Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Providensi Allah dan Penerapan Praktisnya

Providensi Allah dan Penerapan Praktisnya

Judul Asli Artikel Memaknai Providensi Allah Dan Implikasinya Dalam Hidup Kristen

Ditulis oleh Dede Suprapto

Alamat Web http://dedesuprapto.blogspot.com/2012/01/povidensi-allah-dan-implikasinya-dalam.html

Ada banyak orang yang telah mengenal kata providensia, dan juga telah mengetahui arti dari kata ini, yang dapat diketahui dari arti dalam bahasa Inggrisnya, yang berasal dari kata Provide, yang artinya menyediakan. Bahkan ada faham yang mempercayai bahwa providensia ini merupakan karya Allah terhadap dunia yang telah diciptakanNYA, tetapi setelah Ia menciptakan semuanya, Ia menjadi bagian dalam setiap hal dalam dunia ini, dan sebaliknya ada pula yang mengatakan bahwa Ia meninggalkan ciptaanNYA tersebut. 

Di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat banyak hal yang menyimpang dari yang benar, dan terdapat ekstrem-ekstrem yang negatif dalam pengertian tentang Providensi Allah (mungkin juga pemahaman yang lainnya). Namun pertanyaan berikutnya ialah, apakah pengertian yang benar dari kata Providensia Allah ini? Apakah ada makna atau nilai-nilai yang terkandung dalam kata ini terhadap karya Allah? Dan apa implikasi praktisnya dalam kehidupan orang percaya?

Meyikapi pertanyaan di atas, penulis merasa terbeban untuk dapat memberikan jawaban yang benar, sehingga penulis akan mencoba untuk  menjabarkan pengertian yang benar tentang Providensi Allah dalam bentuk paper, dengan demikian diharapkan bahwa paper ini juga akan membuat semakin banyak orang, terkhusus penulis sendiri mengerti dan memahami tentang kebenaran tentang pandangan Iman Reform yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

SIGNIFIKANSI DOKTRINAL

A. Dasar Alkitabiah

Di dalam Alkitab memang tidak terdapat kata Providensi, tetapi Alkitab dengan jelas  mengajarkan Providensi Allah ini, seperti yang dapat dilihat dalam ayat-ayatnya berikut ini :

  • 1)    Terhadap seluruh alam semesta: Mazmur 103:19, Daniel 5:35, Efesus 1:11
  • 2)    Terhadap dunia fisik: Ayub 37:5, 10, Mazmur 104:14,  135:6, Matius 5:45
  • 3)    Atas penciptaan binatang: Mazmur 104:21, 28, Matius 6:26
  • 4)    Atas semua kegiatan bangsa-bangsa: Ayub 12:23, Mazmur 22:28
  • 5)    Atas kelahiran dan hidup manusia, 1 Samuel 16:1, Mazmur 139:16
  • 6)    Atas keberhasilan dan kegagalan manusia, Mazmur 75:6,7
  • 7)    Atas hal-hal yang tampaknya kebetulan dan tidak penting, Amsal 16:33
  • 8)    Perlindungan orang benar, Mazmur 4:8, 5:12
  • 9)    Pemenuhan kebutuhan umat manusia, Kejadian 22:8, Ulangan 8:3
  • 10)    Terhadap jawaban doa, 1 Samuel 1:19, Yesaya 20:5
  • 11)    Menghukum kejahatan,  Mazmur 7:12, 11:6

B. Etimologis

Kata Providensi berasal dari Bahasa Latin Providentia, yang mempunyai kesamaan dengan pronoia, yang berarti pengetahuan awal  hal ini sangat terkai dengan kemahatahuan Allah, atau atribut intelektual Allah . Sedangkan dalam kamus Oxford, menjelaskan bahwa Providence adalah the protective care of God or nature & timely care or preparation, foresight, thrift, protection, concern, beneficence, direction, control, divine intervention, guidance, forethought, anticipation .A.A Hodge menjelaskan, bahwa kata Providensi berasal dari pro dan video, yang berarti tinjauan ke masa depan, sehingga dapat mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk masa depan tersebut .

C.  Definisi

Menurut Grudem Providensi Allah ialah bahwa Allah secara terus menerus menyertai semua ciptaan, yaitu dengan 1) menjaga semua keberadaan dan memelihara semua yang telah diciptakanNYA, 2) bekerjasama dengan semua ciptaan dalam setiap hal yang dilakukan, dan juga mengarahkan mereka agar tetap berada dalam apa yang seharusnya mereka lakukan, 3) mengarahkan mereka agar tetap berada dalam tujuan Allah . 

