Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Para Rasul 9:1-19 Melihat dan Mendengar Firman-Nya

                                         

Melihat dan Mendengar Firman-Nya 

Oleh Billy Steven Kaitjily

Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 9:1-19 

Pendahuluan

Pembaca budiman, selamat datang di Blog Komunitas Teolog Muda Penggerak Literasi. Melalui Blog ini, Anda akan mendapat banyak hal baru yang menginspirasi dan memberkati hidup Anda. Pada tulisan kali ini, saya ingin membahas tentang perjumpaan Saulus (Paulus) dengan Tuhan Yesus yang mengubahkan hidupnya seratus delapan puluh derajat (180°) sebagaimana yang tercatat di dalam Kisah Para Rasul 9:1-19a. Barangkali, ada di antara Anda yang sudah pernah membaca perikop ini atau mendengar khotbah dari perikop ini, sehingga kisah tersebut tidak asing lagi di telinga Anda. Meskipun begitu, firman Tuhan yang sama, yang kita baca di waktu yang berbeda, memiliki pesan yang berbeda pula. Oleh sebab itu, saya mengundang Anda untuk tetap membaca tulisan ini sampai selesai, sebab pasti ada hal-hal baru yang Anda akan dapatkan. Selamat berselancar bersama saya.

Apa yang Saulus Lihat?

Perikop yang kita baca mengisahkan tentang perjalanan Saulus dan rekan-rekannya menuju Damsyik dengan sebuah misi, yakni menangkap dan membunuh orang-orang Kristen (9:13, 21). Akan tetapi, ketika mereka sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi Saulus. Sebagai dampaknya, Saulus terjatuh ke tanah tak berdaya. Cahaya yang memancar ini tidak lain berasal dari Tuhan Yesus sendiri. Anda masih ingat peristiwa ketika Tuhan Yesus berdoa dengan murid-murid-Nya? Matius 27:2 mencatat, “Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang”. Dikatakan bahwa wajah-Nya bercahaya seperti matahari. Namun cahaya-Nya itu tidak membuat para murid menjadi terluka atau kesakitan. Mereka sebagai manusia biasa dan lemah hanya tersungkur dan ketakutan karena berhadapan dengan Sang Kudus.

Yang menarik untuk diselidiki adalah dampak dari cahaya itu, di mana cahaya tersebut hanya mencelakakan Saulus, tetapi tidak rombongannya. Mengapa demikian? Jika kita menyelidiki makna kata “cahaya” (Yunani: phos, artinya sinar yang secara khusus memberikan sorotan pada benda atau seseorang yang dituju), maka kita bisa menyimpulkan bahwa memang cahaya itu hanya terfokus kepada Saulus saja. Tuhan Yesus sengaja membuatnya buta oleh cahaya itu, agar ia menyadari betapa dirinya bukan apa-apa. Saulus bukan orang yang kuat. Saulus datang dengan maksud menangkap orang-orang Kristen, tetapi justru ia sendiri yang tertangkap. Lebih jauh, Tuhan Yesus sengaja memakai momen tersebut untuk tujuan rekonsiliasi baik antara Saulus dengan diri-Nya yang dihina (vertikal) maupun Saulus dengan Ananias sebagai perwakilan orang Kristen yang teraniaya (horizontal). Kita lihat di sini bahwa Allah dapat memakai setiap peristiwa atau momen dalam perjalanan hidup seseorang untuk menyatakan kehendak atau rencana-Nya.

Coba sekarang Anda renungkan sejenak peristiwa apa yang pernah Anda alami dan membuat Anda berubah 180°. Paulus adalah seorang penjahat, tetapi karena peristiwa luar biasa yang dialaminya dekat kota Damsyik, akhirnya membuatnya menjadi seorang Kristen yang radikal, seorang yang mempunyai cinta kasih kepada Allah dan bangsanya. Kita tahu sama tahu bahwa sejak penglihatan itu, Paulus hingga akhir hayatnya melayani Tuhan Yesus dan bangsanya.

Saya yakin bahwa orang yang bertobat sungguh-sungguh pasti akan mengasihi Allah dan melayani sesamanya dengan kesungguhan hati pula. Sebaliknya, orang yang pertobatannya tidak sungguh-sungguh mudah bimbang dan meninggalkan Tuhannya. Maka koreksilah diri Anda, apakah Anda sudah menunjukkan pertobatan yang sejati atau tidak.

Apa yang Saulus Dengar?

Dalam keadaan yang membingungkan dan belum mengerti apa yang terjadi, Tuhan Yesus mengatakan kepada Saulus, “Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kau perbuat” (ay. 6). Menariknya, suara tersebut didengar oleh rombongan Saulus, “Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang juga pun” (ay. 7). Hal ini memberi kita pengertian bahwa Tuhan dapat berbicara secara langsung kepada manusia dalam bahasa yang dimengerti oleh mereka. Sampai di sini, kita tidak ragu lagi bahwa apa yang dialami Saulus adalah peristiwa yang real (fakta) bukan peristiwa yang dibuat-buat seperti yang diyakini oleh orang non-Kristen.

