benar dapat memberikan kesenangan bagi siapa saja yang melakukan kasih dan menerima kasih.

Untuk itu, agar kita dapat mengerti apa itu kasih dan bagaimana kasih dapat benar-benar ada di dalam hati dan pikiran kita, baik itu bagi diri sendiri dan orang lain terlebih jiwa kita bersukacita di dalam kasih karena kita dapat mengasihi Allah, saya membagikan 3 poin yang membawa kita lebih dalam untuk merenungkan kasih sebagai benang harmoni yang indah dan menakjubkan.

Itulah mengapa, kita harus mengasihi, harus hidup saling mengasihi dan kasih adalah bagian dari karakter yang ada di dalam buah Roh. Ciri utama dari seseorang yang telah lahir baru, diselamatkan dan menjadi milik Kristus, hatinya dipenuhi kasih kepada Allah dan sesama.

1. Maksud dari mengasihi Allah dengan akal budi dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri

Mengasihi Allah dengan segenap pikiran kita, yaitu mengasihi Dia dengan cara pandang bahwa Allah saja yang paling penting dalam hidup kita. Mengasihi Dia karena Dia adalah Allah yang telah menciptakan kita, artinya Dia adalah pemilik hidup kita. Jelas bahwa di dalam 10 hukum, hukum yang paling utama adalah jangan ada Allah lain, jangan ada, baik itu di atas mau pun di bahwa bumi di dalam air.

Mengasihi Allah dengan segenap pikiran adalah kasih yang memberikan kehidupan kita kepada Allah secara menyeluruh. Ini adalah tentang kehidupan yang memang untuk Allah saja, kehidupan yang bagi Allah saja apa pun pekerjaan kita, dan apa pun yang kita inginkan pada akhirnya kasih kepada Allah, membawa kita menginginkan kehadiran-Nya bagi kehidupan kita. Karena pada dasarnya kita diciptakan untuk dimiliki oleh Dia, untuk kita dapat dimiliki oleh Allah maka kita mencintai Allah.

Kasih kepada Allah dengan pikiran, di mana pikiran kita kagum kepada-Nya, kita dapat mengenal Dia melalui Alkitab kita, kita memuji Dia karena keindahan-Nya dan betapa berkuasanya Tuhan. Sehingga kita mampu semakin hari. Semakin mengasihi Dia saja. Kita berkeluarga karena kasih kepada Allah, kita kuliah karena kita mengasihi Allah, kita bekerja karena kita mengasihi Allah dan kita melayani dalam konteks apa pun karena kita mengasihi Allah.

Jadi sekarang kita dapat mengerti, bahwa kasih kepada Allah dengan akal budi adalah kasih yang di mana kita memberikan keseluruhan hidup kita kepada Dia dan bagi kemuliaan-Nya saja. Inilah yang utama harus kita lakukan berdasarkan hukum kasih, hukum yang utama ini.

Selanjutnya kita diajak untuk merenungkan, bagaimana kasih kita kepada orang-orang yang ada di sekitar kita. Haruslah kasih kita, seperti kita mengasihi diri sendiri. Bagaimana Anda dapat mengasihi teman kuliah Anda yang paling jahat menurut Anda. Bagaimana Anda dapat mengasihi orang tua Anda, yang secara fakta mereka memang tidak pernah bertanggungjawab atas kehidupan Anda atas kecukupan Anda dan kasih sayang yang Anda butuhkan dari mereka tidak pernah Anda rasakan. Kita diajak untuk mengasihi orang lain seperti diri sendiri. Kita diajak untuk mengasihi seorang gila yang baru saja kita lihat ketika kita berjalan di trotoar pagi ini.

Lalu kita diajak untuk mengasihi guru, dosen dan orang-orang yang mereka telah melecehkan baik itu mental kita mungkin dan fisik kita. Kita diajak untuk mengasihi orang-orang yang mematikan indentitas diri kita, kita diajak untuk mengasihi pacar, bahkan ketika ia menjadi suami dan istri kita, dengan segala kejahatan yang ia lakukan terhadap kita, kita diajak untuk mengasihi orang-orang tersebut seperti diri sendiri

Saudaraku. Kasih tertinggi kepada Allah, bukanlah kasih yang berdasarkan perasaan dan semua berkat yang kita anggap itu adalah pemberian Allah. Kasih tertinggi kepada Allah, ketika logika kita benar-benar melihat kemuliaan dan keindahan Allah, kita merasakan bahwa Dia adalah Seseorang manusia yang baik hati dan berkuasa, dan pikiran kita menikmati cara berpikir yang demikian.