Sedangkan Frame dengan mendeskripsikan Westminster Confession of Faith, Westminster Larger Cathechism, dan juga Westminster Shorter Cathechism, dimana ketiga pengakuan Westminster tersebut sangat menekankan Providensi dalam istilah yang dipakai, yaitu “semua hal” dan “seluruh dunia” , bahwa Allah mempunyai kuasa untuk mengatur setiap hal yang telah diciptakanNYA. Tetapi satu hal yang dapat ditarik dari definisi Providensi Allah ini ialah bahwa Allah dalam pekerjaanNYA, Ia melanjutkannya dalam pemeliharaan semua ciptaanNYA, dan senantiasa mengarahkan kepada tujuan yang telah disetujuiNYA 

D.  Jenis-jenis Providensi

Ada dua macam pembagian dalam Providensi Allah, yaitu secara umum dan secara khusus. Pembagian ini berdasarkan pada pengkomunikasian maksud daj tujuan Allah dalam setiap aspeknya. Providensi umum Allah nyata sebagai anugerah umumNYA, dimana Allah dengan kasihNYA tidak hanya memberikan kepada umatNYA yang telah dipilihNYA, tetapi kepada setiap makhluk yang telah diciptakanNYA, hal ini bertujuan agar setiap orang tidak dpat berdalih terhadap apa yang telah Allah lakukan (Roma 1:20). 

Sedangkan Providensi khususNYA dinyatakan hanya kepada umat kesayanganNYA, Providensia khusus ini sering disebut sebagai mujizat. Dimana mujizat ini merupakan intervensi Allah dalam pekerjaanNYA diluar kebiasaan umum. Hal ini terjadi untuk memberikan suatu tanda, bahwa Allah berbelas kasihan pada umatNYA, dan terjadi hanya sesekali dan tidak secara terus menerus. Peristiwa terjadinya mujizat ini ialah agar umat tersebut tidak tergantung pada mujizat saja tetapi lebih pada Allah sebagai pembuat dari mujizat tersebut.

E. Unsur-unsur Providensi Allah

Providensi Allah merupakan karya Allah yang penting sebagai kelanjutan dari karya penciptaanNYA, dimana Ia memberikan kasihNYA, yaitu dalam hal memberikan pemeliharaan. Yang mengandung nilai-nilai Preservation atau perlindungan, Government atau pemerintahan, dan Concurrence  atau kerjasama, ketiga nilai-nilai ini bukan berarti sebagai suatu pekerjaan yang terpisah satu dengan yang lain, tetapi merupakan satu kesatuan dalam kedaulatan Allah . 

Dalam menjelaskan Providensi Allah, Ericson hanya memberikan dua aspek dari providensi Allah, yaitu perlindungan (Preservation), dan pemerintahan (Government)  demikian juga dengan A.A.Hodge, sedangkan concurrence masuk dalam Pemerintahan Allah. Ada kemungkinan bahwa ia sangat menekankan faktor  keallahan (Godness), dan menganggap manusia hanyalah kausa kedua. 

a. Preservation (Perlindungan)

Perlindungan Ilahi, merupakan satu hal yang membuktikan bahwa manusia ataupun juga ciptaan yang lainya, merupakan makhluk yang tidak dapat hidup mandiri, dan akan terus bergantung pada Allah, dan sebagai Allah yang Mahatahu, dan bahwa Allah adalah Sang Pencipta, Ia tidak akan membiarkan semua ciptaanNYA terkatung-katung dalam dunia ini, hidup dalam ketidakpastian, dan hidup dalam pola-pola yang sudah diatur sedemikian rupa, sehingga membawa pada kehidupan yang tidak berguna, seperti yang diyakini oleh konsep Deisme . Sehingga Ia dalam kasihNYA, memberikan suatu jaminan hidup berupa perlindungan. Bekhof mendefinisikan Perlindungan ini sebagai karya Allah yang terus berlangsung, yang dengannya Allah mempertahankan segala yang telah Ia ciptakan, bersamaan dengan kekuatan dan sifat-sifat yang telah dicurahkanNYA kepada mereka .

Dari definisi di atas, ada beberapa ide yang dimunculkan, yaitu tentang: perlindungan, mempertahankan, menyediakan, dan intervensi Allah. Di dalam perlindungan yang Allah berikan merupakan suatu tindakan yang nyata dalam mempertahankan ciptaanNYA, sehingga Ia menyediakan apa yang menjadi keperluan, dan intervensiNYA belangsung setiap saat, setiap detik, setiap waktu. Dengan demikian menolak pandangan bahwa Allah hanya datang setelah mendengar doa umat manusia. dimana ide-ide tersebut di atas, sangat dipengaruhi oleh kebijaksanaan yang Allah miliki, yang Allah lakukan sesuai dengan kedaulatanNYA.

b. Concurrence (Kerjasama)

Penggunaan istilah Concurrence dibedakan dari cooperation, hal ini dikarenakan adanya penyempitan makna yang terkandung dalam cooperation. Cooperation mampunyai arti adanya suatu prosentase kerja, atau pembagian hasil kerja, sehingga mengaburkan pandangan bahwa ada Allah (kausa pertama) yang bekerja dibalik semuanya (kausa kedua). Sedangkan concurrence merupakan usaha yang saling menyepakati di antara kausa pertama dan kausa kedua.

