Renungan Harian Yosua 2:8-9 Meresponi Ketakutan (John Calvin)
Tetapi sebelum kedua orang itu tidur, naiklah perempuan itu mendapatkan mereka di atas sotoh dan berkata kepada orang-orang itu: “Aku tahu, bahwa TUHAN telah memberikan negeri ini kepada kamu dan bahwa kengerian terhadap kamu telah menghinggapi kami dan segala penduduk negeri ini gemetar menghadapi kamu.” (Yosua 2:8-9)
Rahab mengakui bahwa itu adalah pekerjaan tangan Ilahi yang telah menimbulkan ketakutan orang-orang dari bangsa-bangsa Kanaan, yang, dengan cara tertentu, menyebabkan mereka mengumumkan kehancuran mereka sendiri dalam mengantisipasinya. Rahab menyimpulkan bahwa teror yang diilhami oleh orang-orang Israel di Kanaan adalah tanda kemenangan orang Israel, karena orang Israel berperang di bawah kepemimpinan Allah.
Kenyataan bahwa, sementara keberanian Kanaan telah meleleh, orang Kanaan tetap bersiap untuk melawan orang Israel—dengan keputus-asaan yang keras kepala—kita melihat bahwa ketika orang jahat dihancurkan dan diremukkan oleh tangan Allah, mereka tidak tunduk untuk menerima kuk Allah, tetapi dalam ketakutan dan kecemasan mereka tidak bisa dijinakkan.
Di sini, kita pun harus mengamati bagaimana, ketika dirundung rasa takut yang sama, orang-orang beriman berbeda dari orang-orang yang tidak percaya, dan bagaimana iman Rahab menunjukkan dirinya.
Dia sendiri takut, sama seperti orang Kanaan lainnya; tetapi ketika dia merenungkan bahwa dia harus berurusan dengan Allah biar bagaimanapun, dia menyimpulkan bahwa satu-satunya obat untuk terlepas dari kengerian ini, adalah dengan rendah hati dan tenang menyerah, karena perlawanan sama sekali tidak berguna.
Tetapi jalan apakah yang diambil oleh semua penduduk Kanaan yang malang? Meski dilanda teror, sejauh ini dosa mereka tak terbendung sehingga mereka saling mendorong untuk menentang.
(John Calvin)
Bagaimana ketakutan di kalahkan?
John Calvin, memberikan penjelasan yang sangat bagus, untuk memberikan gambaran betapa kita adalah manusia-manusia lemah tanpa harapan. Rahap memberikan gambaran yang baik, tetang pertobatan. Di dunia modern saat ini, semua manusia semakin kuat dan merasa bahwa dirinya semakin berkuasa bahkan hampir sempurna sebagai tuhan atas diri sendiri.
Dunia di mana manusia, dalam konteks di Indonesia, sedang membanggakan diri sendiri, baik itu dari kalangan yang tidak memiliki uang sampai yang paling kaya. Bahkan orang-orang yang mengaku sebagai hamba Tuhan, membanggakan pelayanan yang seolah-olah maju padahal hanyalah memindahkan jemaat.
Anda dan saya yang akan begitu gampang mendapatkan kesenangan, kita yang sombong dan merasa dapat hidup sendiri. Di dunia modern, semakin gampang kita merasa bahwa kita kuat dan pusat dari alam semesta. Kita merasa bahwa kitalah yang dapat mengendalikan kehidupan ini, terutama kehidupan kita sendiri.
Namun di bagian terdalam diri kita, ada ketakutan, ada kelelahan, ada rasa tanpa harapan, kita mencari apa yang tidak kita dapatkan. Kita kira kita mampu padahal di kedalaman diri kita, kita benar-benar frustrasi, kita tidak menemukan makna dari kehidupan kita. Hari-hari ini, ketika saya menulis artikel ini, semua orang di media sosial membicarakan tentang kesehatan mental dan bagaimana mendapatkan itu.
Semua ini karena kita tahu, kita binasa, hati dan pikiran kita tidak dapat membohongi diri sendiri, di kedalaman diri yang takut akan kebinasaan inilah. Dosa bekerja untuk menjauhkan kita dari kasih karunia Tuhan. Setan membawa kita untuk memikirkan bahwa kita dapat menyelamatkan diri kita sendiri dan menang. Kita dapat membayar Tuhan dengan manipulasi kita dan apa yang kita kerjakan seolah-olah itu untuk Tuhan padahal untuk kepentingan diri sendiri.
Selanjutnya, pada saat yang sama Alkitab memberitahukan kita, bahwa kemenangan sejati dan kehidupan yang lepas dari ketakutan akan kebinasaan. Hanya di dapatkan ketika kita mengakui bahwa kita mati tanpa kasih karunia, ketika kita mengakui bahwa kita kalah di dalam segala usaha kita dan binasa di dalamnya ketika kita tidak bertobat.
Ibrani 11:31 (TB) Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik.
Rahap, memberikan kepada kita teladan yang sejati akan arti pertobatan dan hati yang memiliki penyerahan pada kasih karunia Tuhan. Rahap menyadari, bahwa orang Israel disertai oleh Allah yang hidup, maka dari itu ia menyerahkan hidupnya untuk berpihak pada Allah yang berkuasa dan pengasih itu. Allah yang mengampuni segala dosanya, Allah yang mau menerimanya ketika ia bertobat dan mengakui kekalahan bangsanya bahwa ketika bangsanya tidak bertobat tidak ada harapan bagi mereka. Yang ada hanyalah kematian.
Injil memberitakan kepada Anda dan saya, bahwa kita harus benar-benar mengakui dosa kita dan mengakui kita adalah orang-orang terkutuk. Kita pemberontak bodoh dan yang tidak ada harapan. Kita ketakutan di dalam hidup ini, kita lelah dan frustrasi, kita harus mengakui semua ini dan bertobat dari keinginan kita menjadi tuhan atas kehidupan ini. Hanya Yesuslah Tuhan, Dia yang telah disalibkan dan telah bangkit, telah menang.
Kepada Dialah kita menyerahkan seluruh hidup, kepada-Nyalah hari ini kita mendapatkan ketenangan, sukacita dan makna hidup untuk mengasihi sesama manusia bagi kemuliaan Allah yang sampai hari ini terus menyertai kita, sebab Dia adalah Allah yang ada bersama-sama dengan kita dalam kasih Kristus yang tidak pernah usai. Ini mengalahkan ketakutan, ini mematikan kuasa maut sehingga kita dimampukan untuk taat pada kasih Allah saja. Soli Deo Gloria.
Posting Komentar untuk "Renungan Harian Yosua 2:8-9 Meresponi Ketakutan (John Calvin)"
Silahkan Berkomentar