Kasih tertinggi kepada sesama manusia, ketika kita mengasihi mereka, seperti kasih kita kepada diri kita sendiri. Dan kasih kita kepada diri sendiri, haruslah kasih yang ada di dalam kebenaran kasih karunia yang melimpah-limpah, sehingga tidak menumbilkan akar pahit (Ibrani 12:15). Kasih yang kita curahkan kepada sesama kita pada akhirnya adalah kasih Allah yang terus-menerus kita dapat nikmati.

Ibrani 12:15 (TB) Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.

Yang menjadi pertanyaan saya, untuk kita masuk ke poin yang ke dua. Apakah Anda mengasihi diri Anda sendiri? Bagaimana Anda dapat mengasihi Allah dengan akal budi Anda, Dia yang secara fakta tidak terlihat?

2. Kasih kepada diri sendiri di dalam dosa dan kasih kepada diri sendiri di dalam Kristus

Markus 12:30-31 (TB) Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.”

Kita jauh lebih bobrok dari yang dapat kita pikirkan, kita jauh lebih buruk dari yang dapat kita pikirkan. Kita adalah manusia-manusia terkutuk yang ada di bawah murka Allah yang kekal, Allah yang membenci dosa. memang Allah itu baik, tetapi apa yang akan Dia lakukan di dalam kebaikan-Nya terhadap manusia-manusia yang sangat buruk seperti Anda dan saya.

Kita adalah orang-orang berdosa, kita mengasihi diri kita sendiri, kita kira itulah kasih, kita mencari kebebasan dan kesenangan berdasarkan keinginan kita dan pada akhirnya kita adalah budak-budak dosa yang terkutuk, dosa yang mati dalam dosa kita dan benar-benar layak binasa.

Cinta kita kepada diri sendiri di dalam dosa, adalah cinta palsu yang menarik kita ke dalam lubang hitam kematian, rasa kosong, kehilangan damai sejahtera. Kita semua saat ini bergumul melawan keinginan daging, yang mengikat, memperbudak dan membawa kita hidup tidak murni di hadapan Allah. Adakah Anda melihat, bahwa masalah terbesar diri kita adalah dosa, diri kita sendiri yang adalah pendosa besar. Anda yang membaca tulisan ini, pendosa, layaklah Anda mati. 

Sebelum kita menyadari bahwa kita pendosa, bahwa saya telah mati dan benar-benar layak mati. Karena segala pemberontakan saya, maka saya tidak akan dapat mengasihi sesama saya dengan benar, saya tidak sedang mengasihi diri saya sendiri dengan kebenaran.

Semua jenis kehidupan untuk mengasihi Allah dan sesama, yang dijelaskan di poin satu, tidak akan pernah terjadi. Sebab pada dasarnya kita tidak akan dapat mengasihi Allah sebelum kita mengasihi diri sendiri dalam kebenaran Injil. Kita tidak akan dapat mengasihi sesama manusia seperti kasih kepada diri sendiri, sebab kita adalah budak dosa yang mati.

Inilah fakta yang Alkitab dengan jujur sampaikan. Andalah orang fasik, Andalah orang terkutuk, Andalah yang telah mati di dalam dosa, Andalah pemberontak itu yang layak menerima murka Allah, kebencian Allah, dan Andalah dosa itu sendiri. Sayalah manusia binasa terkutuk, sayalah seseorang yang hidup celaka dalam segala dosa saya. Adakah Anda menyadari fakta ini?

Setiap fakta akan keberdosaan kita, membawa kita pada Injil sebab inilah Injil, kabar baik yang diawali dengan kabar yang sangat buruk. Injil adalah pusat dari apa yang Alkitab ingin sampaikan. Tentang Kristus yang disalibkan, Yesus yang menjadi kutuk, Yesus yang menerima murka Allah, Yesus yang menjadi dosa, sehingga seolah-olah Yesuslah pendosa yang sangat-sangat layak untuk binasa.

Yesus adalah ulat yang dikutuk, Dia menjadi sangat rendah, bahkan kematian di atas salib, adalah bukti dari bagaimana dosa bukanlah perkara yang main-main. Ini adalah masalah utama kita, Anda pendosa, binasa, saya pendosa dan layak binasa. Mazmur 22:7 (TB) Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak.

Ini masalah yang tidak akan bisa kita selesaikan. Karena dosalah kita tidak mengasihi Allah, karena keberdosaanlah kita mengasihi diri sendiri dalam kesalahan dan mengasihi orang lain untuk keuntungan diri sendiri, di dalam segala kesalahan kita.

Beberapa orang berpacaran dengan tujuan, untuk menikmati seks, menikmati perhatian dan memuaskan perasaan yang diperbudak oleh dosa. Beberapa orang bekerja untuk mendapatkan identitas diri dan melayani untuk menerima kemuliaan. Semua kejahatan ini, berakar dari hati dan pikiran yang berdosa.