Pada peristiwa penampakkan itu, Saulus melihat dan mendengar suara Tuhan Yesus secara jelas. Semua peristiwa penampakkan dalam Alkitab memiliki dua elemen ini: melihat dan mendengar. Misalnya Musa melihat Allah di semak-semak yang terbakar dan mendengar suatu panggilan kembali ke Mesir (Kel. 3:2-10). Allah berbicara kepada bangsa Israel melalui gunung yang menyala-nyala. Dalam keadaan yang menakutkan itu bangsa Israel tidak dapat melihat Allah, tetapi suara-Nya mereka dengar (Ul. 4:11-12). Rasul Yohanes melihat Tuhan Yesus dalam suatu penglihatan ketika diasingkan ke pulau Patmos dan mendengar perintah untuk menulis kitab Wahyu (Why. 1:9-20).

Saulus telah bertemu dengan Tuhan-Nya dan mendapat sebuah amanat khusus dari Dia. Apa isi amanat itu? Perintah untuk memberitakan Injil. Dalam kesaksiannya kepada orang-orang Yahudi di Yerusalem ia mengaku bahwa Tuhan telah memanggilnya untuk menjadi saksi terhadap semua orang (Kis. 22:15). Namun demikian, amanat itu bukan tanpa risiko. Tuhan Yesus mengatakan bahwa ia akan mengalami banyak penderitaan karena Injil, “Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku” (9:16). Semua orang Kristen di seluruh dunia juga mengalami penderitaan karena Injil Yesus Kristus, namun dalam kadar yang berbeda-beda.

Kita membaca bahwa setelah pemulihannya, ia langsung mengerjakan visi Tuhan. Paulus tidak menunggu, ia langsung melakukan perintah Tuhan. Ia pergi ke rumah-rumah ibadat di Damsyik dan mulai memberitakan bahwa Yesus adalah Anak Allah (9:20). Orang-orang Yahudi berkomplot untuk membunuh dia. Namun orang-orang kristiani di kota itu memasukkan dia ke dalam sebuah keranjang dan menurunkan dia dari atas tembok kota di malam hari (9:20-25).

Ini hanya permulaan saja. Paulus kemudian kembali ke Yerusalem. Di sana ia menemui para rasul, tanpa ada keraguan bahwa mereka akan menerimanya dengan tangan terbuka. Tetapi ternyata bukan demikian yang terjadi, “Setibanya di Yerusalem Saulus mencoba menggabungkan diri kepada murid-murid, tetapi semuanya takut kepadanya, karena mereka tidak dapat percaya, bahwa ia juga seorang murid (9:26). Hal ini memang wajar, sebab mereka telah melihat sendiri kejahatan yang dilakukan Saulus kepada mereka. Hanya Barnabas yang menerima dan membawa Paulus kepada para rasul. Dengan semangat ia menceritakan kembali bagaimana Saulus bertemu Tuhan di jalan menuju Damsyik (9:27).

Dengan tidak terkejut dan dalam ketaatannya kepada penglihatan, Paulus mulai mengajar di Yerusalem tentang Tuhan Yesus, sehingga para murid mendapatkan kekuatan baru. Sekali lagi orang-orang Yahudi di kota itu mencoba membunuhnya. Untuk melindungi dia, orang-orang kristiani di kota itu membawanya ke pelabuhan dan mengirimkannya pulang ke Tarsus (9:30).

Saudaraku, adakalanya dalam pelayanan kita, perkataan firman yang kita sampaikan tidak didengar atau ditolak oleh orang. Kita mungkin telah berusaha siang dan malam, namun tidak terjadi pertobatan atau tidak ada buah yang dihasilkan dari pelayanan kita. Lalu kita menjadi kecewa dan frustrasi. Ini hal yang wajar. Semua hamba Tuhan dalam sejarah gereja pun pernah mengalaminya. William Carey, misalnya, mengalami penolakan ketika melayani di Kalkuta, India. Pada saat ia ditolak oleh masyarakat Kalkuta, ia taat pada kehendak Tuhan. Ia menyadari bahwa ia perlu tim. Setelah membentuk tim pelayanan, hasilnya jauh lebih efektif, orang-orang India dimenangkan olehnya. Ketika Paulus taat pada kehendak Tuhan dengan mengikuti arahan Roh Kudus, maka pelayananya menjadi efektif. Paulus sadar bahwa ia dipanggil bukan untuk melayani orang-orang Yahudi di Yerusalem, tetapi kepada bangsa-bangsa lain, “Tetapi kata Tuhan kepadaku: Pergilah, sebab Aku akan mengutus engkau jauh dari sini kepada bangsa-bangsa lain” (22:21). 

