Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Tentang Salib Kristus

Renungan Tentang Salib Kristus

Mazmur 22:7 (TB) Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh banyak orang.

Matius 27:46 (TB) Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkay meninggalkan Aku?

Markus 15:34 (TB) Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkann Aku?

Salib merupakan kematian dan kehidupan, salib memperlihatkan kita kengerian murka Allah dan kasih Allah yang begitu indah. Melalui salib Yesus Kristus kita menerima pengampunan dosa karena dosa kita telah dikalahkan melalui salib Yesus Kristus, jadi sekarang, kita dapat terus merenungkan keindahan kasih karunia yang terhubung ke salib Yesus, Yesus Kristuslah yang sangat penting dalam hidup kita, Dialah tujuan hidup kita.

Tanpa kematian, maka tidak ada kehidupan. Setelah dosa masuk ke dalam kehidupan manusia, dosa itu menghasilkan kematian kekal yang mengerikan. Memisahkan manusia dari Allah yang kudus, menjadikan manusia allah palsu yang binasa, memakan ludah dusta dari setan yang meracuni umat manusia, mematikan umat manusia. Maka kematian benar-benar berkuasa di dalam dunia, di dalam diri manusia. 

Jumaat Agung kali ini (2023), membawa saya untuk merenungkan kebutuhan yang paling dalam dari diri saya sendiri. Dari jiwa yang Allah ciptakan untuk diri-Nya, untuk menyembah Dia dan untuk bersekutu dalam kasih-Nya. Saya membutuhkan hidup, sehingga kematian Yesus yang telah menggantikan kematian saya. membawa saya pada kehidupan, membawa saya pada hidup baru yang diawali dengan kematian atas diri sendiri.

Saya disadarkan akan kelemahan, kebobrokan, kemunafikan semua hal jahat di dalam diri yang dari luar terlihat rohani. Saya melihat dengan jelas yang menjadi dasar dari cara berpikir dan merasakan dalam kehidupan sia-sia. Saya melihat diri saya yang menjijikkan di hadapan Allah, saya adalah umat yang diinjak oleh kebinasaan dosa, di atas kepala saya murka Allah menyala. Oleh kebenaran akan kematian Yesus di salibkan, saya melihat dengan jelas siapa saya dan siapa Allah.

Penderitaan Yesus, merupakan penderitaan kekal yang seharusnya Anda dan saya terima, kita yang merupakan manusia bobrok. Telah dibebaskan oleh kasih karunia Allah, melalui kematian, kita diberikan iman untuk dapat percaya, untuk dapat menyerahkan diri, untuk dapat menyembah Dia dan melihat diri kita sendiri memiliki identitas hidup yang baru di dalam Yesus.

Haruslah kematian itu menguasai hidup kita, bersama Yesus kita disalibkan, kita dimatikan di atas keinginan yang sia-sia. untuk hidup dalam Yesus yang telah menciptakan kita, menjadi manusia baru dengan tujuan yang baru. Dan cara berpikir merasakan yang baru. Semua ini berpusat pada firman Tuhan, pada kasih Yesus.

Sekarang, marilah lebih jauh merenungkan Injil, Yesus yang telah menjadi menjijikkan, Yesus yang kepada diri-Nya. Ditimpakan semua dosa, semua kesalahan kita, semua keburukan kita dan semua pemberontakan kita terhadap Allah yang kudus. Melalui salib itu, Yesus menerima dosa-dosa kita, Yesus yang telah hidup benar, kudus dan di dalam mulut-Nya tidak ada dusta, kini telah menjadi dosa karena dosa-dosa kita.

Salib Yesus, memperlihatkan kita bagaimana murka Allah terhadap dosa begitu nyata. Begitu mengerikan, begitu tegas dan itu benar-benar membinasakan. Pada saat yang sama kasih Allah diperlihatkan dengan jelas, karena kehidupan Yesus yang sempurna, ketaatan kepada Allah Bapa yang Ia kerjakan selama hidup-Nya. Dilihat sebagai kebenaran kita, dilihat sebagai kekudusan kita dilihat sebagai kehidupan kita. Inilah yang menjadikan kita anak-anak Allah, ketika kita percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Kasih dan murka bertemu di atas salib Yesus, Yesus ditinggalkan oleh Allah, agar Anda dan saya yang percaya, hidup dalam Yesus dan tidak ditinggalkan. Kita mendapatkan pengampunan dosa, mendapatkan kehidupan yang diubahkan untuk semakin serupa dengan Yesus, kita berjalan di jalan yang menuju kesempurnaan Yesus di dalam diri kita.

Perubahan hidup oleh Injil inilah yang terjadi pada kita, kita diubahkan karena melihat kasih Yesus Kristus sangat nyata. Kita diubahkan dan bertobat karena Yesus begitu memuaskan, begitu indah dan mengagumkan. Jumat Agung, memperlihatkan kita pada kasih dan murka bersatu di dalam tubuh Yesus, pada saat yang sama karya itu menghadirkan bagi umat manusia keselamatan. Ini sudah terjadi sejak zaman awal kehidupan dan semua menjadi jelas di dalam tubuh Yesus yang dihancurkan.

Saudaraku, jadi sekarang, ketika Anda mendapatkan keselamatan, ketika saya mendapatkan itu dan semua itu pemberian Allah kepada kita. Baiklah kita terus hidup dengan hati terarah kepada Dia, dengan pikiran yang memikirkan Injil setiap hari. Dengan kasih yang terus ditumbuhkan hanya kepada Yesus, kita menginginkan Yesus saja di dalam Dia, kita melakukan segala sesuatu karena Yesus benar-benar di dalam kita dan Dia telah memuaskan Dia, sehingga dari apa yang telah kita kerjakan. Semua itu merupakan pelayanan kita, untuk memuji memuliakan Yesus saja.

Lihatlah pada salib Kristus, lihatlah bagaimana dosa-dosamu diampuni dan engkau menerima hidup yang baru. Itu adalah pengorbanan yang sangat mahal, Yesus menumpahkan darah-Nya yang sangat suci agar engkau diubahkan untuk melihat kepuasan hidup, makna hidup, tujuan hidup, kasih yang memberikan dan melayani. Semua kepenuhan yang ditawarkan dunia ini, yang palsu dan membinasakan. Hanya didapatkan di dalam Yesus, ketika kita memiliki persekutuan dalam tubuh Yesus, ketika kita mengenal Yesus, menikmati kasih Yesus sehingga kita memiliki kasih kepada Allah dan dapat kita bagikan kepada sesama kita manusia. Terpujilah Tuhan Yesus Kristus sampai selama-lamanya.