Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pemuridan Itu Berpusat Pada Kristus Pelipatgandaan

 

Pemuridan Itu Berpusat Pada Kristus Melipatgandaan

Ditulis Oleh: Septo Sirangatun

Pemuridan Itu Berpusat Pada Kristus 

Pemuridan tidak seharusnya dilakukan untuk membentuk sang murid untuk menjadi benar-benar menyerupai Gurunya, apalagi dipergunakan untuk kepentingan Sang Guru. (1 Kor. 4:11) memang menyatakan demikian: jadi, aku meminta kepadamu untuk menuruti teladanku. 

Oleh karena itu Bill Hull mengajak pembacanya untuk menelaah masalah keteladanan ini dari (1 Kor. 11:1) dalam versi MD (mudah dibaca) yang dituliskan demikian: ikutilah teladanku, sama seperti aku meneladani Kristus. 

Lebih jelas lagi melalui terjemahan veresi FAYH (Firman Allah Yang Hidup), tertulis demikian: saudara hendaknya mengikuti teladan Kristus. Jadi sebenarnya apa yang dinyatakan oleh Paulus dalam hal keteladanan ini, adalah bahwa Rasul Paulus ingin menunjukan bahwa meneladani Kristus harus menjadi tujuan utama dalam pemuridan. 

Ketika Rasul Paulus menulis kepada jemaat di Korintus untuk “menuruti teladanku”, Rasul Paulus menjadikan dirinya sebagai contoh hidup untuk jemaat teladani. 

Namun demikian menyadari bahwa Rasul Paulus tidak mungkin sempurna, maka Rasul Paulus menambahkan “seperti akupun menurut teladan Kristus”. Jadi meneladani guru boleh dilakukan selama guru tersebut telah meneladani Kristus dalam hidupnya. 

Tapi karena tidak seorangpun mampu meneladani Kristus secara sempurna, maka masalah keteladanan ini akan mejadi pergumulan bersama antara guru dan murid untuk saling menopang dan menguatkan, agar semakin hari semakin seperti Kristus, hingga tiba saatnya orang percaya disempurnakan. 

Pemuridan menjadikan Yesus sebagai pusat atau fokus utamanya. Yesus adalah pemurid pertama (original disciple maker). Tujuan para murid adalah memahami, mengikuti dan menjadi saksi bagi-Nya.

Lebih lanjut Harrington dan Patrick menjelaskan bahwa tidak setiap orang (Kristus kultural) adalah murid Yesus. Roh Kudus selalu memimpin orang percaya agar mengikuti dan tidak berjalan mengikuti keinginan daging. Yesus selalu berbicara dalam hati orang percaya melalui Roh Kudus-Nya untuk memuridkan orang percaya, sehingga akhirnya hidup orang percaya menjadi serupa dengan Roh Kudus. 

Melalui Roh Kudus juga, Yesus mengajar orang percaya bagaimana menjalani sekolah kehidupan secara terperinci. Roh Kudus akan membuat orang percaya sadar akan respon-respon otomatis manusia lama orang percaya, sekaligus menolong jemaat untuk mematikan respon-respon otomatis tersebut (Rm. 8:13-14). 

Saat orang percaya membaca Alkitab, Roh Kudus menolong orang percaya untuk melihat bahwa orang percaya telah diciptakan serupa dan segambar dengan Yesus (2 Kor. 3:18). Bukan hanya itu, Roh Kudus juga menuntun orang percaya agar orang percaya menjadi saksi-Nya demi menggenapi Amanat Agung (Kis. 1:8; Mat. 28:19-20). 

Akhirnya, Allah Roh Kudus membuat orang percaya bertumbuh menjadi dewasa dan mencapai kepenuhan Kristus serta melakukan apa yang menjadi perintah dan kehendak Bapa. (SS)

Pemuridan Itu Bermultiplikasi/Pelipatgandaan

Proses pemuridan yang benar dan otentik akan mengulang dirinya sendiri, di mana para murid pada saatnya akan menjadi guru untuk mereproduksi proses pemuridan itu sendiri. Dengan terjadinya reproduksi proses pemuridan dari waktu ke waktu, generasi demi generasi, maka secara otomatis akan muncul pengharapan untuk mencapai pertumbuhan kuantitas orang percaya yang luar biasa melalui multiplikasi. 

Namun demikian perlu diingat bahwa berjalan baiknya proses pemuridan ini, sehingga dapat menghasilkan multiplikasi, bukan hanya bergantung dari sang guru saja, melainkan juga melibatkan sang murid itu sendiri. Sang guru tidak dapat dimintai pertanggung-jawaban sepenuhnya atas kegagalan suatu proses pemuridan apabila sang murid tidak bekerjasama dengan baik. 

Demikian pula sebaliknya sang murid tidak dapat dipersalahkan sepenuhnya bilamana sang guru tidak cukup mampu memberikan bimbingan yang benar. Kedua belah pihak harus bekerja sama dan bersinergi untuk mencapai hasil yang maksimal. Namun demikian masih ada satu pihak lagi yang harus dipertimbangkan, yaitu Allah sendiri yang menjadi penentu berhasil atau gagalnya sebuah proses pemuridan. 

Hull menjelaskannya sebagai berikut: Dengan kata lain, hanya Allah yang menciptakan panggilan untuk menjadi dan menjadikan murid, dan pemuridan dapat terwujud hanya melalui peristiwa-peristiwa dan kondisi yang memberi makna bagi kehidupan seseorang. 