Namun, Kristus yang adalah Tuhan sejati dan manusia sejati, telah menerima murka Allah, semua kutuk, semua dosa dan semua hukuman dosa. Ditimpakan kepada Dia, Yesus menjadi dosa agar kita yang berdosa, mati dalam dosa, ketika percaya kepada-Nya, menerima kehidupan kekal, menjadi milik-Nya dan dapat menikmati kasih karunia-Nya.

Hanya ketika Injil, Yesus yang disalibkan untuk menyelamatkan kita dari dosa, dari cara berpikir kita, dari perasaan kita, dari diri kita sendiri. menjadi pusat hidup kita, ketika Injil kita renungkan, kita pikirkan dan kita melihat keindahan Yesus yang disalibkan itu. Maka kita dapat mengasihi Yesus dan mengasihi sesama manusia seperti kasih Yesus kepada kita, karena kita telah dipuaskan oleh kasih Yesus, Yesus yang telah disalibkan dan bangkit.

ROMA 8 (FAYH) Hidup di dalam Roh

1 Dengan demikian, sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang menjadi milik Kristus. 

2 Roh yang memberi hidup itu, yang menjadi milik saya oleh karena Yesus Kristus, telah membebaskan saya dari hukum dosa dan maut yang sangat mengerikan. 

3 Kita tidak diselamatkan dari cengkeraman dosa hanya dengan mengenal hukum-hukum Allah, karena kita tidak dapat menaatinya; tetapi Allah melaksanakan rencana lain bagi keselamatan kita. Ia mengutus Anak-Nya sendiri dengan tubuh jasmani seperti kita dan dalam tubuh manusia itu menghancurkan kuasa dosa atas kita dengan jalan menyerahkan diri-Nya sebagai kurban bagi dosa kita. 

4Jadi, sekarang kita dapat menaati hukum-hukum Allah, asal kita mengikuti Roh Kudus serta tidak lagi hidup menurut tabiat lama yang jahat dalam diri kita.

5 Orang yang membiarkan diri dikuasai oleh tabiat yang rendah, hanya hidup untuk menyenangkan diri sendiri; tetapi orang yang mengikuti Roh Kudus melakukan hal-hal yang menyukakan hati Allah. 

6 Mengikuti Roh Kudus mendatangkan hidup dan kedamaian, tetapi mengikuti tabiat lama mendatangkan kematian. 

7 Sebab tabiat lama yang penuh dosa dalam diri kita itu bertentangan dengan Allah. Tabiat itu tidak pernah dan tidak akan taat kepada hukum-hukum Allah. 

8 Oleh karena itu, orang yang masih di bawah kekuasaan tabiat lama yang penuh dosa dan cenderung untuk mengikuti keinginan lama yang jahat, tidak mungkin dapat menyukakan hati Allah. 

Inilah esensi dari kehidupan baru, di dalam Kristus. Inilah Injil yang seharusnya terus kita renungkan setiap hari. 

3. Mengenal diri sendiri di dalam Kristus dan Mengenal sesama manusia bagi kemuliaan Kristus

Kita dipuaskan oleh kasih karunia-Nya, kita diajak untuk mengerti siapa diri kita, kita mengenal di bahwa kita orang berdosa. Dan meskipun berdosa, kita telah bertobat dan buah dari pertobatan adalah membenci dosa. 

Kita tahu, meskipun kita berdosa dan layak binasa, kita dikasihi secara utuh oleh kasih Kristus, di dalam kasih karunia Yesus Kristuslah, kita memiliki takaran yang pas untuk mengasihi diri sendiri, sehingga kita dapat mengasihi Allah, karena Yesus yang disalibkan.

Selanjutnya, kita dapat mengasihi, sesama kita manusia seperti diri sendiri. ketika kita mengenal diri kita sendiri yang sangat berdosa, kita tahu bahwa sesama kita manusia juga orang-orang berdosa sama seperti kita. atas dasar kasih Yesus kepada kita yang bobrok inilah kita dapat mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri, kita mengasihi karena kita dipanggil untuk memancarkan cahaya Injil, di dalam kasih.

Sehingga sekarang, tujuan dari mengasihi bukanlah diri kita sendiri. melainkan Kristus yang kita perkenalkan melalui kasih kita kepada sesama. Kita mengasihi, karena kesenangan kita adalah Allah dimuliakan ketika kita mengasihi sesama kita. 

Orang-orang akan melihat, pada diri kita ada Yesus atau tidak, hanya ketika kasih kita kepada orang-orang yang paling berdosa. Dapat benr-benar kita tunjukkan, kita berikan dan kita curahkan. Jadi sekarang, sama seperti apa yang Paulus katakan di dalam 1 Korintus 9:27 (TB) Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya, supaya sesusah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak. Amin Soli Deo Gloria.

Posting Komentar untuk "Markus 12:30-31 Kasih Mengasihi"