Kerjasama Ilahi merupakan kegiatan Allah dengan semua ciptaanNYA, dimana Ia menemani atau bersama-sama ciptaanNYA dalam setiap hal yang dilakukan ciptaan . Dalam kerjasama ini ciptaan merupakan kausa kedua (penyebab yang disebabkan), dan Allah ialah kausa pertamanya (penyebab yang tidak disebabkan), dengan demikian kausa kedua adalah semua manusia, tidak dihitung apakah ia mempunyai moral yang baik atau buruk, kausa pertama akan menggunakan kausa kedua dalam menyempurnakan tujuanNYA. 

Sebab apapun yang kausa kedua lakukan, ada kekuatan dari luar dirinya yang senantiasa menguatkan, dan mengarahkan, ialah kausa pertama, Allah. Dengan demikian Allah tetap merupakan yang empunya rencana dalam dunia ini, namun bukan berarti bahwa kausa kedua hanya berdiam diri, dan menunggu Allah sebagai keusa pertama bekerja. Penjelasan ini jauh dari pengertian bahwa manusia sebagai kausa kedua sanggup mengatur Allah, sehingga dapat merusak rencana Allah, tetapi kausa kedua hanyalah merupakan suatu alat yang dipakai oleh Allah untuk tujuan yang telah disepakati sebelumnya.

Tetapi ada satu syarat yang harus dipenuhi oleh manusia sebelum menjadi kausa kedua, yaitu agar menjadi orang yang percaya kepada Allah dalam lahir baru, sehingga kerjasama tersebut dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan apa yang telah Allah rencanakan.

Sedangkan kejahatan yang dilakukan oleh kausa kedua merupakan tindakan kausa kedua sendiri yang diijinkan Allah, namun tetap menjadi tanggug jawab kausa kedua. Misalnya saja dalam hal dosa, ada anggapan yang mengatakan bahwa karena Allah adalah Kausa Pertama, yang menggerakan kausa kedua, maka Allahlah yang seharusnya bertanggung jawab terhadap dosa. Tetapi Teolog Reform mengakui bahwa permasalahan ini merupaka permasalah yang tidak mudah, tetapi dalam Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa manusia merupakan kausa yang tetap harus bertanggung jawab. Karena manusia itulah yang melakukan tindakan meskipun Allah yang menentukan kejadiannya .

Dengan demikian, Kerjasama ini didefinisikan sebagai kerjasama dari kekuatan Ilahi dengan semua kekuatan yang lain yang lebih rendah tingkatnya, sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan semula dari tindakan mereka,yang menyebabkan mereka bertindak dan bertindak tepat sebagaimana adanya .

c. Government (Pemerintahan)

Pemerintahan ini didefinisikan sebagai tindakan yang terus menerus berlangsung dari Allah dimana Ia mengatur segala sesuatu secara teleologis sehingga memastikan penyelesaian tujuan ilahi . Frame juga menekankan konsep teleologis dari pemerintahan Allah ini , dimana terdapat suatu tujuan yang harus dicapai. Sama seperti sebuah kapal , dimana  kapal tersebut mempunyai arah, tujuan, dan semuanya bekerja sampai pada tujuan akhirnya. Dengan demikian mengajak orang percaya agar tetap berada dalam tujuan yang telah ditetapkanNYA, karena tujuan itu bukan hanya tujuan Allah saja, melainkan juga tujuan manusia.

Pemerintahan ini merupakan tindakan aktif Allah terhadap seluruh ciptaanNYA. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa Ia adalah Kausa Utama, dimana setiap ciptaanNYA akan berada di bawah kendaliNYA, dan bahwa Ia akan selalu berada di balik setiap hal yang dilakukan manusia. meskipun tindakan manusia itu seolah-olah tidak ada artinya, tidak penting, tetapi semua masih di dalam kendaliNYA, seperti halnya dengan rambut yang jatuh, tidak akan lepas dari kendali Allah (Matius 10:29-31). Dengan demikian Pengendalian ini akan menjadi pengontrol manusia dalam memyempurnakan tujuan Allah.