Jadi walaupun pemuridan telah dilaksanakan dengan baik oleh guru maupun muridnya, namun tetap ada faktor lain yang harus diperhatikan, yakni kedaulatan Allah yang menjadi penentu. 

Namun demikian bukan berarti perhitungan pertumbuhan jemaat melalui multiplikasi itu harus dilupakan. Multiplikasi hendaknya tidak menjadi tolok ukur keberhasilan pemuridan, melainkan sebagai pendorong semangat untuk menjangkau keluar, agar semakin banyak orang yang diselamatkan dan diperlengkapi bagi kemuliaan Tuhan. Berbicara tentang sasaran dalam upaya mencapai multiplikasi, ada 3 sasaran dalam pelaksanaan pemuridan yang dapat dijangkau. 

Yang pertama adalah menjangkau orang-orang yang terhilang. Pemuridan kepada orang-orang yang belum percaya ini disebut sebagai evangelism dari bahasa aslinya εὐαγγέλιον, yang artinya adalah berita gembira tentang keselamatan. Tujuannya jelas untuk menolong mereka mengenal Kristus yang mengasihi mereka dan mendorong mereka untuk menjadi murid yang sebenarnya. 

Inilah prioritas tertinggi bagi gereja-gereja lokal untuk menjangkau orang yang terhilang dengan menyampaikan kabar baik itu. Sasaran selanjutnya adalah menjangkau orang-orang Kristen kultural, yaitu mereka yang memiliki orientasi keKristenan, tetapi yang tidak hidup dalam pimpinan Kristus. 

Orang-orang yang demikian akan beresiko menjadi orang yang terhilang. Memang keselamatan adalah anugrah berdasarkan iman. Tetapi iman yang benar menunjukkan kesetiaan dalam kehidupan. Orang-orang Kristen kultural ini tidak menunjukkan kesetiaan iman. Oleh karenanya keselamatan layak untuk diragukan.

Bila orang percaya tidak bertumbuh dan senantiasa menjadi bayi-bayi rohani, patut dipertanyakan apakah benar-benar telah mendapatkan kelahiran baru mereka, atau justru kelahiran baru yang semulah yang terjadi. Orang-orang yang demikian juga perlu dimuridkan untuk meneguhkan diri sebagai orang-orang yang telah diselamatkan.Yang terakhir adalah orang percaya yang benar telah mengalami kelahiran baru. 

Pemuridan juga harus diberikan kepada orang-orang yang demikian. Tidak dapat diasumsikan bahwa mereka akan secara otomatis bertumbuh sendiri dengan baik hanya melalui aktivitas-aktivitas gereja secara umum setelah mereka diselamatkan. 

Yesus dan para rasul-Nya menunjukkan bahwa murid dihasilkan oleh murid yang telah memuridkan untuk memperlengkapi orang-orang percaya melalui pemuridan, agar dapat menjadi dewasa (rohani) untuk siap bermultiplikasi. 

Jadi pemuridan dapat dilakukan kepada semua orang untuk memimpin setiap orang kepada kesempurnaan didalam Kristus, tepat seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus dalam (Kol. 1:28) sebagai berikut: “Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.” 

Rangkaian proses multiplikasi melalui pemuridan yang berkesinambungan ini diharapkan dapat terpelihara, sehingga setiap orang percaya dapat melakukan perannya didalam mematuhi dan menjalankan amanat agung Tuhan Yesus.

 Karena kasih-Nya yang begitu besar akan dunia ini, maka Tuhan ingin menjangkau seluruh umat manusia, setiap orang dari segala bangsa dan Tuhan memberikan kesempatan bagi umat-Nya untuk ikut serta dalam rencana-Nya menjangkau dunia ini. Untuk menjalankan rencana-Nya ini, konsep yang benar perlu dipahami, proses yang benar perlu dijalankan, dan kesemuanya ini dapat diejawantahkan melalui pemuridan. 

Dan pemuridan yang Alkitabiah, adalah pemuridan yang memiliki elemen-elemen seperti telah dijelaskan sebelumnya. Bill Hull dalam buku Choose The life menulis lima jenis transformasi yang harus terjadi dalam pemuridan. 

  • Pertama, Transformasi pikiran: percaya apa yang Yesus percayai, artinya meyakini bahwa hidup yang digambarkan-Nya dalam Khotbah di Bukit bisa dijalani saat ini juga (Mat. 5-7). 
  • Kedua, Transformasi karakter: bersedia diubahkan menjadi serupa dengan gambar-Nya, yaitu memancarkan karakter Yesus dan mempengaruhi orang-orang di sekitar dengan cara yang sama sebagaimana Yesus mempengaruhi orang-orang di sekitar-Nya (Fil. 2:5-8). 
  • Ketiga, Transformasi hubungan: mengasihi orang lain seperti Yesus mengasihi; ”supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” (Yoh. 15:12). 
  • Keempat, Transformasi pelayanan: melayani dengan kerendahan hati dan penaklukan diri; ”Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mat. 20:28). 
  • Kelima, Transformasi kepemimpinan: meniru model kepemimpinan Yesus, artinya mengambil peran sebagai pelayan yang mengorbankan segalanya dan menerima dengan rela untuk tidak dianggap penting oleh sekitarnya. (SS)