Dengan demikian, penting sekali dalam pelayanan untuk kita mendengar suara Tuhan. Seringkali penginjilan tidak tercapai sasaran karena kita tidak mau mendengar dan memerhatikan suara Tuhan. Mari, mulai saat ini belajarlah untuk mendengar suara Tuhan dan melakukan kehendak-Nya, niscaya pelayanan kita akan berhasil.

Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, kita belajar dua hal, yaitu melihat dan mendengar firman Tuhan. Melihat di sini bukan berarti melihat Tuhan muka dengan muka, sebab hal itu tidak mungkin terjadi saat ini. Kita baru bisa melihat Tuhan muka dengan muka pada waktu Ia datang pada kali yang kedua. Melihat di sini, lebih kepada pengalaman spiritual kita dengan Tuhan. Tuhan menemui kita dalam situasi tertentu dan menyatakan kehendak-Nya bagi kita. Sebagai dampaknya, kita melakukan segala yang diperintahkan-Nya.

Terima kasih telah membaca tulisan saya sampai selesai. Kiranya tulisan sederhana ini dapat menginspirasi dan memberkati hidup dan pelayanan Anda. Jika Anda merasa terberkati dengan tulisan saya ini, saya harap untuk membagikannya kepada teman-teman atau kenalan Anda, sehinga mereka juga terberkati melalui tulisan ini. Sampai jumpa dalam tulisan saya berikutnya. Tuhan Yesus memberkati.

Ayat Alkitab Kisah Para Rasul 9:1-19 (BIMK) Pertobatan Paulus

1Sementara itu Saulus terus saja ingin mengancam dan membunuh pengikut-pengikut Tuhan Yesus. Ia pergi kepada imam agung, 2dan minta surat kuasa untuk pergi kepada pemimpin-pemimpin rumah-rumah ibadat orang Yahudi di Damsyik, supaya kalau ia menemukan di sana orang-orang yang percaya kepada Yesus, ia dapat menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.

3Sementara menuju ke Damsyik, ketika sudah dekat dengan kota itu, tiba-tiba suatu sinar dari langit memancar di sekeliling Saulus. 4Ia jatuh ke tanah lalu mendengar suatu suara berkata kepadanya, “Saulus, Saulus! Apa sebabnya engkau menganiaya Aku?”

5“Siapakah Engkau, Tuan?” tanya Saulus.

Suara itu menjawab, “Akulah Yesus, yang engkau aniaya. 6Tetapi sekarang bangunlah dan masuklah ke kota. Di situ akan diberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan.”

7Orang-orang yang ikut bersama-sama Saulus terkejut sehingga tidak dapat bersuara; karena mereka mendengar suara itu tetapi tidak melihat seseorang pun. 8Lalu Saulus berdiri dan membuka matanya, tetapi matanya sudah tidak bisa melihat apa-apa lagi. Jadi mereka memegang tangannya dan menuntun dia masuk ke Damsyik. 9Tiga hari lamanya ia tidak bisa melihat dan selama itu ia tidak makan atau minum sama sekali.

10Di Damsyik ada seorang pengikut Tuhan Yesus bernama Ananias. Di dalam suatu penglihatan, Tuhan berbicara kepadanya. Tuhan berkata, “Ananias!”

Ananias menjawab, “Saya, Tuhan.”

11Tuhan berkata, “Ayo berangkat sekarang. Pergilah ke rumah Yudas di Jalan Lurus. Tanyakan di sana orang yang bernama Saulus yang berasal dari kota Tarsus. Orang itu sedang berdoa, 12dan di dalam suatu penglihatan ia melihat seorang laki-laki, bernama Ananias, datang kepadanya dan meletakkan tangan ke atasnya supaya ia dapat melihat kembali.”

13Ananias menjawab, “Tuhan, saya sudah mendengar banyak orang berbicara mengenai orang ini, terutama mengenai penganiayaan-penganiayaan yang ia lakukan terhadap umat-Mu di Yerusalem. 14Dan sekarang ia sudah datang ke sini dengan izin dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang percaya kepada-Mu.”

15Tetapi Tuhan berkata kepada Ananias, “Pergilah saja! Sebab Aku sudah memilih dia untuk melayani Aku, supaya ia memberitakan tentang Aku kepada bangsa-bangsa lain yang tidak beragama Yahudi dan kepada raja-raja serta kepada umat Israel juga. 16Dan Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya semua penderitaan yang harus ia alami karena Aku.”

17Maka Ananias pun pergilah ke rumah itu dan meletakkan tangannya ke atas Saulus. “Saudara Saulus,” kata Ananias, “Tuhan Yesus yang Saudara lihat di tengah jalan ketika Saudara sedang kemari, Dialah yang menyuruh saya datang supaya Saudara bisa melihat lagi dan dikuasai oleh Roh Allah.” 18Saat itu juga sesuatu yang seperti sisik ikan terlepas dari mata Saulus dan ia dapat melihat kembali. Maka ia pun bangun, lalu dibaptis. 19Dan setelah makan, ia menjadi kuat lagi.