IMPLIKASI PRAKTIS

Dengan mengetahui bahwa Allah secara aktif memelihara manusia sampai hari ini, sudah seharusnya orang yang telah mengetahuinya merubah pola pikirnya terhadap karya Allah dalam pemeliharaan, dan mempunyai cara pandang sebagai hamba Allah, dan mempunyai hati sebagai hamba. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari orang percaya mempunyai orientasi hidup yang berbeda dari orientasi hidup masyarakat pada umumnya, misalnya:

a. Teosentris

Selalu berorientasi pada kehendak Allah. Di dalam merubah cara pandang manusia, sangat cenderung untuk melakukan keinginan pribadi, dan bukan keinginan Allah. Mengetahui bahwa Allah masih bekerja sampai hari ini, dan Ia mengatur setiap hal yang terjadi, dan Ia mempunyai tujuan yang telah disepakati sebelumnya, maka untuk apa manusia tetap berpegang teguh terhadap kehendaknya sendiri. Hal ini terutama dalam hal pembuatan suatu rencana. Terkadang manusia jatuh dalam ekstrem “memaksa Allah” seturut kehendak manusia. 

di mana rencana tersebut memohon agar Allah dapat segera mengabulkannya, membuat Allah sebagai budak manusia, dan tidak lagi menjadi Allah yang berdaulat. Dimana sikap yang seharusnya dilakukan ialah mempercayai Allah sebagai Pembuat Rencana yang ulung, sehingga rencana tersebut bukan untuk terjadi sesuai dengan keinginan manusia, melainkan kehendak Allah sajalah yang jadi (Matius 26:42). Dengan demikian akan membuat oang percaya bergantung sepenuhya kepada Allah, dimana Ia yang mampu untuk memberikan yang terbaik bagi manusia.

Keberserahan penuh terhadap Allah juga merupakan poin yang harus menjadi bagian hidup orang percaya, tetapi bukan berarti bahwa manusia tidak melakukan sesuatupun dalam hidupnya, melainkan manusia sebagai rekan kerja Allah, senantiasa membuka hati terhadap kehendak Allah, sehingga hidup dalam melakukan kehendak Allah. Dan juga menyempurnakan maksud dan tujuan Allah sebelumnya, yaitu menjadi kemuliaan bagi nama Allah. Sebenarnya ada banyak hal lagi yang dapat ditarik pelajaran dari pengertian providensi ini, tetapi penulis hanya memberikan beberapa hal yang menurut penulis sering dilupakan oleh orang percaya.

b. Sadar diri

Sering dari orang percaya yang tidak menyadari tentang keberadaan Allah melalui providensiaNYA. Sehingga jarang atau mungkin tidak ada ucapan syukur terhadap segala hal yang Allah berikan, dalam perlindunganNYA, penjagaanNYA, dan terutama terhadap berkat-berkat yang telah diberikanNYA. Providensi Allah ini mengajak orang percaya agar senantiasa mengucap syukur, dan merendahkan hati di hadapan Allah, sebab Allah senantiasa bersama dengan umatNYA, dan tidak membiarkan umatNYA tersebut sendirian dalam menjalani kehidupan.

Dari penjelasan di atas maka pandangan Deism, dan juga pandangan umum lainnya yang mengatakan bahwa Allah tidak lagi bekerja sampai hari ini, dan bahwa Allah telah lepas tangan dari dunia dengan jelas ditolak dalam Providensi Allah, karena tidak sesuai dengan pandangan Alkitab. Sebab Allah masih dengan kasihNYA bekerja dan menyertai manusia ataupun juga ciptaan lainnya sampai hari ini, dan sampai pada akhirnya. Dan ajakan untuk selalu mengucap syukur atas karunia Allah dalam setiap hal yang terjadi dalam hari-hari orang percaya. Dengan demikian akan menguatkan orang percaya dalam menjalani hidup ini.

__________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Berkhof, Louis. Teologi Sistematika – Doktrin Allah. Surabaya: Momentum, 2008.

Erickson, Millard J. Introduction Christian Doctrine. Michigan: Baker Academic, 2001.

Farley, Benjamin. Providence of God. Grand Rapids: Baker Book House, 1988.

Frame, John M. Doctrine of God. New Jersey: P&R Publishing, 2002.

Grudem, Wayne Systematic Theology –An Introduction to Biblical Doctrine. England:     Intervarsity Press, 1994.

Hodge, A.A. Outlines of Theology. Pennsylvania: The Banner of Truth Trust, 1991.

    Intervarsity Press, 1994.

Kamus. The Oxford Dictionary and Thesaurus –American Edition. New York: Oxford     University Press, 1996.

Lumintang, Stefry I. Theologia dan Misiologia Reformed –Menuju Kepada Pemikiran Reformed     dan Menjawab Keberatan. Malang: YPPII, 2006.

Siburian, Togardo. ”Diktat Doktrin Allah”, (Bandung: STTB, 2011).

Posting Komentar untuk "Providensi Allah dan Penerapan Praktisnya"